Studi: Burung dengan Skill Vokal Kompleks Jago Pecahkan Masalah

ADVERTISEMENT

Studi: Burung dengan Skill Vokal Kompleks Jago Pecahkan Masalah

Noor Faaizah - detikEdu
Jumat, 13 Okt 2023 08:30 WIB
Baeolophus bicolor
Baeolophus bicolor dapat mempelajari lebih dari 63 vokal dan menurut studi merupakan burung dengan kemampuan memecahkan masalah terbaik. Foto: Andy Wilson/inaturalist
Jakarta -

Kemampuan burung dalam melakukan tugas kognitif yang kompleks, seperti menggunakan alat perlu diacungi jempol. Mungkin sebelumnya, kecerdasan burung dilihat dari kemampuan belajar vokal atau kemampuan menirukan suara saja.

Burung pembelajar vokal terbaik, seperti burung gagak dan burung beo sering dianggap sebagai burung yang cerdas. Jika burung menghasilkan suara hal itu merujuk pada panggilan dan nyanyian yang indah. Sedangkan menurut manusia hal itu mengarah ke bahasa.

Jadi wajar jika kita berpikir bahwa kedua sifat tersebut dapat dikaitkan. Namun, benarkah jika pembelajaran vokal mungkin berkaitan dengan kapasitas kognitif otak burung yang lebih besar?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh ahli biologi dari Universitas Rockefeller di New York City, Jean Nicolas Audet bersama rekan-rekannya, menemukan cara untuk menilai pembelajaran vokal dan kemampuan kognitif burung.

Berdasarkan penelitian yang terbit di jurnal Science pada (14/9/2023), analisis dilakukan terhadap 214 burung dari 23 spesies yang berbeda. Hasilnya, memang ada hubungan antara pembelajaran vokal dan setidaknya satu kemampuan kognitif tingkat lanjut, yaitu pemecahan masalah.

ADVERTISEMENT

Mengembangkan Tes Kognitif untuk Burung

Untuk pembelajaran vokal, tim peneliti melakukan kajian literatur untuk menemukan berapa banyak lagu dan panggilan yang dapat dipelajari oleh spesies tertentu.

Termasuk apakah spesies tersebut dapat mempelajari vokalisasi sepanjang hidupnya atau hanya untuk periode perkembangan tertentu, beserta kemampuan meniru suara spesies burung lain.

"Cara baru kami mengukur kompleksitas vokal mengintegrasikan ketiga fitur tersebut bersama-sama," kata Audet dilansir dari laman Science News (14/9/2023).

Para peneliti selanjutnya mengembangkan tes kognitif yang dapat disesuaikan untuk burung yang berbeda. Pengujian yang dibuat untuk seekor burung gelatik rumah mungil (Troglodytes aedon) tidak akan berhasil untuk seekor merpati berkabung berukuran besar (Zenaida macroura).

Oleh karena itu Audet dan asisten penelitinya, MΓ©lanie Couture, memberikan tujuh tugas kognitif kepada burung selama enam hari.

Empat tugas berfungsi untuk menguji kemampuan pemecahan masalah. Seperti cara membuka tutup gabus dari botol untuk mengakses makanan di dalamnya. Sedangkan, tiga tugas lainnya bertujuan untuk menilai pembelajaran dan pengendalian diri burung sebagai ciri-ciri kognisi tingkat lanjut lainnya.

Setelah melakukan rangkaian tes kognitif tersebut, tim peneliti menganalisis apakah spesies burung dengan kemampuan belajar vokal yang lebih kompleks memiliki kinerja yang lebih baik dalam tes kecerdasan mereka.

Adapun burung dengan kemampuan belajar vokal yang lebih kompleks meliputi beberapa hal seperti repertoar lagu yang lebih banyak, kemampuan mimikri, dan belajar seumur hidup atau tidak hanya saat tertentu saja.

Makin Kompleks Belajar Vokal, Makin Jago Pecahkan Masalah

Dikutip dari laman Science News, para peneliti menemukan bahwa burung pemecahan masalah, bukan pembelajaran atau pengendalian diri, sangat terkait dengan kemampuan belajar vokal yang lebih kompleks.

"Semakin tinggi kemampuan belajar vokal, semakin tinggi kemampuan pemecahan masalah," kata Erich Jarvis, salah satu penulis studi dan ahli biologi di Rockefeller University.

Sebagai contoh, burung titmouse berumbai (Baeolophus bicolor), mampu mempelajari 63 vokalisasi dan dapat belajar seumur hidupnya. Spesies tersebut menyelesaikan tugas pemecahan masalah lebih cepat.

Dibandingkan burung koboi berkepala coklat (Molothrus ater) yang hanya mempelajari sekitar 9 vokalisasi dalam jangka waktu perkembangan tertentu, burung titmouse berumbai menunjukkan kemampuan vokal yang lebih kompleks.

Audet bersama dengan rekan-rekannya juga menemukan hubungan antara pembelajaran vokal yang kompleks, kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik, serta ukuran otak yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh.

Menurut William Searcy, ahli biologi di Universitas Miami yang mempelajari kicau burung, temuan baru ini merupakan "hasil yang sangat meyakinkan dan positif". Otak yang lebih besar mungkin diperlukan untuk mengungguli pembelajaran vokal dan pemecahan masalah.

Para peneliti menyimpan beberapa otak burung dengan harapan dapat mencari gen yang mendasari sifat-sifat tersebut. Penelitian ini juga berdampak pada pemahaman para ilmuwan tentang bagaimana bahasa manusia berevolusi.

"Ada kemungkinan kita akan menemukan gen yang terkait dengan pemecahan masalah dan pembelajaran vokal yang mungkin juga digunakan pada manusia untuk perilaku yang sama," kata Audet.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads