Kisah Artefak Curian dari Yunani sampai Nigeria

ADVERTISEMENT

Kisah Artefak Curian dari Yunani sampai Nigeria

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 04 Jun 2023 18:00 WIB
Shadowgate from Novara, Italy via Wikimedia Commons
Peninggalan Perunggu Benin yang dijarah tentara Kerajaan Inggris dari istana Kerajaan Benin (kini di Nigeria) dan dipajang di British Museum, London. Foto: Shadowgate from Novara, Italy via Wikimedia Commons
Jakarta -

Penjajahan, perang, dan kondisi keamanan yang rentan membuka celah pencurian peninggalan budaya setempat. Alasannya beragam, mulai dari melindungi karya itu sendiri dari kerusakan maupun perdagangan ilegal ke kolektor mancanegara.

Berikut beberapa kisah artefak seni dan budaya curian dari berbagai negara.

Artefak Kerajaan Benin

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perunggu Benin yang dijarah tentara Kerajaan Inggris dari istana Kerajaan Benin (kini di Nigeria) dan dipajang di British Museum, London.Perunggu Benin yang dijarah tentara Kerajaan Inggris dari istana Kerajaan Benin (kini di Nigeria) dan dipajang di British Museum, London. Foto: Andreas Praefcke via Wikimedia Commons

Kerajaan Inggris mendirikan koloni dan menjajah berbagai wilayah di dunia dari masa ke masa. Dalam pendudukannya, kekuasaan monarki ini mencuri artefak budaya dari wilayah jajahan, termasuk di Kerajaan Benin. Artefak hasil jarahan ini di antaranya disimpan di British Museum.

ADVERTISEMENT

Kerajaan Benin, kini Nigeria, memiliki ribuan patung perunggu abad ke-13 di istana. Pada 1897, Kerajaan Inggris mengirim pasukan ke sana untuk menghukum pemberontak Benin yang melawan. Tentara Inggris menjarah dan merusak kota sampai Kerajaan Benin runtuh, dikutip dari Insider.

Para tentara lalu menjarah lebih dari 900 benda bersejarah Kerajaan Benin. 200 di antaranya adalah plakat perunggu. Artefak ini disimpan di British Museum dengan label koleksi 'Benda yang Diperebutkan'.

Pemerintah Nigeria yang merdeka pada 1960 beberapa kali meminta pengembalian Perunggu Benin beberapa kali. Namun hingga saat ini, British Museum tidak mengembalikannya dengan alasan diperlihatkan ke mata pengunjung internasional, seperti dikutip dari laman resminya.

Pahatan Pualam Kuil Parthenon, Yunani

Deretan Parthenon's Marble di ruangan British Museum, London.Deretan Parthenon's Marble di ruangan British Museum, London. Foto: Andrew Dunn via Wikimedia Commons

Bagaimana caranya pahatan batu pualam di Kuil Parthenon, Yunani bisa sampai di British Museum? Koleksi patung kuno Yunani dan detail arsitektur dari tahun 447-423 SM ini awalnya dipindahkan dari Parthenon, Athena dan bangunan lainnya, lalu dibawa dengan kapal ke Inggris.

Aksi ini berjalan pada 1802-1812 atas perintah Lord Elgin ke-7, Thomas Bruce, Duta Besar Inggris untuk Kesultanan Utsmani. Ia beralasan, pemindahan ini melindungi karya yang tersisa di sana. Sebab, Kuil Parthenon itu jadi gudang mesiu Turki dan meledak pada 1687, menyisakan sejumlah patung dan karya seni berukuran besar lainnya.

Namun, usai jadi duta besar dan kembali ke Inggris pada 1806, artefak tersebut jadi koleksi pribadi Elgin selama 10 tahun. Pemindahan ini memicu kontroversi tentang kepemilikan artefak budaya dan pengembaliannya ke tempat asal, seperti dikutip dari laman Encyclopaedia Britannica.

Bagian Parthenon's Marble di British Museum London.Bagian Parthenon's Marble di British Museum London. Foto: Andrew Dunn via Wikimedia Commons

Kemudian, semua koleksi justru ini diambil pemerintah Inggris dan dipajang di British Museum. Pemerintah Yunani kemudian berulang kali meminta pengembaliannya. Pihak British Museum menolak dengan alasan menyelamatkannya dari kerusakan.

Pada 2009, Museum Acropolis berdiri di Athena, bersebelahan dengan situs kunonya. Ruang besar diperuntukkan khusus bagi karya-karya di Parthenon. Bagian yang hilang lalu diisi dengan versi gipsnya.

Pada Januari 2023, Vatican Museums mengembalikan 3 bagian kecil pahatan tersebut sebagai 'donasi' dari Pope Francis. Bagian kecil lainnya 'dipinjamkan' dari museum di Palermo, Sisilia, Italia.

"Kami tidak akan mengakui bahwa patung-patung itu dimiliki, resmi dimiliki oleh British Museum. Tapi sekali lagi, kami harus konstruktif dan inovatif jika ingin menemukan solusi," kata Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis pada the Associated Press, 12 Mei 2023 lalu.

"Kata-kata 'pinjaman' bukan apa yang saya anggap win-win solution," imbuhnya.

Peti Mati Ankhenmaat Mesir Kuno

Sarkofagus mumi Mesir kuno milik seseorang bernama Akhenmaat dikembalikan ke Mesir setelah mengalami penjarahan.Sarkofagus mumi Mesir kuno milik seseorang bernama Akhenmaat dikembalikan ke Mesir setelah mengalami penjarahan. Foto: US Embassy in Egypt

Peti mati pendeta Mesir kuno Ankhenmaat berasal dari Periode Dinasti akhir, 664-332 SM. Panjangnya 2,9 meter, dengan cat hijau di wajah sarkofagusnya. Harganya ditaksir lebih dari 1 juta dolar AS atau sekitar Rp 14,8 miliar.

Sarkofagus mumi Mesir kuno berjulukan Green Coffin yang dikembalikan AS ke Mesir.Sarkofagus mumi Mesir kuno berjulukan Green Coffin yang dikembalikan AS ke Mesir. Foto: State Information Service (SIS) Egypt

Pada 2008, peti mati ini dijarah dari nekropolis Abu Sir, utara Mesir lewat Jerman oleh jaringan perdagangan ilegal seni, dikutip dari BBC. Seorang kolektor lalu 'meminjamkannya' ke Houston Museum of Natural Science pada 2013.

Sarkofagus tersebut kemudian direpatriasi setelah beberapa tahun investigasi. Penyerahan kembali ini dilakukan 2 Januari 2023 lalu oleh diplomat AS, dihadiri Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dan Menteri Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir Ahmed Issa.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads