Berbeda dengan saat ini, para penjahit zaman prasejarah diduga menggunakan tulang untuk membuat pakaian sehari-hari.
Perkirakan ini muncul setelah peneliti dan arkeolog Luc Doyon dan rekan-rekannya menemukan tulang berusia sekitar 39.600 tahun dari era Pleistosen.
Penemuan Fragmen Tulang di Spanyol
Fragmen tulang dengan 28 ceruk di permukaannya tesebut ditemukan para arkeolog dalam sebuah situs di Catalonia, Spanyol. Jaraknya sekitar 20 km dari selatan Barcelona, seperti dituliskan dalam laman Smithsonian Magazine.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tulang berceruk tersebut diperkirakan dari pinggul hewan Bovidae, meliputi antelop, domba, kerbau, atau Equidae seperti kuda. Ada 2 set ceruk di tulang itu, yaitu 10 ceruk berturut-turut, lalu 15 ceruk tidak sejajar, dan 3 ceruk yang lebih kecil.
Doyon menjelaskan, tulang tersebut diduga berfungsi sebagai alas pukul untuk melubangi kulit hewan dengan pahat.
Setelah pengujian tusukan dengan alat-alat kuno, timnya mendapati, kulit yang dialasi tulang lalu dipukul dengan mata pahat akan menghasilkan lubang bekas tusuk.
Potongan-potongan kulit lalu disatukan dengan tali atau benang sesuai lubang tusuk itu. Alhasil, jadilah pakaian atau sepatu yang pas dengan jahitan rapi.
Jika dugaan tim Doyon tersebut benar, maka tulang tersebut adalah contoh papan pukul paling tua yang tercatat dalam sejarah.
Kenapa Temuan Tulang 'Jahit' Penting?
Temuan fragmen tulang yang awet hingga 39.600 tahun ini penting menurut Doyon karena pakaian sendiri akan rusak dan terurai seiring waktu.
Tim arkeolog memperkirakan, tulang ini digunakan tidak lama setelah manusia modern pertama tiba di Eropa sekitar 40.000 tahun yang lalu.
Usia fragmen tulang tersebut bahkan melampaui jarum mata tulang pertama asal Eropa yang tercatat berusia 15.000 tahun, meskipun praktik berpakaian diperkirakan sudah berlangsung 80.000 tahun lebih dulu.
(twu/twu)