Fakta Asal-usul Pancasila: Muncul saat Bung Karno Diasingkan

ADVERTISEMENT

Fakta Asal-usul Pancasila: Muncul saat Bung Karno Diasingkan

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 01 Jun 2023 17:00 WIB
Patung Soekarno di pengasingan, Ende, Flores.
Patung Soekarno di pengasingan di Ende, Flores. Foto: Johnstad Di Maria/Wikimedia Commons
Jakarta -

Berbicara tentang Pancasila tak bisa terlepas dari asal-usul terbentuknya dasar negara Indonesia itu. Selama ini, kita mengetahui bahwa Pancasila dicetuskan pada tahun 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Presiden pertama Indonesia, Soekarno menjadi sosok yang mencetuskan Pancasila. Walau disampaikan pada sidang BPUPKI, ternyata pemikiran tentang Pancasila sudah ada dari sebelumnya.

Dikutip dari buku Kisah Pancasila yang disusun Panitia Peringatan Hari Lahir Pancasila Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di tahun 2017, begini kisahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gagasan Pancasila saat Soekarno Diasingkan

Sejak 14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1938, Soekarno atau Bung Karno diasingkan ke Ende, Pulau Flores. Salah satu penyebabnya karena ia adalah sosok yang terus terang dalam memperjuangkan kemerdekaan beberapa daerah jajahan Belanda.

Selama masa pengasingannya, Bung Karno pernah menghabiskan waktu berjam-jam untuk merenungkan masalah kebangsaan Indonesia. Ia duduk di bawah sebuah pohon sukun bercabang lima yang jadi saksi bisu proses berpikirnya.

ADVERTISEMENT

Ende digambarkan Soekarno sebagai kampung nelayan yang begitu jauh dari keramaian. Daerah itu diisi oleh segelintir warga.

Meski begitu, Bung Karno kerap kali berdiskusi dengan para pastor berkewarganegaraan Belanda di Ende, di bawah cahaya Bulan. Ia mendapat berbagai pertanyaan seperti:

"Di mana tempat mamamu yang beragama Hindu di dalam negara yang mayoritas Muslim", "Di mana tempat orang-orang Flores yang mayoritas Katolik ini dalam negara yang marxis dan mayoritas Muslim itu?"

Dari pertanyaan itu, Bung Karno menyadari keluasan Indonesia dan mengingat berbagai perjuangan pendahulunya. Berbagai pemikiran itu, ia renungkan di depan laut yang tak ada putusnya.

Hingga akhirnya, Bung Karno menyadari bahwa ia sosok yang kerdil bila dihadapkan pada semesta ciptaan Tuhan. Pemikiran itu timbul ketika ia duduk di bawah pohon sukun bercabang lima tadi, yang tiba-tiba menimbulkan gagasan lima sila dasar negara Indonesia dalam benaknya.

Bertahun-tahun kemudian Bung Karno bersaksi:

"Suatu kekuatan gaib menyeretku ke tempat itu hari demi hari... Di sana, dengan pemandangan laut lepas tiada yang menghalangi, dengan langit biru yang tak ada batasnya dan mega putih yang menggelembung .., di sanalah aku duduk termenung berjam-jam. Aku memandangi samudra bergolak dengan hempasan gelombangnya yang besar memukuli pantai dengan pukulan berirama. Dan kupikir-pikir bagaimana laut bisa bergerak tak henti-hentinya. Pasang surut, namun ia tetap menggelora secara abadi. Keadaan ini sama dengan revolusi kami, kupikir. Revolusi kami tidak mempunyai titik batasnya. Revolusi kami, seperti juga samudra luas, adalah hasil ciptaan Tuhan, satu-satunya Maha Penyebab dan Maha Pencipta. Dan aku tahu di waktu itu bahwa semua ciptaan dari Yang Maha Esa, termasuk diriku sendiri dan tanah airku, berada di bawah aturan hukum dari Yang Maha Ada."

Ende dan Pohon Sukun Bercabang Lima

Kala itu Pancasila disebut Bung Karno sebagai "lima butir mutiara". Perenungan di bawah pohon sukun bercabang lima itu mengilhami penggalian lima sila yang kemudian kini menjadi dasar negara Indonesia.

Pembuangan yang awalnya ditujukan untuk mematahkan semangat Bung Karno malah menghasilkan satu tujuan besar yang menjadi modal perjuangan kemerdekaan. Di Ende, Bung Karno mendapatkan waktu untuk menjauhi kebisingan perjuangan.

Ia melihat perbedaan demi perbedaan masyarakat Indonesia yang membuatnya semakin yakin harus membuat tanah airnya bersatu dengan sifat nasionalisme di atas segala perbedaan yang ada.

Di Ende pula Soekarno melihat kemelaratan rakyat secara langsung akibat penjajahan. Maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi tujuan penting dari perjuangannya.

Pengasingan Selesai

Pada tanggal 18 Oktober 1938 Bung Karno meninggalkan pelabuhan Ende menuju Bengkulu. Masa pengasingannya selesai.

Meski bernama 'pengasingan', Bung Karno menghasilkan gagasan besar yang ikut dibawanya pergi. Gagasan tersebut akhirnya dicetuskan dalam sidang BPUPKI yang akhirnya menjadi fondasi negara Indonesia, Pancasila.

Pancasila merupakan saripati dari kebudayaan dan kehidupan Indonesia yang diamati sang Proklamator. Pancasila menjadi sebuah intisari dari gerak langkah zamannya.

Terakhir, Pancasila adalah gambaran masyarakat Indonesia, kebudayaan dan cara hidup bangsa Indonesia yang dirasakan Bung Karno semasa hidupnya. Di dalamnya ada sebuah masyarakat yang beragam dan penuh perbedaan, tetapi tetap menjunjung persatuan.

Selamat Hari Lahir Pancasila, detikers!




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads