Ketika masih kecil, mungkin detikers sering dibacakan cerita dongeng oleh orang tua sebelum tidur. Cara ini sebenarnya dilakukan agar kamu bisa cepat tidur, tapi di sisi lain ada pesan moral yang bisa dipetik dari dongeng tersebut.
Bagi kamu yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, tak ada salahnya untuk membawakan cerita dongeng sebelum si kecil tidur. Usahakan pilih cerita dongeng yang punya pesan moral agar dapat memetik pelajaran berharga.
Apakah detikers bingung mencari cerita dongeng yang seru dan memiliki pesan moral untuk anak? Simak pembahasannya dalam artikel ini yuk detikers.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Dongeng?
Mengutip modul Bahasa Indonesia oleh Dr Agus Triantono, dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi atau fiktif. Cerita dongeng bisa berisi peristiwa aneh pada zaman dahulu, sehingga termasuk dalam cerita tradisional.
Fungsi dari cerita dongeng adalah sebagai hiburan dan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Melalui dongeng, nilai kepercayaan dan adat istiadat masyarakat juga dapat tercermin.
6 Cerita Dongeng Seru untuk Anak-anak
Setelah mengetahui apa itu cerita dongeng dan fungsinya, mari kita simak enam cerita dongeng seru untuk anak-anak yang memiliki pesan moral baik.
1. Kancil dan Buaya
Suatu hari, ada seekor kancil yang sedang berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kediamannya telah berkurang, Sang Kancil pun pergi untuk mencari di luar kawasannya.
Di tengah jalan, ia harus menyeberang sungai yang dihuni banyak sekali buaya besar yang sangat lapar. Kancil pun berpikir sejenak, lalu ia mendekat ke tepi sungai.
"Hai buaya, apakah kau sudah makan siang?" tanya kancil dengan suara yang dikeraskan.
Tak lama kemudian, munculah seekor buaya dari permukaan air, "Siapa yang berteriak siang-siang begini? Mengganggu tidur saja."
"Hai kancil, diam kau! Kalau tidak, aku makan nanti kamu," timpal buaya yang lain.
"Aku datang ke sini untuk menyampaikan pesan dari raja hutan, jadi janganlah kau makan aku dulu," jawab kancil.
"Ada apa sebenarnya kancil, ayo cepat katakan," kata buaya.
"Baiklah. Raja hutan memintaku untuk menghitung jumlah buaya yang ada di sini. Raja hutan hendak memberikan hadiah untuk kalian," ujar kancil.
"Jadi sekarang, panggil semua temanmu," lanjutnya.
Mendengar hal itu, buaya sangat senang dan langsung memanggil semua kawannya untuk berbaris berjajar di permukaan sungai. Namun, mereka semua ternyata hanya diperdaya oleh si kancil.
Si Kancil melompati punggung demi punggung buaya sambil berhitung. Dengan cerdik, si kancil langsung pergi setelah menghitung buaya terakhir di ujung sungai. Akhirnya kancil berhasil menyeberang sungai dan lolos dari cengkraman buaya yang lapar.
Pesan moral: dari cerita ini, detikers bisa memetik pesan moral bahwa kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan fisik, walaupun kamu berada di situasi sesulit apapun. Akan tetapi, berbohong juga tidak boleh dilakukan ya.
2. Malin Kundang
Pada dahulu kala, hiduplah seorang perempuan miskin bersama anak tunggalnya, bernama Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka hidup berkekurangan.
Saat Malin Kundang beranjak dewasa, dia memutuskan untuk merantau ke kota untuk mengadu nasib di sana. Meskipun berat hati, ibunya pun mengizinkan Malin untuk merantau.
Beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasibnya. Dia telah menjadi saudagar yang kaya raya serta juga mempersunting seorang perempuan bangsawan yang sangat cantik.
Suatu hari Malin ingin melihat keadaan desanya yang sudah lama ditinggali selama bertahun-tahun. Dia datang membawa banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk.
Penduduk di desanya sangat senang. Di antara mereka ada yang mengenali Malin, yakni tetangganya sendiri. Orang itu pun segera pergi serta hendak memberikan kabar gembira tersebut kepada ibu Malin.
"Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang kaya," seru tetangga itu.
"Dari mana kau tahu itu? Selama ini aku tak pernah mendapat kabar darinya," ucap ibu Malin, terkejut.
"Sekarang pergilah ke dermaga. Anakmu Malin ada di sana. Dia terlihat sangat tampan, dan istrinya juga sangat rupawan," ucap tetangganya.
Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat merindukan anaknya selama beberapa tahun ini. Maka ia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan.
"Malin, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?" katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Malin yang merasa malu mengakui ibunya yang berpakaian lusuh tersebut bergegas melepaskan pelukan ibunya.
"Apa benar orang tua ini adalah ibumu?" tanya istri Malin, bingung.
"Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku," jawab Malin.
Mendengar hal itu, ibunya sangat sakit hati atas perbuatan Malin, hingga akhirnya ibu Malin mengutuknya menjadi sebuah batu. Yang mana batu tersebut sekarang terkenal menjadi sebuah cerita rakyat Malin Kundang.
Pesan moral: cerita dongeng mengajarkan kepada anak-anak untuk selalu menghormati, berbakti, dan memuliakan orang tua.
3. Angsa dan Telur Emas
Suatu hari, seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya. Esoknya, angsa itu mengeluarkan telur emas.
"Angsa ajaib," kata petani. la segera membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk mengetahui apakah telur tersebut benar-benar emas.
"Ini emas murni," kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan uang yang banyak. Sejak saat itu, angsa setiap hari mengeluarkan telur emas. Kini, petani telah memiliki selusin telur emas. Namun, petani itu masih belum puas.
