Manusia akan Semakin Sulit Lihat Bintang, Apa Sebabnya?

ADVERTISEMENT

Manusia akan Semakin Sulit Lihat Bintang, Apa Sebabnya?

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 04 Jun 2023 15:00 WIB
Bentangan galaksi Bimasakti atau milky way terlihat jelas di perbatasan NTT-Timor Leste karena lokasi ini minim polusi. Penasaran seperti apa foto-fotonya?
Langit malam di perbatasan Timor Leste. Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

Manusia modern sangat membutuhkan lampu dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya lampu rumah, melainkan juga lampu jalanan, lampu papan iklan, banyak lagi.

Sayangnya, menurut para ilmuwan, jika pencahayaan luar ruangan seperti ini terus berlanjut, maka bintang tak akan terlihat di sebagian besar tempat di dunia.

Polusi cahaya pertama kali dilaporkan pada kisaran 197-0an, seperti dikutip dari ZME Science. Pada waktu itu, keadaan banyak lampu ini dilaporkan sebagai sebuah masalah karena tak hanya mengganggu observasi langit, tetapi juga mengganggu observasi terhadap tanaman dan hewan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polusi Cahaya Memburuk Akibat LED

Sebuah studi pada Januari 2023 dalam jurnal Science bertajuk "Light Pollution is Skyrocketing" menemukan bahwa polusi cahaya sedang memuncak.

Para ilmuwan menyimpulkan, bintang-bintang paling redup di langit malam tertutup 10 persen setiap tahunnya akibat cahaya buatan. Masalah ini dinilai semakin memburuk karena sinar LED.

ADVERTISEMENT

Lampu LED lebih berkelanjutan ketimbang lampu generasi sebelumnya. Namun, satelit tidak cukup pintar mendeteksi sinar LED.

Maka dari itulah, jika seseorang mengamati polusi cahaya dari luar Bumi, lampu LED akan menyebabkan seakan masalah soal polusi cahaya tidak cukup besar.

Pada 2016, sebuah penelitian menemukan bahwa Milky Way tak lagi terlihat oleh sepertiga umat manusia di Bumi. Kemudian, diperkirakan 3 dekade ke depan, sebagian besar bintang tidak dapat lagi terlihat.

Di Eropa, polusi cahaya meningkat 6,5 persen per tahun, di bawah rata-rata global. Di Amerika Utara, angkanya 10,5%.

Sementara, di daerah terpencil data-datanya sangat langka. Namun, secara keseluruhan bintang-bintang di langit malam akan makin redup dengan tingkat lebih dari 9 persen per tahun.

Polusi Cahaya Sebabkan Kiamat Serangga

Polusi cahaya juga berdampak pada makhluk hidup di sekitar kita. Pada 2019, sebuah studi menyimpulkan bahwa polusi cahaya menyebabkan kiamat serangga.

Sejumlah studi juga mewanti-wanti bahwa polusi cahaya memberi efek serius pada bioritme hewan. Hal ini dampaknya menyerang kesehatan dan perilaku mereka.

Di sisi lain, satelit berorbit rendah mengganggu para astronom untuk mencitrakan langit malam. Dalam hal ini, satelit Starlink paling disalahkan.

Permasalahan mengenai polusi cahaya ini memang tak dapat diremehkan. Kendati demikian, ada gerakan yang muncul dalam rangka menggunakan pencahayaan yang tidak terlalu mencolok dan melindungi langit malam. Nama gerakan ini adalah Dark-Sky.

Asosiasi Internasional Dark-Sky melakukan kampanye untuk mengurangi polusi cahaya melalui edukasi, advokasi, dan menjangkau publik.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads