Visual Gajah Mada dari Arca Bima & Brajanata, Beda dengan Versi M Yamin

ADVERTISEMENT

Visual Gajah Mada dari Arca Bima & Brajanata, Beda dengan Versi M Yamin

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Senin, 03 Jul 2023 15:00 WIB
Penggambaran Gajah Mada
Foto: (Repro Journal of Visual Communication Design/Universitas Ciputra)
Jakarta -

Sebenarnya bagaimana rupa dan perawakan Mahapatih Gajah Mada sang pemersatu Nusantara ini? Selama ini apakah penafsiran visual dari Mohammad Yamin sudah tepat?

Mahasiswa Doktoral Seni Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Hutomo Setia Budi menawarkan visual alternatif Gajah Mada. Dia turut dibimbing oleh Prof Dr I Wayan Adnyana, SSn, MSn sebagai promotor serta Dr Drs I Wayan Swandi, MS dan Dr I Nyoman Suardina, SSn, MSn selaku co-promotor.

Tentu penggambaran visual ini tidak sembarangan. Mereka membuat visual berdasarkan riset beberapa arca di Museum Nasional dan wawancara para sejarawan dan arkeolog.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam jurnal ditulis mahasiswa doktoral seni itu yang berjudul "Character Design of Mahapatih Gajah Mada Based on Visual References from Bima and Brajanata/Kertala Statues" yang diterbitkan dalam VCD Journal of Visual Communication Design (VCD) Volume 8 Nomor 1 Juli 2023 yang dipublikasikan Universitas Ciputra disebutkan arca yang diriset sebagai referensi visual Gajah Mada adalah arca Bima dan Brajanata/Kertala.

Metode Riset Visualisasi Gajah Mada

Metode riset untuk mendapatkan penggambaran Gajah Mada yang lebih akurat, pantas dan dapat diandalkan melalui 2 tahap. Tahap pertama adalah penambangan data tentang Gajah Mada dan Kerajaan Majapahit melalui studi literatur. Untuk memperkuat data literatur ini metode kualitatif digunakan dengan mewawancara narasumber pakar yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Gajah Mada dan Majapahit.

ADVERTISEMENT

Tahap kedua setelah data literatur dan wawancara dikumpulkan, memvisualisasi data itu menjadi desain karakter Gajah Mada. Narasumber pakar tetap dilibatkan untuk masukan setiap perkembangan karakter visual.

Ada 5 narasumber pakar yang dilibatkan yakni Rizki (arkeolog dan anggota Balai Pelestarian Kebudayaan Mojokerto), Gunawan Sambodo (arkeolog), Sumarwoto (pegiat kebudayaan, Komunitas Pecinta Majapahit), Yohanes Somawiharja (pegiat kebudayaan, Rektor Universitas Ciputra Surabaya) dan Prof Agus Aris Munandar (arkeolog dan guru besar Fakultas Arkeologi UI). Prof Agus Aris Munandar dalam hal ini menjadi narasumber pakar kunci.

Dari wawancara mendalam dengan Prof Agus, visual Gajah Mada akhirnya mengambil referensi dari arca Brajanata/Kertala, karakter yang muncul dari cerita Panji dan karakter Bima dalam kisah Mahabarata.

Menurut Prof Agus, kisah Panji menceritakan tentang peristiwa di Kerajaan Majapahit dengan karakter dominan Panji dan Brajanata. Sosok Panji seperti Raden Panji kemungkinan adalah Hayam Wuruk. Sedangkan Raden Brajanata adalah kakak Raden Panji, yang bertugas menjadi penjaga dan pemandu Raden Panji seperti Gajah Mada mengawal Hayam Wuruk. Kisah Gajah Mada sendiri sangat mirip dengan kisah Brajanata/Kertala ini.

Berdasarkan hipotesa Prof Agus, maka referensi deskripsi sosok Mahapatih Gajah Mada mengacu ke Brajanata. Brajanata dideskripsikan bertubuh tinggi-besar, cukup berotot, berkumis baplang dan bergelombang, di bagian atas kepala terdapat ikat rambut dengan pita membentuk topi tekes, memakai baju, gelang dan ikat lengan atas berbentuk ular.

Visual Gajah MadaVisual Gajah Mada dari arca Bima (kiri) dan Brajanata (kanan) Foto: (Repro Journal VCD Visual of Communication Design)



Di akhir masa Majapahit, pertengahan abad 15, berbagai arca Bima dibuat yang mirip dengan arca Brajanata. Berdasarkan temuan ini, diputuskan menggunakan arca Bima dan Brajanata yang disimpan di Museum Nasional Indonesia, sebagai referensi visual karakter Gajah Mada. Maka beginilah visual Gajah Mada berdasarkan riset itu.

Visual Gajah MadaVisual Gajah Mada Foto: (Repro Journal VCD Visual of Communication Design)

Rupa Gajah Mada Versi M Yamin dari Arca Celengan

penampakan Candi atau Gapura Wringinlawang di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokertopenampakan Candi atau Gapura Wringinlawang di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto

Dilansir detikNews, rupa Mahapatih Gajah Mada yang beredar selama ini ternyata hasil penafsiran Mohammad Yamin, sejarawan sekaligus Menteri Penerangan era Presiden Soekarno.

Yamin menafsirkan sosok Gajah Mada dari temuan arca celengan di Mojokerto. Yamin menggambarkan rupa Gajah Mada di bukunya berjudul Gajah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara. Cetakan pertama buku ini tahun 1945 silam. Ia memasang sebuah foto dengan keterangan 'Gajah Mada' di bagian awal buku tersebut.

Sosok arca pada foto tersebut mempunyai wajah yang bulat gemuk dengan tulang pipi dan dahi yang menonjol. Sorot matanya tajam dengan bibir tebal dan hidung yang besar.

Visual Gajah MadaVisual Gajah Mada Foto: (Repro Journal VCD Visual of Communication Design)

"Arca tanah liat ini dapat digali dekat Puri Gajah Mada di Terawulan (Majapahit). Rupanya penuh dengan kegiatan yang mahatangkas dan air matanya menyinarkan keberanian seorang ahli politik yang berpemandangan jauh," tulis Yamin yang dikutip detikcom, Sabtu (4/12/2021).

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan foto di buku Yamin tersebut merupakan terakota celengan berbentuk kepala manusia. Benda cagar budaya tersebut ditemukan Yamin saat ekskavasi di sebelah barat Candi Wringinlawang di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan Mojokerto.




(nwk/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads