Ilmuwan dari Cardiff University, Inggris, menciptakan mesin 'penghasil kulit manusia'. Uniknya, mesin berteknologi tinggi ini dibuat dari salah satu mainan paling populer di dunia, lego.
Inovasi ini berangkat dari sulitnya menemukan sumber sampel jaringan manusia untuk penelitian. Secara etis, umumnya sampel jaringan kulit diperoleh melalui donasi organ atau dari jaringan yang diangkat selama prosedur pembedahan.
Ada juga keterbatasan ketersediaan ukuran dan jenis sampel jaringan tertentu yang bisa didapatkan. Padahal, kebutuhan tersebut perlu untuk berbagai proyek pada waktu tertentu. Itulah sebabnya, para ilmuwan memutuskan untuk mengatasi masalah ini dengan membangun printer sampel jaringan manusia menggunakan lego.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Kerja Bioprinter
Bioprinter 3D ini melibatkan pembuatan "tinta bio" berisi sel-sel hidup yang dimasukkan ke dalam kartrid printer. Setelah diprogram, bioprinter mencetak biotinta yang sarat sel untuk membentuk struktur 3D. Proses ini akan mereplikasi pembentukan kompleks jaringan biologis seperti kulit.
Bioprinter juga memungkinkan para ilmuwan menumbuhkan sel tiga dimensi. Fitur ini memungkinkan peneliti membuat model yang lebih sebanding untuk mempelajari jaringan sehat dan sakit.
Pembuatan Bioprinter Lego
Tim ilmuwan Cardiff University mendapati, harga mesin-mesin bioprinter sangat mahal. Karena itu, mereka menciptakan bioprinter 3D sendiri dengan harga terjangkau menggunakan lego.
Para peneliti mulai mengerjakan bioprinter menggunakan batu bata lego standar, Lego Mindstorms, dan pompa lab, yang merupakan perangkat yang biasa ditemukan di lab penelitian. Tim insinyur dan ahli biologi multidisiplin bekerja sama untuk merancang, merekayasa, membangun, dan memprogram bioprinter.
Kendati masih dalam tahap awal, bioprinter tersebut menurut peneliti berhasil mencapai tingkat presisi yang diperlukan muntuk menghasilkan bahan biologis yang halus. Mesin ini juga dinilai mampu membangun lapisan sel untuk mereplikasi struktur 3D jaringan manusia, lapis demi lapis.
Bioprinter itu sekarang digunakan untuk membuat lapisan sel kulit, bekerja menuju model kulit skala penuh. Mesin tersebut juga dapat dimodifikasi untuk mencetak berbagai jenis sel, membangun berbagai kerumitan ke dalam sampel jaringan.
Bagi para peneliti, kehadiran bioprinter 3D yang relatif lebih terjangkau itu jadi kesempatan menarik untuk membuat kulit tiruan yang sehat dan sakit, mengembangkan perawatan yang tepat, dan merancang terapi baru untuk mengobati berbagai penyakit kulit.
(twu/twu)