"Aku akan kaya raya. Tapi, aku ingin angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas setiap hari agar aku cepat kaya," kata petani.
Setelah angsa mengeluarkan telur emas yang banyak dalam sehari, petani masih belum puas juga.
"Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak akan menunggu besok. Aku ingin cepat kaya. Aku akan menyembelih angsa itu dan mengambil seluruh emas dalam tubuhnya," pikir petani.
Petani itu akhirnya menyembelih angsa, namun betapa kagetnya dia. Alih-alih menemukan banyak telur emas, justru dia tidak menemukan satupun di dalam tubuh angsa.
Kini, petani hanya bisa menyesal. Karena serakah, dia telah menyembelih angsa. Andai saja tidak menyembelih angsa itu, pasti masih bisa mendapatkan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.
Pesan moral: dari cerita dongen ini, kamu bisa mengajarkan si kecil untuk menghindari sifat serakah. Sebab, orang yang serakah dan tidak sabar akan mendapat kerugian besar di dalam hidupnya.
4. Gagak dan Sepotong Daging
Pagi ini sangat cerah. Rubah sedang berjalan-jalan menikmati udara yang segar. Tiba-tiba ia mengendus bau yang sangat lezat. Rupanya itu adalah bau daging yang dibawa Gagak.
"Aku akan mengejar gagak itu. Tapi bagaimana cara merebut daging yang ia bawa?" gumam Rubah. Gagak berada di salah satu ranting pohon. Ia berdiri dengan sombongnya. Rubah ingin naik ke pohon itu. Tapi jika Gagak tahu, pasti Gagak akan langsung terbang menghindarinya.
"Gagak kan burung yang sombong. Aku akan memujinya agar dia berbicara, sehingga kemudian daging di paruhnya terjatuh," pikir Rubah.
"Hai gagak yang cantik. Maukah kau menjadi temanku?" sapa Rubah.
Tapi gagak diam saja. Ia hanya melenggak-lenggokkan tubuhnya. Ia juga melebarkan sayapnya.
"Kau memiliki mata yang sangat indah dan bulu yang istimewa," ucap Rubah.
Gagak menjadi semakin bangga. Ia memalingkan wajahnya dari Rubah. Gagak masih tak mau berbicara kepada Rubah.
"Kakimu juga sungguh indah. Aku sangat ingin melihat kaki indahmu dari dekat," ujar Rubah.
Tetapi lagi-lagi Gagak tak memperdulikannya. Gagak tetap berlenggak-lenggok di atas dahan pohon.
"Aku sudah memujinya, tetapi ia tetap tak mau bicara. Kali ini aku akan menghinanya," pikir Rubah.
"Hei gagak yang sombong. Kau memang memiliki mata dan kaki yang indah. Kau pantas menjadi ratu burung. Tetapi sayang kau bisu dan tak bisa bicara," seru Rubah.
Mendengar hal itu, Gagak langsung marah. Ia langsung bersuara keras. "Kaaak! Kaaak!" seru Gagak. Daging yang berada di paruh Gagak otomatis jatuh. Dan... hap! Rubah dengan sigap menangkap daging itu.
"Terima kasih Gagak, kau telah memberikan daging yang lezat ini untukku," ujar Rubah.
Rubah segera berlari meninggalkan Gagak. Gagak mencoba mengejarnya, tetapi tak berhasil. Gagak menyesal telah terpengaruh ucapan Rubah hingga ia menjatuhkan daging itu untuk Rubah.
"Ah, ini karena kebodohanku," sesal Gagak. Gagak lalu pulang tanpa membawa sedikit pun daging. Ia menyesal karena sering berlaku sombong selama ini.
Pesan moral: dongeng ini mengajarkan kepada anak-anak untuk menghiraukan orang-orang yang sering berkata buruk tentang dirimu. Jangan sampai terpengaruh oleh kata-kata tersebut dan tetaplah jadi dirimu sendiri.
5. Timun Mas
Timun Mas atau Timun Emas adalah cerita rakyat Jawa Tengah yang berkisah tentang seorang gadis cantik terlahir dari buah timun berwarna emas.
Buah timun tersebut ditanam oleh Mbok Srini, janda tua yang mendapatkan petunjuk dari raksasa di dalam mimpinya untuk menanam timun tersebut. Sang raksasa menyuruh Mbok Srini untuk menanam biji timun yang akan melahirkan seorang anak gadis.
Namun apabila lahir dan tumbuh besar, sang raksasa akan kembali dan memintanya sebagai santapan. Dengan usaha keras, Timun Mas akhirnya bisa selamat dari raksasa yang ingin menyantapnya.
Pesan moral: dari cerita ini, kita bisa memetik pesan moral bahwa hidup akan berakhir indah apabila dilalui dengan kerja keras dan terus berusaha secara ikhlas. Jangan mudah menyerah ketika sedang menghadapi kesulitan.
6. Burung Bangau yang Angkuh
Seekor bangau berjalan dengan langkah yang anggun di sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai yang jernih, leher dan paruhnya yang panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya.
Saat itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.
"Saya tak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada diri sendiri. "Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau yang anggun seperti saya."
Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.
"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak akan merepotkan diri saya untuk membuka paruh dan memakan ikan sebesar itu!"
Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.
Pesan moral: dongeng mengajarkan kepada anak untuk tidak bersikap angkuh. Sebab, sifat angkuh hanya akan merugikan orang lain maupun dirimu sendiri.
Nah, itu dia enam cerita dongeng yang seru dan penuh pesan moral untuk si kecil. Semoga artikel ini dapat membantu detikers yang ingin membacakan dongeng untuk sang buah hati.
(ilf/fds)