Batu Ini Diduga Terlempar ke Ruang Angkasa dan Kembali ke Bumi

ADVERTISEMENT

Batu Ini Diduga Terlempar ke Ruang Angkasa dan Kembali ke Bumi

Zefanya Septiani - detikEdu
Selasa, 25 Jul 2023 19:32 WIB
Batu ini diduga meteorit dari Bumi
Batu ini diduga terlempar dan bertahan di ruang angkasa selama ribuan tahun, lalu kembali ke Bumi. Ajaibnya, batu ini masih utuh! Foto: Albert Jambon
Jakarta -

Temuan menakjubkan datang dari sebuah batu berwarna cokelat kekuningan gelap. Pasalnya, batu yang diambil dari gurun Sahara di Maroko, digadang-gadang merupakan batu Bumi yang terlempar ke luar angkasa, bertahan selama ribuan tahun di sana, dan kembali lagi.

Jika asumsi para ilmuwan benar bahwa batu ini pernah mengunjungi ruang angkasa dan diam di sana selama ribuan tahun sebelum kembali ke Bumi, maka batu tersebut akan secara resmi dinamai sebagai meteorit bumerang Bumi pertama.

"Saya rasa tidak ada keraguan bahwa ini adalah meteorit," ucap Frank Brenker, seorang ahli geologi di Universitas Goethe Frankfurt di Jerman, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini, dikutip dari laman Space.com.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masalahnya adalah apakah batu ini benar-benar dari Bumi," tambahnya.

Dibeli pada 2018

Batu Northwest Africa 13188 (NWA 13188) yang memiliki berat sekitar 0,6 kg itu dibeli pada 2018 di salah satu pameran mineral permata tahunan terbesar di Eropa di Sainte Marie aux Mines, Prancis. Pembelinya adalah Albert Jambon, pensiunan dosen dari Sorbonne University di Paris.

ADVERTISEMENT

Jambon menuturkan, ia terus berkomunikasi dengan para pemburu dan pedagang meteorit. Saat ini, ia sudah membeli hampir 300 meteorit untuk universitasnya selama dua dekade terakhir.

Saya membeli ini hanya karena tidak biasa," ucap Jambon.

"Tidak ada yang tahu berapa harga sebenarnya dari batu ini," tambahnya.

Pedagang Maroko yang menjual meteorit ini kemungkinan besar membelinya dari suku Badui nomaden yang mengumpulkan batu-batu unik di Sahara. Akibatnya, lokasi asli pendaratan batu NWA 13188 setelah kembali ke Bumi masih jadi misteri.

Dua tahun yang lalu, Jambon juga telah bekerja sama dengan JΓ©rΓ΄me Gattacceca, kolaborator lama yang mengklasifikasikan meteorit untuk kolektor pribadi. Ia juga seorang ahli geofisika dari French National Centre for Scientific Research.

Gattacceca kemudian memimpin investigasi asal-usul batu tersebut. Analisis awal mereka terhadap batu ini belum meyakinkan bagi ahli geologi lainnya. Pasalnya, berdasarkan kesimpulan yang diambil sejauh ini, belum dapat dipastikan bahwa batu tersebut memang berasal dari Bumi.

"Ini adalah batu menarik yang pantas mendapatkan lebih banyak penyelidikan sebelum membuat klaim yang luar biasa," kata Ludovic Ferrière, kurator koleksi batu di Natural History Museum Vienna di Austria, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini.

Punya Komposisi Kimia Seperti Batuan Vulkanik Bumi

Tes diagnostik awal menunjukkan batu ini memiliki komposisi kimia yang sama dengan batuan vulkanik Bumi. Namun, beberapa elemen tampaknya telah berubah menjadi bentuk-bentuk yang lebih ringan dari versi aslinya.

Versi yang lebih ringan ini lazimnya terjadi setelah batuan berinteraksi dengan sinar kosmik berenergi besar di ruang angkasa. Perubahan elemen ini memberi salah satu bukti kunci bahwa batu ini pernah berada di luar Bumi.

