Pada momen Idul Adha kali ini, mungkin kalian ingin menuliskan cerita pengalaman Idul Adha ke dalam sebuah karangan. Jika kalian masih bingung, simak cara menulis cerita pendek di bawah ini, mulai dari unsur cerita, struktur cerita, dan contohnya.
Unsur Cerita
Untuk bisa membuat cerita dengan baik, kamu harus mengetahui unsur intrinsik dari cerita yang mau kamu tulis. Setidaknya ada enam hal yang perlu kamu tentukan sebelum menulis, seperti yang dilansir dari buku Rambu-rambu Menulis Cerpen (2017) oleh Ainun Masruroh.
1. Tema
Yang paling utama dalam membuat cerita adalah menentukan tema. Kali ini tema yang akan kita bahas adalah cerita pengalaman Idul Adha. Tentunya cerita kamu bisa berkaitan dengan pengalaman berpuasa Dzulhijjah, sholat Idul Adha, penyembelihan kurban, dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Alur
Alur atau plot adalah urutan waktu dari rangkaian cerita. Ada tiga jenis alur, yaitu alur maju, alur mundur (flashback), dan alur campuran. Yang paling umum adalah alur maju. Secara umum, berikut ini urutan jalannya cerita:
- Pembukaan atau pengenalan
- Tahap pengenalan masalah
- Klimaks atau puncak masalah
- Antiklimaks
- Penyelesaian atau penutup
3. Latar
Latar ini meliputi waktu, tempat, dan suasana. Waktu ini misalnya disebutkan hari dan jamnya. Tempat bisa jadi tidak hanya satu, tetapi bisa berpindah-pindah. Suasana digunakan untuk membuat pembaca ikut merasakan apa yang terjadi di dalam cerita.
4. Tokoh
Tokoh terdiri dari tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh ini meliputi nama hingga penokohan. Penokohan ini bisa digambarkan dengan menyebutkan sifat, ciri fisik, atau bisa juga lewat dialog.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang ada empat, yaitu:
- Sudut pandang orang pertama pelaku utama, yaitu tokoh 'aku' sebagai pelaku utama.
- Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, yaitu tokoh 'aku' sebagai pelaku sampingan.
- Sudut pandang orang ketiga serbatahu, yaitu penulis sebagai 'dia' dan bisa mengetahui semua tokoh dengan penokohannya.
- Sudut pandang orang ketiga pengamat, yaitu penulis sebagai 'dia' namun biasanya hanya tahu tentang satu tokoh saja, biasanya tokoh utama.
6. Amanat
Sebuah cerita akan lebih bermakna jika ada amanat. Amanat adalah pesan yang bisa diambil oleh pembaca setelah membaca cerita.
Struktur Cerita
Selain unsur intrinsik cerita, ada struktur cerita yang juga harus kamu ketahui. Dilansir dari buku Cara Mudah Menulis Cerpen (2020) oleh Indah Rimawan, dkk, ada enam struktur dalam cerita.
1. Abstrak
Abstrak adalah inti cerita yang masih bisa dikembangkan menjadi berbagai rangkaian cerita. Tapi dalam sebuah cerita, abstrak ini boleh ada boleh tidak.
2. Orientasi
Struktur teks ini berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat. Orientasi ini penting untuk memberi penggambaran cerita kepada pembaca.
3. Komplikasi
Komplikasi adalah struktur cerita yang berisi alur atau urutan kejadian sebab akibat, serta menggambarkan karakter dari tokoh cerita.
4. Evaluasi
Struktur evaluasi ini adalah berkaitan dengan konflik menuju klimaks, hingga mulai mendapatkan solusinya.
5. Resolusi
Setelah evaluasi, ada resolusi, yaitu struktur cerita yang mengungkapkan solusi dari masalah yang terjadi.
6. Koda
Yang terakhir adalah koda atau penutup. Pada bagian ini, pembaca bisa mendapatkan pesan atau amanat yang menjadi inti dari cerita tersebut.
Contoh Cerita Pengalaman Idul Adha
Setelah mengetahui unsur dan struktur cerita, berikut ini contoh cerita pengalaman Idul Adha yang bisa kamu perhatikan.
