Sebuah fenomena 'ular' raksasa yang seperti tengah melilit permukaan Matahari tertangkap oleh Solar Orbiter Badan Antariksa Eropa. Bukan 'ular' secara harafiah, fenomena itu datang karena adanya proses energi yang intens di atmosfer Matahari.
Dikutip dari CNBC Indonesia, proses energi intens bisa terjadi karena tembakan tabung gas atmosfer oleh medan magnet Matahari. Akibatnya, gas berbentuk menyerupai ular yang melilit pusat Tata Surya itu.
Adapun Solar Orbiter Badan Antariksa Eropa merupakan misi luar angkasa kolaborasi internasional antara ESA dan NASA. Misi ini diluncurkan pada tanggal 10 Februari 2020. Solar Orbiter menangkap gambar selama tiga jam yang bantu memperkirakan 'ular' itu bergerak dengan kecepatan 170 kilometer per detik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dikutip dari European Space Agency (ESA), fenomena ini bukan hal baru. 'Ular' tersebut terlihat pada tanggal 5 September 2022 lalu ketika Solar Orbiter mendekati Matahari. Lalu mengapa 'ular' tersebut bisa bergerak? Begini penjelasannya.
Proses 'Ular' Bergerak di Matahari
Seluruh gas di atmosfer Matahari disebut dengan plasma. Permukaan Matahari memiliki suhu mencapai lebih dari satu juta derajat Celcius yang menyebabkan elektron terlepas dari atom.
Meski begitu, di beberapa bagian permukaan Matahari ada daerah yang lebih dingin. Nah, 'ular' tersebut terbentuk di bagian plasma ini.
David Long, peneliti yang memperhatikan fenomena ini menjelaskan plasma dingin mengalir dari satu sisi ke sisi lainnya. Inilah yang terlihat seperti melintasi permukaan.
"Anda mendapatkan plasma mengalir satu sisi ke sisi lain, namun medan magnetnya benar-benar acak. Jadi Anda mendapatkan perubahan arah ini karena kami melihat ke bawah pada struktur yang bengkok," jelas pemimpin penelitian, David Long dari Mullard Space Science Laboratory (UCL), Inggris.
Titik asal 'ular' dan filamen yang meledak dikenal sebagai coronal mass ejection. Ledakan ini kemudian terdeteksi oleh Energetic Particle Detector (EDP) di pesawat ruang angkasa.
David menjelaskan peristiwa ini menjadi letusan partikel energi Matahari paling intens yang pernah tercatat.
Dampak pada Bumi
Karena disebut letusan paling intens yang pernah tercatat, coronal mass ejections yang menghantam Bumi bisa menyebabkan badai geomagnetik. Namun hal ini tidak terjadi.
Meski begitu, letusan ikut menyapu Parker Solar Probe milik NASA. Hal ini bukan hal yang buruk, karena dampaknya bisa mengukur letusan yang terjadi.
Tak hanya itu, sampel gas yang mengenai Parker Solar Probe milik NASA ini bisa digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Hal ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang aktivitas matahari dan terbentuknya 'cuaca antariksa' yang mungkin di kemudian hari bisa mengganggu satelit dan teknologi lain di Bumi.
(twu/twu)