Mitos atau Fakta? Ini Penjelasan Sains tentang Otak Kanan dan Kiri

ADVERTISEMENT

Mitos atau Fakta? Ini Penjelasan Sains tentang Otak Kanan dan Kiri

Nikita Rosa - detikEdu
Minggu, 20 Agu 2023 16:00 WIB
Ilustrasi anak belajar alat musik biola
Otak kanan kerap dikaitkan dengan sisi logis sementara otak kiri lebih artistik. Mitos atau fakta? Simak penjelasannya di sini. Foto: Getty Images/gahsoon
Jakarta -

Otak kanan dan kiri terus dikaitkan dengan sisi logis dan artistik. Namun, apakah anggapan ini mitos atau fakta?

Umumnya, seseorang yang dominan otak kiri akan dianggap sebagai pemikir yang logis dan teliti. Berbeda dengan si dominan otak kanan, ia akan dianggap lebih berjiwa bebas dan artistik.

Gagasan bahwa orang dengan otak kanan dominan cenderung kreatif dan orang dengan otak kiri dominan cenderung analitis tersebar luas dalam ulasan psikologi populer. Namun dijelaskan dalam Encyclopaedia Britannica, adanya orang berotak kanan atau berotak kiri dominan adalah mitos.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dominan Otak Kanan dan Otak Kiri adalah Mitos

Meskipun setiap orang memiliki kepribadian dan bakat yang berbeda, perbedaan ini tidak berkaitan dengan dominasi separuh otak, baik kiri maupun kanan. Penelitian terbaru yang menggunakan teknologi pencitraan otak belum menemukan bukti dominasi otak kanan atau kiri.

Salah satu kelemahan dari mitos tersebut adalah bergantung pada konsepsi samar tentang kemampuan otak. Matematika, misalnya, membutuhkan pemikiran logis dan secara umum dikatakan berada di otak kiri, jauh dari semua kemampuan otak kanan yang berseni. Tapi matematika membutuhkan kreativitas selain logika.

ADVERTISEMENT

Demikian juga pada kreativitas artistik, bukan hanya emosi yang tak terkendali. Banyak dari karya seni terbesar adalah produk dari pemikiran yang teliti dan tepat.

Bersumber dari Sains Nyata

Seperti banyak mitos modern, mitos orang otak kanan dan otak kiri berakar pada sedikit sains nyata. Hal ini dibuktikan pada studi tahun 1940-an.

Waktu itu, para dokter menemukan bahwa dengan memotong corpus callosum (bundel serabut saraf yang menghubungkan dua belahan otak) lewat pembedahan, kejang dapat dikurangi pada pasien dengan epilepsi yang tidak dapat dikendalikan.

Setelah operasi, pasien memiliki fungsi intelektual dan emosional yang normal dan hanya mengalami gangguan ringan. Pemeriksaan yang lebih menyeluruh, mengungkapkan gangguan spesifik dalam persepsi dan kognisi yang menerangi bagaimana dua bagian otak berbeda satu sama lain dan bagaimana mereka bekerja.

Secara umum, belahan otak kanan ditemukan lebih mahir dalam tugas-tugas spasial, sedangkan otak kiri ditemukan sebagai pusat bahasa dan pemecahan masalah. Namun sepanjang riset, para ahli menemukan pembagian kerja otak jauh lebih kompleks dari pembagian sisi otak kanan dan kiri.




(nir/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads