Dalam dunia Pramuka, nama Baden Powell tidaklah asing karena ia merupakan Bapak Pramuka Dunia. Secara global, Baden Powell merupakan sosok yang mendirikan organisasi kepanduan dunia.
Dalam kesehariannya, Baden Powell dikenal sebagai tentara dan penulis. Tidak hanya tentara biasa, Baden Powell merupakan tentara yang memiliki berbagai kemampuan baik tentang cara bertahan hingga intelektualitas yang tinggi dibuktikan dengan buku-buku karyanya.
Siapa sebenarnya sosok Baden Powell atau Bapak Pramuka Dunia ini? Simak yuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riwayat Hidup Baden Powell
Sebagaimana yang tertulis dalam buku Panduan Wajib Pramuka Super Lengkap oleh Jaenudin Yusup dan Tini Rustini (2016), Baden Powell lahir pada 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth. Ayah Baden Powell yang bernama Domine Baden Powell merupakan seorang profesor geometri di Universitas Oxford.
Ketertarikan Baden Powell terhadap dunia pramuka banyak dipengaruhi oleh sang ibu, karena ayahnya telah meninggal saat ia masih kecil sehingga Baden Powell mendapatkan pembinaan watak ibunya. Adapun ketangkasan yang ia miliki soal berlayar, berenang, berkemah, dan olahraga berasal dari sang kakak yang selalu mengajarinya sejak kecil.
Di mata kawan-kawan, Baden Powell terkenal sebagai anak yang sangat cerdas, lucu, gembira, menyukai musik, pandai bersandiwara, berolahraga hingga menggambar. Bakat-bakat yang ia miliki sejak kecil itulah yang membuatnya tumbuh menjadi sosok yang berani.
Sosok Baden Powell yang menyukai tantangan tidak terlepas dari pengalaman selama hidupnya. Ia pernah menjadi pembantu letnan pada Resimen 13 Kavaleri yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta keberhasilan melatih panca indra kepada Kimbal O'Hara.
Tak hanya itu Baden Powell berhasil melewati masa kelam saat ia harus terkepung di Boer di Kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari dalam keadaan kekurangan makan. Pengalaman yang tidak biasa lainnya adalah ia pernah mengalahkan Kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik Raja Dinizulu.
Atas kepiawaian-kepiawaiannya tersebut, Baden Powell diminta oleh William Smyth, seorang pimpinan Boys Brigade untuk melatih pasukannya. Pengalaman-pengalamannya yang tertulis dalam buku Aids to Scouting dijadikan petunjuk pembelajaran bagi tentara muda Inggris.
Pada tahun 1930, Baden Powell mulai sakit-sakitan. Hingga tahun 1939, ia memutuskan pindah dan menetap di Nyeri, Kenya. Namun selang dua tahun, Baden Powell akhirnya meninggal dan dimakamkan di St. Peter, Nyeri.
Kiprah Baden Powell di Dunia Pramuka
Pada tahun 1908, Baden Powell menuliskan pengalaman dirinya soal pengalaman untuk acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kemudian, kumpulan tulisannya dibuat menjadi buku berjudul Scouting for Boys.
Buku Scouting for Boys dengan cepat tersebar di Inggris dan negara-negara lain. Buku ini menjadi cikal bakal lahirnya organisasi kepramukaan yang awalnya hanya untuk laki-laki yang dinamakan "Boys Scout".
Berkat bantuan sang adik yakni Agnes, pada tahun 1912, Powell mendirikan organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama "Girl Guides" yang kemudian diteruskan oleh istrinya. Selang empat tahun kemudian, berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama CUB (anak serigala) dengan buku The Jungle Book karya Rudyard Kipling.
Pada tahun 1918, Powell membentuk "Rover Scout" bagi anak muda yang berusia 17 tahun. Kemudian, pada tahun 1920, Powell mengadakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall, London. Ia mengundang tim pramuka dari 27 negara.
Raih Gelar Lord dari Raja George
Bakat-bakat dan kiprah yang Baden Powell telah torehkan selama hidupnya membawa ia mendapat berbagai apresiasi. Pada Jambore Dunia pertama, 6 Agustus 1920, Baden Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World) atau bisa disebut Bapak Pramuka Sedunia.
Pada tahun 1922, Baden Powell mendapat anugerah gelar Baronet. Salah satu gelar kehormatan besar lainnya yang ia miliki adalah Lord dan Peerage yang diberikan oleh Raja George V pada tahun 1929.
Baden-Powell juga dianugerahi Order of Merit dalam sistem penghormatan Inggris dari Raja George pada tahun 1937. Hal tersebut ia dapatkan karena memenangkan Wateler Peace Prize, dan dianugerahi 28 gelar lain dari negara lainnya.
(cyu/pal)