Sempat Dianggap Punah, Burung Prasejarah di Selandia Baru Kembali ke Alam Liar

ADVERTISEMENT

Sempat Dianggap Punah, Burung Prasejarah di Selandia Baru Kembali ke Alam Liar

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 30 Agu 2023 19:30 WIB
Burung Takahe yang langka dilepasliarkan di Selandia Baru
Foto: Doc. Department of Conservation Te Papa Atawbai/Burung Takahe
Jakarta -

Tahun 2022 lalu, burung merpati pegar hitam (black-naped pheasant pigeon) ditemukan di sebuah pulau di Papua Nugini setelah dianggap punah selama 140 tahun. Kini, jenis burung lain yang sudah dianggap punah kembali berkeliaran di Selandia Baru.

Burung itu adalah takahe, jenis burung besar yang tidak bisa terbang. Setelah diyakini telah punah selama beberapa dekade, delapan belas burung dilepasliarkan di lembah Danau Whakatipu Waimāori, kawasan pegunungan di Pulau Selatan Selandia Baru beberapa waktu lalu.

Pelepasan yang dilakukan oleh Konservasi Burung Selandia Baru ini menjadi pemandangan langka, karena burung takahe dipercaya tidak lagi berkeliaran selama sekitar 100 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mengenal Burung Takahe

Dikutip dari The Guardian, takahΔ“ adalah burung asal Selandia Baru yang berevolusi tanpa mamalia darat asli yang mengelilinginya. Habitat mereka adalah di pegunungan.

Burung takahe tidak bisa terbang dan memiliki tinggi sekitar 50cm. Kehadiran mereka di Aotearoa setidaknya berasal dari era Pleistosen prasejarah, menurut sisa-sisa fosil.

ADVERTISEMENT

"Tampaknya hampir seperti zaman prasejarah. Dari depan, tubuh mereka terlihat hampir bulat sempurna, ditambah dengan bulu berwarna biru kehijauan, mereka tampak seperti model planet Bumi yang bertengger di atas dua kaki panjang berwarna merah cerah," kata Tūmai Cassidy, dari Ngāi Tahu, suku yang mendiami habitat burung takahe.

Melindungi Burung Takahe dengan Memberantas Hama

Setelah dinyatakan punah pada tahun 1898, burung takahe baru ditemukan kembali pada tahun 1948. Sejak saat itu, jumlahnya terus bertambah di konservasi dan kini mencapai 500 ekor.

Bagi Konservasi Burung Selandia Baru, kembalinya populasi takahΔ“ liar menjadi perayaan tersendiri karena salah satu makhluk paling langka di dunia bisa dilihat di alam liar.

Diketahui, dulu burung takahe bisa punah karena kedatangan hewan-hewan pendamping pemukim Eropa di habitat mereka seperti cerpelai, kucing, musang, dan tikus.

Oleh karena itu, Departemen Konservasi (DOC) secara bertahap telah memperkenalkan burung-burung tersebut ke beberapa cagar alam di pulau dan taman nasional.

Mereka melakukan investasi besar-besaran dalam hal perangkap dan pemberantasan hama untuk mencoba melindungi burung-burung takahe.

"Menjebak cerpelai, musang, dan kucing liar telah menurunkan jumlah predator (dari burung takahe). Terus menjaganya tetap rendah... sangatlah penting," kata manajer operasi pemulihan DOC TakahΔ“, Deidre Vercoe.

Saat ini, Selandia baru terus melakukan upaya nasional untuk memusnahkan predator terburuk seperti tikus, posum, dan cerpelai sampai tahun 2050. Di sisi lain, seiring dengan meluasnya upaya penangkapan predator, spesies langka seperti burung takahe diperkenalkan kembali di luar pagar suaka.

Pada tahun lalu burung kiwi, diperkenalkan kembali ke alam liar di pinggiran kota untuk pertama kalinya dalam beberapa generasi. Kini, ada burung takahe yang juga kembali setelah beberapa dekade.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads