Rekonsiliasi berkaitan dengan upaya memperbaiki kembali suatu hubungan. Istilah ini dikenal dalam ilmu manajemen konflik sebagai salah satu dari serangkaian langkah yang diambil untuk menyelesaikan perselisihan yang berlangsung.
Konflik apapun bisa saja terjadi baik antarindividu, kelompok, maupun negara. Lantaran kita tidak mungkin hidup tanpa orang lain, pertikaian yang ada perlu diatasi.
Terlebih jika perselisihan terjalin antarnegara yang bisa mempengaruhi kehidupan rakyatnya. Maka harus ada sejumlah upaya yang diambil segera untuk menangani konflik tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menukil buku Manajemen Konflik dan Stres oleh Ekawarna, rangkaian manajemen dan resolusi konflik yang bisa ditempuh untuk mengatasi konflik, berupa; negosiasi, mediasi, fasilitasi, dan terakhir rekonsiliasi.
Lantas, sebenarnya apa rekonsiliasi itu? Seperti apa proses rekonsiliasi yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik? Simak pembahasan di bawah ini.
Apa Itu Rekonsiliasi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, rekonsiliasi adalah perbuatan memulihkan hubungan persahabatan ke keadaan semula, perbuatan menyelesaikan perbedaan.
Rekonsiliasi dalam bahasa Yunani disebut 'Katallasso' yang artinya didamaikan kembali, menghapus permusuhan, atau meniadakan kesalahan.
Dikutip dari buku Manajemen Konflik Sumber Daya Alam oleh M. Rawa El Amady,rekonsiliasi adalah proses transformasi dari yang sebelumnya berkonflik menjadi berdamai.
Dari beberapa definisi di atas, bisa dipahami bahwa rekonsiliasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah dan memulihkan kembali suatu hubungan dari kondisi buruk ke keadaan damai.
Upaya rekonsiliasi dilakukan jika puncak perselisihan telah terlewati. Tahapan ini ditempuh sebagai pemulihan pasca konflik berlangsung. Meski demikian, rekonsiliasi tetap termasuk salah satu tindakan penting dari rangkaian upaya penyelesaian konflik.
Perubahan hubungan dengan proses rekonsiliasi diperlukan untuk menghilangkan sisa-sisa emosi negatif yang tertinggal akibat konflik. Jika emosi ini tidak teratasi, dikhawatirkan dapat memicu pertikaian kembali di masa mendatang.
Rekonsiliasi dapat dilakukan contohnya dengan berunding secara damai antara pihak yang berkonflik bersama institusi adat atau pranata sosial tertentu sebagai pihak penengah.
Proses Rekonsiliasi
Rekonsiliasi pasca perselisihan memerlukan proses yang panjang. Mengutip Handbook Studi Perdamaian dan Konflik susunan Johan Galtung dan Charles Webel, setidaknya ada 8 tahap yang mesti dilewati. Walau begitu, tidak semua unsur selalu dilakukan dalam penyelesaian konflik. Berikut tahapan dalam proses rekonsiliasi:
- Mengungkap kebenaran tentang apa sebenarnya yang memicu konflik
- Pengakuan yang tulus dari pihak yang bersalah kepada korban
- Permintaan maaf kepada korban sebagai bentuk penyesalan
- Proses memaafkan dari pihak yang menjadi korban konflik
- Menerima atau memberikan keadilan dalam wujud tertentu
- Mencegah masalah terulang dengan menyusun rencana tertentu
- Melanjutkan hubungan yang pernah terjadi sebelumnya antara kedua pihak
- Membangun kembali kepercayaan antara satu sama lain seiring berjalannya waktu.
Faktor Pendukung dan Penghalang Rekonsiliasi
Rekonsiliasi dapat tercapai dengan adanya sejumlah faktor penentu. Selain itu, rekonsiliasi pasca konflik juga memungkinkan terhambat karena berbagai faktor. Berikut di antara faktor pendukung dan penghambat proses rekonsiliasi:
1. Faktor Pendukung Rekonsiliasi
- Tidak dapat menghindar dari suatu hubungan dengan alasan tertentu
- Nilai budaya atau agama yang mendukung saling memaafkan
- Menginginkan terciptanya kedamaian.
2. Faktor Penghalang Rekonsiliasi
- Motif balas dendam
- Keinginan untuk menghukum pelaku konflik
- Kebiasaan memendam kenangan yang menyakitkan.
Contoh Rekonsiliasi
Proses rekonsiliasi dapat dilakukan bahkan dari konflik yang sederhana, seperti pembangunan tempat pembuangan sampah (TPS) akhir di lingkungan tempat tinggal.
Misalnya, warga setempat menolak didirikannya TPS di kawasan perumahan mereka lantaran akan menyebabkan munculnya sejumlah masalah kesehatan hingga membuat tidak nyaman dengan aroma yang ditimbulkan. Maka biasanya warga akan melapor kepada jajaran RT dan RW setempat untuk didiskusikan bersama.
Dari sinilah proses rekonsiliasi bersama pihak penengah dimulai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Seiring berjalannya waktu, kemudian akan dicari jalan keluar atau solusi alternatif lain terkait penyebab konflik.
Itulah penjelasan mengenai rekonsiliasi, mulai dari pengertian, proses, faktor pendukung dan penghambat, hingga contoh konfliknya.
(fds/fds)