Judul: Idul Adha di Desa Ayah
Idul Adha tahun ini terasa berbeda karena bertepatan dengan libur kenaikan kelas. Alhamdulillah kemarin aku mendapatkan rangking 3 di kelas dan bisa naik ke kelas 6 SDN Sukomulyo, Magelang. Karena prestasi ini, aku boleh meminta hadiah kepada ayahku. Aku minta berlibur ke desa ayah yang ada di Kudus, Jawa Tengah.
Aku ingin berlibur ke Kudus karena ingin melihat pelaksanaan Idul Adha di sana. Sebab di desa ayahku, hewan yang dikurbankan bukan sapi, tetapi kerbau. Terakhir kali aku ke sana waktu masih duduk di bangku TK. Jadi aku lupa-lupa ingat.
Kebetulan ayahku bisa izin kantor untuk pulang lebih awal, jadi kita sekeluarga bisa berangkat sehari sebelum hari raya Idul Adha. Aku, ayah, dan ibu berangkat naik mobil. Aku duduk di belakang, sedangkan ayah dan ibu duduk di depan.
Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar 3,5 jam. Karena perjalanan panjang, aku sudah membawa banyak bekal makanan. Tapi sebelum sempat makan cemilan, ternyata aku tertidur di mobil.
Sekitar 3 jam perjalanan, aku terbangun karena ban mobilku bocor. Padahal tempat itu adalah persawahan dan hari sudah sore. Ayahku sempat jalan kaki menuju perumahan warga, tetapi tidak ada tukang tambal ban di sana. Tambal ban terdekat jaraknya sekitar 1 kilometer, tidak mungkin mobilnya didorong sampai ke sana.
Ayahku lalu memberi kabar ini kepada pamanku di Kudus. Ternyata pamanku mau menjemput ke tempat kami. Kami pun menunggu sambil mencari warung di sekitar lokasi. Sekitar 30 menit kemudian, paman datang. Dalam perjalanan, paman juga sambil mencari tukang tambal ban sehingga mobilnya bisa cepat ditangani.
Singkat cerita, kami akhirnya sampai di desa ayah malam hari. Masjid di dekat rumah paman sudah terus mengumandangkan takbir karena besok adalah hari raya. Tapi karena sudah terlalu lelah, aku diminta cepat tidur.
Keesokan harinya, selepas subuh, aku sudah mandi dan bersiap mengikuti salat Idul Adha di lapangan desa. Suasananya benar-benar berbeda dengan di rumahku yang masuk di perkotaan. Sambil berjalan ke lapangan, aku sempat melihat-lihat kerbau yang mau disembelih. Ukurannya besar-besar.
Setelah salat Idul Adha, aku diminta ganti pakaian dan ikut menyaksikan pelaksanaan penyembelihan kurban. Kebetulan keluarga ayah ada banyak di sana. Aku berkesempatan naik ke punggung kerbau bergantian dengan anak-anak lainnya. Ini pengalaman pertamaku naik ke punggung kerbau.
Dan yang paling ditunggu adalah setelah selesai penyembelihan kerbau. Warga di sana memasak gulai daging kerbau. Kami sekeluarga ikut makan bersama warga setempat. Ini juga pertama kalinya aku makan daging kerbau, ternyata rasanya enak juga.
Inilah pengalamanku di desa ayah saat Idul Adha. Selain itu, aku sempat liburan ke beberapa tempat wisata di sana. Waktu terasa sangat cepat. Setelah tiga hari di sana, kami akhirnya berpamitan untuk pulang. Aku berharap bisa datang ke sana lagi tahun depan.
Nah, itulah tadi cara menulis cerita pengalaman Idul Adha, mulai dari mengetahui unsur cerita hingga struktur cerita. Dari contoh di atas, kamu bisa juga menulis cerita pengalamanmu sesuai dengan cara di atas. Semoga bermanfaat.
(bai/fds)











