"(Konsentrasi terukur dari elemen-elemen yang lebih ringan ini, yang disebut isotop), terlalu tinggi jika dibandingkan dengan hasil dari proses yang terjadi di Bumi," kata Gattacceca.

Dugaan Terlempar ke Angkasa akibat Asteroid Menabrak Bumi

Guttacceca dan rekan-rekannya memprediksi bahwa batu ini pertama kali terlempar ke luar angkasa tepat setelah sebuah asteroid menabrak Bumi, sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Satu-satunya peristiwa alam lain yang mampu mencatatkan batu-batu pada ketinggian yang cukup tinggi adalah letusan gunung api. Namun, para ahli geologi mengatakan kemungkinan itu sangat kecil untuk menjelaskan asal-usul temuan terbaru ini.

Setelah terlempar ke luar angkasa dan melewati selubung pelindung Bumi, NWA 13188 akan rentan terhadap sinar kosmik galaksi.

Sinar kosmik ini terdiri atas partikel dengan energi tinggi yang berasal dari bintang-bintang yang meledak di kejauhan dan menembus sistem Tata Surya dengan kecepatan mendekati cahaya.

Sinar-sinar melimpah ini akan menyerang meteorit dan meninggalkan jejak isotopik yang khas dan dapat terdeteksi, seperti beryllium-3, helium-10, dan neon-21. NWA 13188. Nah, batu ini punya tingkat unsur-unsur tersebut lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam batuan apapun di Bumi, tetapi lebih rendah daripada dalam meteorit lain.

Hal ini menunjukkan bahwa batu ini mungkin telah menghabiskan sekitar dua ribu hingga beberapa puluh ribu tahun dalam orbit mengelilingi Bumi sebelum kembali masuk atmosfer, kata para ilmuwan.

Petunjuk penting kedua yang mengungkap perjalanan batu ini ke luar angkasa adalah lapisan permukaan meleleh yang disebut sebagai kerak fusi. Perubahan ini dapat terbentuk ketika batu-batu angkasa melintasi atmosfer Bumi dalam perjalanannya kembali ke planet kita.

Usia dan Kawahnya Belum Diketahui

Tim Guttacceca juga belum mengetahui usia meteorit ini, merupakan indikator penting. Batu ini diklasifikasikan sebagai achondrite yang belum dikelompokkan. Meteorit anggota kelas ini diberi usia 4,5 miliar tahun, sama dengan usia Tata Surya.

Namun jika NWA 13188 adalah batu Bumi, maka usianya seharusnya jauh lebih muda dari Tata Surya. Selain itu, para peneliti juga menilai kurangnya kawah besar di Bumi dengan usia semuda 10.000 tahun.

Jika batu ini benar-benar terlempar ke ruang amgkasa karena asteroid menghantam Bumi, maka usia kawah super lebar dekat Sahara harus semuda itu. Gattacceca dan rekan-rekannya memperkirakan bahwa sebuah kawah sekitar 20 km lebar harus terbentuk jika sebuah asteroid berdiameter 1 km menabrak Bumi sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Sayangnya, di antara 50 dari 200 kawah bekas kejatuhan asteorid uang saat ini diketahui di Bumi dengan ukuran sesuai, tidak satupun yang memiliki usia lebih muda dari jutaan tahun.

Pengukuran lain yang belum dipastikan adalah data yang jelas tentang seberapa banyak guncangan permanen yang meninggalkan jejak pada batu tersebut. Tanda unik ini dapat terdeteksi dalam struktur mikro yang secara permanen berubah dari kristal-kristal mineral pembentuk batu tersebut.

"(Memperkirakan tingkat guncangan meteorit adalah) sesuatu yang dapat diperiksa atau dilakukan dalam waktu satu jam atau lebih, dengan menggunakan mata telanjang," ucap Ferrière.

"Jadi, tidak mahal dan sangat penting untuk pengamatan dalam kasus ini," tambahnya.

Jika penemuan ini terbukti benar, NWA 13188 akan menjadi meteorit bumerang pertama, meskipun saat ini tidak ada nama resmi untuk klasifikasi seperti itu. Beberapa ahli geologi menyebut kelompok ini sebagai meteorit Bumi.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads