Studi: Letusan Gunung Api Bawah Laut Tonga Picu 'Mega-tsunami' 85 Meter

ADVERTISEMENT

Studi: Letusan Gunung Api Bawah Laut Tonga Picu 'Mega-tsunami' 85 Meter

Zefanya Septiani - detikEdu
Jumat, 05 Mei 2023 17:00 WIB
Tsunami Tonga: Dahsyatnya erupsi gunung berapi bawah laut di Pasifik yang terpantau satelit
Tsunami saat gunung api bawah laut Tonga meletus pada Januari 2022 lalu Foto: BBC Magazine
Jakarta -

Masih ingat kedahsyatan letusan gunung api bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai yang terjadi pada Sabtu (15/1/2022) lalu? Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan pertengahan April lalu di jurnal Science Advance menyebut letusan gunung berapi bawah laut Tonga memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan kekuatan bom nuklir terbesar di AS.

Akibat dari letusan tersebut adalah "mega-tsunami" dengan tinggi yang hampir mencapai tinggi gedung pencakar langit 30 lantai atau sekitar 85 meter.

Ketinggian tersebut merupakan hasil simulasi yang dilakukan dengan mengombinasikan sejumlah teknologi seperti citra satelit, high-resolution digital elevation models (DEMs) with light detection and ranging (LIDAR) dengan survei lapangan serta drone.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Penelitian Letusan Gunung Berapi Tonga

Diketahui pada 15 Januari 2022, terdapat sebuah letusan dengan ledakan dahsyat yang berasal dari gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai yang terletak di Pasifik Selatan.

ADVERTISEMENT

Letusan tersebut menghasilkan gumpalan vulkanik tertinggi yang tercatat dalam sejarah yaitu dengan ketinggian mencapai 57 kilometer seperti yang dicatatkan dalam laman Live Science.

Para ilmuwan kemudian mengumpulkan gambar satelit optik dan radar sebelum dan sesudah letusan serta peta drone dan pengamatan lapangan untuk membuat simulasi komputer dari bencana tersebut untuk menentukan kekuatan letusan.

Melalui penelitian tersebut, para ilmuwan memperkirakan bahwa letusan tersebut ialah sekuat 15 megaton TNT (Trinitrotoluene) atau bahan peledak. Oleh sebab itu, ledakan tersebut memiliki kekuatan yang sama dengan ledakan nuklir terbesar Amerika Serikat pada tahun 1954, menurut Atomic Heritage Foundation.

Penulis utama studi ini yaitu Sam Purkis, profesor dan ketua dari Departemen Geosains Kelautan di Rosenstiel School of Marine, Atmospheric, and Earth Science, University of Miami, Amerika Serikat mengungkapkan letusan tersebut merupakan ledakan alam terbesar dalam waktu lebih dari satu abad.

Letusan yang amat besar tersebut menyebabkan terjadinya mega-tsunami yang mencapai perairan Karibia serta gelombang atmosfer yang menyebar ke seluruh dunia selama beberapa kali.

Sayangnya, hingga saat ini luasnya letusan serta dampaknya secara detail masih sulit dipahami karena kelangkaan instrumen ilmiah di sekitar lokasi letusan.

"Tersembunyi dari pandangan biasa, gunung berapi bawah laut jauh lebih sulit dipantau daripada gunung berapi di darat," ungkap Purkis yang juga merupakan kepala ilmuwan di Khaled bin Sultan Living Oceans Foundation di Annapolis, Maryland, AS.

Kekuatan letusan yang terjadi di Tonga pada tahun 2022 dikatakan oleh para ilmuwan dapat menyaingi letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang menewaskan lebih dari 36.000 orang.

Ajaibnya, letusan yang terjadi di Tonga hanya menewaskan sekitar enam orang saja. Hal tersebut membuktikan efektivitas latihan keselamatan di Tonga bertahun-tahun sebelum letusan seperti yang diungkapkan oleh Purkis.

Selain itu, lokasi letusan yang relatif jauh dari pusat kota juga membantu Tonga untuk selamat dari nasib buruk akibat dari letusan besar yang terjadi.


Mega-tsunami yang Dihasilkan Letusan Tersebut

Letusan dari gunung berapi Tonga diketahui melepaskan setidaknya lima ledakan yang menyebabkan tsunami setinggi 85 meter yang terjadi satu menit setelah ledakan terbesar.

Hal tersebut menyebabkan gelombang setinggi 45 m di pulau Tonga Tofua dan 17 m di Tongatapu yang ditemukan oleh para peneliti.

Purkis menambahkan bahwa berdasarkan data yang didapat membuktikan bahwa gelombang yang dihasilkan oleh ledakan menempatkan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di liga mega-tsunami.

"Kami telah mengamati sebuah peristiwa secara real time menggunakan instrumentasi modern yang sebelumnya hanya dikenali di zaman kuno. Ini semua sangat menarik." tambahnya.

Sifat kompleks dan dangkal dari medan bawah laut di kawasan tersebut disebutkan oleh para ilmuwan dapat membantu menjebak gelombang berkecepatan rendah dari letusan. Hal tersebut menyebabkan mega-tsunami yang berlangsung lebih dari satu jam.

Serangkaian ledakan kecil yang terjadi sebelum terjadinya ledakan besar yang akhirnya menyebabkan tsunami terbesar seperti yang diungkapkan oleh Purkis.

Melalui simulasi komputer diketahui bahwa terumbu karang di sekitar Pulau Tonga membantu untuk menekan gelombang sebelum gelombang tersebut mencapai pesisir pantai.

Temuan tersebut menunjukkan terumbu karang mungkin telah mengalami kerusakan yang besar. Namun, tidak perlu khawatir karena terumbu karang dapat pulih meskipun mengalami kerusakan seperti yang diungkapkan oleh Purkis.

Pasalnya, ditemukan bukti arkeologi yang menunjukkan tsunami besar dengan ketinggian hingga 30 meter (sama seperti peristiwa 2022) tetapi survei terumbu karang yang dilakukan pada 2013 oleh Living Oceans Foundation di kepulauan Tonga, semua terumbu karang ditemukan sehat dan hidup.

Purkis kemudian menyarankan penelitian di masa depan harus fokus pada cara terbaik untuk menempatkan sensor untuk merekam data dari gunung berapi bawah laut dan garis pantai pulau-pulau yang rentan untuk menjadi cara yang efektif untuk mengawasi gunung berapi bawah laut.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads