10 Ilustrasi komik serta tiap replikanya dipamerkan di Museum of Washi and Culture hingga 26 Juni 2023. Istimewanya, karya tersebut dibuat para manga artists Jepang di atas kertas washi asal Kota Echizen, Fukui. Harapannya, gambar itu masih akan utuh setidaknya sampai 1.000 tahun lagi.
Sebelumnya, sebuah dokumen di atas kertas washi Echizen berhasil disimpan di Shosoin Repository hingga melewati satu milenium. Umur dokumen tersebut kini sekitar 1.300 tahun, seperti dikutip dari the Asahi Shimbun.
Washi adalah kertas Jepang buatan tangan. Tiga jenis tradisi pembuatan washi yang diteruskan dari generasi ke generasi masuk daftar warisan budaya tak benda penting UNESCO 2014, seperti dikutip dari laman Nippon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, bagaimana kertas washi kemudian bantu mengawetkan gambar-gambar komik para mangaka hingga 1.000 tahun lagi?
Eksperimen Pengawetan Manga
![]() |
Tamotsu Tanaka (69), pemilik toko kayu potong di Kota Echizen, Fukui semula berkenalan dengan manga artist Tetsuya Chiba. Sekitar musim panas 2020, Tanaka mulai menyediakan pensil untuk mangaka komik boxing Ashita no Joe (Tomorrow's Joe) tersebut.
Ia kemudian mengetahui bahwa Chiba khawatir preservasi manuskrip asli komiknya tidak berjalan baik. Sebab, banyak karyanya itu dilukis di atas kertas Kent, lalu teroksidasi dan jadi kecoklatan seiring waktu. Lama-kelamaan, manuskripnya rentan sobek.
Tanaka sendiri sudah melakukan preservasi replika gambar asli Chiba sejak tahun lalu. Dari situ, ia berpikir bahwa kertas tradisional seperti kertas washi tampaknya bisa digunakan untuk preservasi karya aslinya juga.
"Ini eksperimen besar untuk meningkatkan nilai Washi Echizen dan karya manga" tuturnya pada the Asahi Shimbun.
Pakai Kertas Washi dari Echizen
Washi paling sering dibuat dari salah satu dari tiga tanaman semak kΕzo (murbei kertas), mitsumata , dan ganpi. Tiap jenis bahan dan tempat pembuatan memengaruhi sifat kertas washinya.
Kertas washi dibuat tanpa pemutih dan bahan kimia lain. Dengan begitu, kertas washi tidak menguning jika kena sinar Matahari. Alih-alih, kertas ini jadi lebih putih saat kena ultraviolet.
Washi yang termasuk warisan tak benda UNESCO diwakili oleh sekishΕ«-banshi dari Prefektur Shimane, honmino-shi dari Prefektur Gifu, dan hosokawa-shi dari Prefektur Saitama. Ketiga jenis kertas tersebut dibuat menggunakan kΕzo. Seratnya lebih panjang, kertasnya lebih tembus cahaya ketimbang washi dari mitsumata atau ganpi .
Washi Echizen yang dipakai para tokoh legendaris manga kali ini berbahan ganpi. Kertas washi dari Echizen dipercaya sudah ada sejak 1.500 tahun lalu.
"Kertasnya punya ciri-ciri tekstur mulus, tipis, dan tahan lama. Ini cocok untuk ekspresi yang rumit," kata Direktur Museum Washi and Culture, Masao Shimizu.
Dokumen di atas kertas washi Echizen berusia 1.300 tahun tersimpan di Shosoin Repository, Kuil Todaiji di Nara. Tempat ini menyimpan peninggalan Kaisar Shomu (701-756).
Tanaka berpikir, kertas washi Echizen tampaknya bisa mengawetkan karya manga dan menjadi nilai tambah sendiri. Baginya, eksperimen gambar komik di atas kertas washi juga dapat mengukur seberapa lama kertas washi dari daerahnya bisa mempreservasi gambar, sekaligus melampaui fungsinya sebagai kerajinan tradisional.
Karya Mangaka Kenamaan di Atas Washi
![]() |
Mendukung tujuan preservasi ini, sejumlah mangaka terkemuka Jepang turut serta menggambar di atas kertas washi Echizen.
Tanaka semula menggunakan koneksi Chiba untuk menawarkan eksperimen ini. Kemudian, Yoshikazu Yasuhiko (desainer karakter serial anime robot Mobile Suit Gundam), Motoka Murakami (mangaka drama medis Jin), dan Mari Yamazaki (mangaka Thermae Romae) menawarkan bantuan.
Tanaka lalu meminta para kreator manga membuat ilustrasi dengan tinta buatan Kobaien, toko tinta bersejarah di Nara yang berusia lebih dari 400 tahun.
Chiba kemudian membuat tokoh protagonis Ashita no Joe, Joe Yabuki. Yasuhiko menggambar karakter karya tema sejarahnya, Yamato Takeru dan Namuji. Sementara itu, Yamazaki menggambar Lucius, tokoh protagonis di serial manga-nya, sedang santai di pemandian.
Murakami menggambar tokoh perempuan dari akhir masa feodal Jepang berjudul Bakumatsu no Onna dengan versi bijin-ga. Bijin-ga adalah istilah gambar perempuan cantik khas seni rupa Jepang genre ukiyo-e di atas papan kayu.
Replika karya-karya tersebut juga dibuat di atas kertas washi yang sama, tapi disimpan di tempat berbeda. Saat ini, baik replika maupun karya aslinya dipamerkan di ekshibisi bertajuk "Manga Shosoin-ten."
Tanaka menuturkan, ia tengah mempertimbangkan pengukuran konkret untuk preservasi ilustrasi ini.
Bagaimana detikers, berminat mengawetkan karya-karyamu seperti para mangaka di atas?
(twu/nwk)