5 Penjelasan Gerhana Versi Kepercayaan Kuno, Ada yang Sebut Matahari Dimakan Tupai

ADVERTISEMENT

5 Penjelasan Gerhana Versi Kepercayaan Kuno, Ada yang Sebut Matahari Dimakan Tupai

Cicin Yulianti - detikEdu
Minggu, 15 Okt 2023 17:00 WIB
Ilustrasi Gerhana Bulan
Ilustrasi gerhana. Foto: AP/Eugene Hoshiko
Jakarta - Gerhana adalah sebuah fenomena alam yang terjadi pada Bumi, Bulan, dan Matahari. Berdasarkan sains, gerhana disebabkan oleh posisi sejajar antara tiga benda langit tersebut.

Masyarakat masa kini mempercayai bahwa gerhana terjadi dikarenakan posisi tersebut. Namun, ternyata masyarakat zaman dahulu mempercayai konsep lain soal gerhana. Bahkan, mereka mengaitkannya dengan dewa.

Melansir Encyclopaedia Britannica, berikut adalah lima penjelasan gerhana menurut kebudayaan masyarakat zaman kuno:

5 Penjelasan Gerhana Menurut Kepercayaan Kuno

1. Afrika Barat

Masyarakat Afrika Barat khususnya suku kuno di Togo meyakini bahwa gerhana menandakan kemarahan manusia. Perkelahian manusia yang terjadi menyebar ke Matahari dan Bulan pada saat gerhana muncul.

Pandangan terkait kemarahan ini dimulai oleh pemuka suku yakni Puka Puka dan Kuiyecoke yang mendesak warga desa untuk saling berdamai. Saat terjadi gerhana, Puka Puka dan Kuitecoke mengajak penduduk untuk rukun guna menghentikan gerhana.

Setiap terjadi gerhana, masyarakat Batammaliba bersatu dan berdamai untuk menebus perseteruan yang telah lama atau baru saja terjadi.

2. Amerika asli

Menurut suku Amerika asli yakni Choctaw, gerhana disebabkan oleh tupai hitam nakal yang menggerogoti Matahari. Adapun suku lainnya yakni Ojibwa dan Cree meyakini bahwa gerhana terjadi akibat kurcaci bernama Tcikabis berusaha membalas dendam kepada Matahari.

Kurcaci tersebut menjebak Matahari sehingga muncul gerhana. Saat hal itu terjadi, beberapa hewan mencoba melepaskan Matahari dari perangkap, namun hanya tikus yang dapat mengunyah tali dan melepaskannya.

3. Suku Inca

Penduduk suku yang bermukim di Amerika Selatan ini merupakan pemuja inti Matahari. Mereka menganggap bahwa Matahari adalah dewa yang Maha Kuasa.

Oleh karena itu, suku Inca memahami bahwa gerhana adalah pertanda kemarahan dan ketidaksenangan Matahari. Untuk meredakan kemarahan Matahari, suku Inca melakukan ritual pengorbanan.

Namun, pengorbanan manusia jarang dilakukan suku tersebut. Cara lain yang mereka lakukan adalah memberhentikan tugas publik kaisar selama gerhana hingga melakukan puasa.

4. India

Masyarakat Hindu kuno percaya bahwa iblis licik bernama Rahu berusaha meminum nektar para dewa dan mencapai keabadian. Rahu menyamar sebagai seorang wanita kemudian menghadiri perjamuan para dewa.

Kemudian Wisnu menemukan Rahu dan akhirnya iblis tersebut dipenggal kepalanya. Ketika gerhana terjadi, masyarakat Hindu kuno menganggap bahwa kepala Rahu terbang ke langit sehingga menggelapkan Matahari.

Masyarakat Hindu kuno pun menganggap Rahu bisa mencuri seteguk nektar tetapi ia lebih dahulu dipenggal sebelum ramuan tersebut mencapai seluruh tubuhnya. Saat gerhana selesai atau Matahari muncul kembali, hal tersebut terjadi karena Rahu tidak mempunyai tenggorokan untuk menelannya.

5. Cina

Masyarakat Cina kuno menyakini bahwa gerhana matahari terjadi ketika seekor naga langit menyerang dan melahap Matahari. Kepercayaan tersebut terdapat dalam sebuah catatan gerhana Cina tertua yang berusia 4.000 tahun.

Catatan tersebut menjelaskan "Matahari telah dimakan". Saat gerhana terjadi, penduduk Cina kuno menabuh genderang dan mengeluarkan suara keras saat terjadi gerhana.

Meski demikian, masyarakat Cina kuno tidak menganggap bahwa fenomena gerhana adalah sesuatu yang menarik. Sebagaimana dijelaskan dalam teks Cina kuno berusia 90 SM yang menyebut bahwa gerhana Matahari adalah "masalah biasa".


(cyu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads