Manusia Purba Ini Diduga Perintis Teknologi Pembuat Api

ADVERTISEMENT

Manusia Purba Ini Diduga Perintis Teknologi Pembuat Api

Zefanya Septiani - detikEdu
Kamis, 01 Jun 2023 18:00 WIB
HUESCA, SPAIN - JUNE 23: A group of people descends with torches in the direction of the town during San JuanΒ΄s night on June 23, 2022 in San Juan de Plan, Huesca, Spain. The Fallas del Pirineo are festivals declared Intangible Heritage of Humanity by UNESCO. The festival is celebrated on the night of San Juan or around the summer solstice, being a tradition rooted in the Alto Aragonese town of San Juan de Plan (Photograph by Samuel de Roman/Getty Images)
Manusia purba di Eurasia diduga temukan teknologi pembuatan api. Foto: Getty Images/Samuel de Roman
Jakarta -

Api merupakan salah satu aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Pasalnya, api merupakan sumber panas buatan yang dapat kita gunakan untuk menghangatkan badan ataupun memasak.

Pembahasan terkait api menjadi menarik, karena pada zaman purba pun manusia membutuhkan api untuk bertahan hidup. Lantas, bagaimana cara api terbentuk dan bagaimana manusia purba menggunakan api?

Api Telah Ada Selama Jutaan Tahun

Api dapat terbentuk melalui reaksi kimia yang terjadi antara oksigen dan sumber bahan bakar, seperti yang dituliskan pada laman Wonderopolis. Ini artinya, api sudah ada selama oksigen dan sumber bahan bakar, yakni selama jutaan tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena ditimbulkan dari reaksi alami, api tidak harus diciptakan. Api dapat terjadi melalui fenomena alam, misalnya petir menyambar pohon dan menyebabkan kebakaran di hutan. Namun, penemuan teknik terkait datang dari peradaban pertama yang dapat mengendalikannya.

Para ilmuwan mempercayai bahwa belajar membuat dan mengendalikan api merupakan salah satu penemuan paling awal manusia purba yang berjalan dengan dua kaki.

ADVERTISEMENT

Arkeolog menemukan bukti penggunaan api terekendali di Gua Wonderwerk di Afrika Selatan dan wilayah Danau Turkana di Kenya. Tidak diketahui secara pasti siapa yang menggunakan api tersebut. Namun, para ahli mempercayai manusia telah mengendalikan api selama lebih dari satu juta tahun yang lalu.

Neanderthal Temukan Pembuatan Api dengan Batu

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuat api pada zaman dahulu adalah strike a light atau memecahkan batu jenis rijang atau batuapi dengan batu yang sesuai seperti pirit besi. Gesekan keduanya dapat menghasilkan percikan api, seperti yang dituliskan pada laman IFL Science.

Penggunaan metode ini dibuktikan dengan penemuan alat pembakaran awal yang sesuai dengan jenis ini di situs Paleolitikum Atas Eropa. Penulis studi memperkirakan pengguna alat strike a light kuno ialah Neanderthal yang saat itu menduduki Eurasia.

Para peneliti kemudian menjelaskan bahwa kecerdasan diperlukan untuk menciptakan api menggunakan metode ini. Pasalnya, mengubah percikan api menjadi nyala bara merupakan fase paling kompleks dalam penggunaan metode ini.

Namun, para peneliti juga menambahkan bahwa Neanderthal memiliki kemampuan kognisi yang mumpuni untuk memahami konsep penggunaan api tersebut. Oleh sebab itu, mereka menyimpulkan Neanderthal merupakan penemu teknologi strike a light.

Alat Bor Api Diciptakan Manusia Modern

Perkembangan penciptaan api dilakukan dengan penggunaan 'alat bor' kayu yang menggunakan dua jenis kayu. Cara membuatnya cukup rumit karena membutuhkan batang pohon keras yang diruncingkan agar cocok dengan alur yang dipotong pada papan api dari papan kayu lunak.

Metode pembuatan api ini melibatkan penggunaan peralatan yang dibuat dengan beberapa bagian yang saling terkait. Alat bor api juga dikenakan oleh sebagian besar kelompok pemburu pengumpul.

Sayangnya, alat pemutar api kuno tidak dapat ditemukan dalam catatan arkeologis. Hal itu disebabkan karena kayu cenderung tidak bertahan lama. Namun, alat untuk menggunakan metode strike a light juga tidak ditemukan di Afrika.

Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa manusia modern pertama yang muncul di Afrika akan menggunakan alat bor kayu untuk menghasilkan api. Perkiraan ini didasarkan pada adanya alat-alat kuno lain yang sangat kompleks dan tidak ditemukannya alat untuk menyalakan api dengan metode lain.

"Teknologi pembakaran ini mungkin telah ditemukan oleh berbagai kelompok Homo sapiens di savana Afrika sebelum menyebar ke seluruh dunia, dengan alat bor api tetap menjadi teknik pembakaran manusia pemburu-pengumpul yang paling umum digunakan," tulis para peneliti.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads