Studi: Bukan Buatan Nazi, Begini Asal-usul Kota Anak Kembar Candido Godoi

ADVERTISEMENT

Studi: Bukan Buatan Nazi, Begini Asal-usul Kota Anak Kembar Candido Godoi

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 30 Apr 2023 15:00 WIB
Ilustrasi Bayi Kembar
Ilustrasi kembar. Foto: Getty Images/iStockphoto/Pirotehnik
Jakarta -

Candido Godoi (CG) dikenal sebagai kota anak kembar atau twin town di Brazil selatan selama 60 tahun terakhir. Kendati penduduk setempat menolaknya, sebagian orang menyakini bahwa saudara-saudara kembar tersebut adalah hasil eksperimen jahat dokter Nazi Jerman.

Sebagai catatan, CG memiliki tingkat kelahiran kembar jauh lebih tinggi dari wilayah di sekitarnya maupun di dunia.

Di Satu kecamatan Linha Sao Pedro (LSP) di CG pada 1994, angka kelahiran kembar bisa mencapai 10 persen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka tersebut jauh lebih tinggi dari satu negara bagian Rio Grande do Sul yang hanya 1,8 persen, seperti dilaporkan Alice Tagliani-Ribeiro dkk dalam jurnal Plos One.

LSP dan CG sama-sama berdiri pada awal abad ke-20 oleh beberapa keluarga keturunan Jerman. Mereka berasal dari kota-kota lain di Rio Grande do Sul. Namun, alasan kenapa LSP dan CG punya tingkat kelahiran kembar lebih tinggi dari kecamatan dan kota lain di Brazil belum diketahui.

ADVERTISEMENT

Teori Hasil Percobaan Nazi di Kota Anak Kembar

Teori kontroversial percobaan Nazi di CG kemudian lahir setelah penulis dan wartawan Jorge Camarasa menulis bahwa fenomena lahir kembar di CG adalah hasil percobaan dokter Nazi Josef Mengele.

Josef Mengele dikenal sebagai dokter penjahat perang. Ia melakukan praktik keji selama bertugas sebagai kepala dokter di Auschwitz, termasuk percobaan terkait anak-anak kembar.


Usai Perang Dunia II, Mengele kabur dan menyamar sebagai staf Jerman sebelum menyerah pada AS, dikutip dari IFL Science.

Mengele dibebaskan sebelum diketahui sebagai penjahat perang, kembali ke Jerman beberapa tahun, lalu kabur ke Argentina untuk menghindari penangkapan, Paraguay, dan akhirnya ke Brazil dan meninggal karena stroke pada 1979.

Camarasa berpendapat, Mengele bisa saja hidup dan bekerja sebagai dokter di CG pada awal 1960-an setelah tinggal di Buenos Aires.

Menurutnya, Mengele diperkirakan tiba di CG sekitar 1963 danmengunjunginya hingga sekitar 1968.

Tim peneliti pun memprediksi bahwa 'hipotesis eksperimen Nazi' ini akan terjadi1964-1968, mengalami puncak kelahiran kembar sekitar akhir 1960-an, lalu menurun konstan maupun tiba-tiba.

Sebab, diperkirakan bahwa efek kelahiran kembar percobaan Mengele hanya akan efektif dalam jangka pendek.

Teori Tidak Terbukti?

Berdasarkan penelitian Tagliani-Ribeiro dkk, tidak ada peningkatan angka kelahiran kembar di CG antara periode 1964-1968. Hasil yang sama ditemukan ketika hanya LSP atau CG-LSP yang dianalisis.

Mengingat LSP adalah wilayah penyumbang angka saudara kembar yang besar dari dulu hingga kini, peneliti juga mendapati tidak ada variasi temporal pada frekuensi relatif anak kembar antara LSP dan CG-LSP.

Penelitian ini menyimpulkan, tren angka kelahiran kembar di Brazil selatan ini tidak cocok dengan teori eksperimen Nazi di Candido Godoi. Namun memang pada 1959-2008, angka kelahiran kembar setempat memang lebih tinggi, sejak beberapa tahun sebelum Mengele sampai di sana.

Kenapa Banyak Anak Kembar di Candido Godoi?

Studi Tagliani-Ribeiro dkk memperkirakan, jumlah anak kembar yang tinggi di CG adalah efek genetik pendiri kota (founder's genetic).

Sementara itu, banyaknya anak kembar di LSP diperkirkan sebagai hasil turun temurun saja, bukan hasil percobaan Nazi maupun perawatan kesuburan yang mahal di pedesaan tersebut.

"Efek genetik pendiri pemukiman setempat bisa jadi berpengaruh. Alhasil, terjadi pergeseran frekuensi alel (pasangan gen) yang tinggi antara leluhur dan populasi turunan. Karena ini adalah proses acak, founder's genetic menghasilkan efek fenotip (karakteristik fisik yang dihasilkan gen dan lingkungan) yang tidak dapat diprediksi. Dalam kasus khusus ini, mungkin efeknya adalah frekuensi kelahiran kembar yang tinggi," jelas para peneliti.

"Bukti kuat hipotesis founder's genetic ini muncul dari tingginya koefisien perkawinan sedarah pada perempuan yang melahirkan anak kembar, ketimbang perempuan lain," sambungnya.

Namun, Tagliani-Ribeiro dkk menggarisbawahi bahwa penelitiannya didasarkan pada data catatan pembaptisan di kota, bukan akta kelahiran resmi maupun catatan kelahiran rumah sakit.

Sebab, catatan pembabtisan disimpan rapi di berbagai gereja Katolik kota, mencakup nama dan jenis kelamin anak, tanggal lahir, serta nama dan tempat tinggal orang tua.

Catatan gereja khusus Katolik menjadi keterbatasan penelitiannya kendati 76,6 persen penduduk adalah umat Katolik, di samping hanya catatan kelahiran hidup yang diteliti.

Di sisi lain, akta kelahiran terpercaya di Brazil baru berkembang setelah 1990, sementara catatan rumah sakit tidak tersedia cukup lama di CG. Di samping itu, perempuan CG awal abad ke-20 umumnya pergi ke RS di kota tetangga.

Para peneliti berharap, penelitian tersebut dapat memberi kelegaan bagi orang di Candido Godoi dan terlepas dari stigma kota anak kembar hasil eksperimen Nazi Jerman.




(twu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads