Bumi yang saat ini menjadi tempat hunian makhluk hidup, terbentuk pada miliaran tahun yang lalu. Adapun teori pembentukan tata surya dan bumi hingga saat ini masih sering diperdebatkan. Teori manakah yang paling logis?
Mengutip buku Geografi Menyingkap Fenomena Geosfer untuk Kelas X SMA/MA oleh Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat (2007), banyak ahli astronomi yang mengajukan teori pembentukan tata surya. Salah satunya adalah Isaac Newton yang memberikan teori tentang asal mula tata surya ini. Teorinya tentang hukum gravitasi menjadi dasar dari berbagai teori pembentukan tata surya dan bumi.
Pada tahun 1960, teori tersebut berkembang menjadi teori monistik dan dualistik, Teori monistik menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama, sedangkan teori dualistik menyatakan bahwa matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbentuk pada waktu yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perkembangan ilmu pengetahuan membuat teori pembentukan tata surya ini semakin beragam. Mengutip Modul Pembelajaran SMA Geografi Kelas X oleh Fitri Sekar Lestari, berikut teori-teori pembentukan tata surya yang harus detikers ketahui.
5 Teori Pembentukan Tata Surya dan Bumi
1. Teori Pasang Surut Gas
Teori pasang surut gas ini pertama kali dikenalkan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys tahun 1918. Teori ini menyebutkan bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak dekat sehingga mengakibatkan adanya pasang surut pada tubuh matahari yang saat itu masih berupa gas.
Saat bintang mendekat, gelombang raksasa akan muncul pada tubuh matahari karena adanya daya tarik bintang. Gelombang tersebut membentuk lidah pijar lalu mengalami perapatan gas dan akhirnya akan terpecah menjadi planet-planet.
2. Teori Ledakan Besar
Teori ledakan besar atau big bang merupakan teori yang paling terkenal. Teori ini mengatakan bahwa bumi terbentuk dari sebuah ledakan besar. Pembentukan bumi dalam teori ini disebut terjadi selama puluhan miliar tahun.
Pada mulanya, terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran itu menimbulkan bagian-bagian kecil dan ringan kabut terlempar ke luar sehingga berkumpul menjadi sebuah cakram raksasa. Pada satu waktu, gumpalan besar tersebut meledak dan membentuk galaksi-galaksi dan nebula-nebula.
3. Teori Kabut Nebula
Teori kabut nebula ini dikemukakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1755 dan disempurnakan oleh Piere de Laplace pada tahun 1796. Teori ini pun dikenal sebagai teori kabut Kant-Laplace.
Dalam teori ini disebutkan bahwa di alam semesta terdapat gas yang berkumpul menjadi kabut nebula. Gas-gas tersebut melakukan gaya tarik menarik sehingga terbentuklah kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar cepat. Perputaran tersebut mengakibatkan materi kabut pada bagian khatulistiwa terlempar dan berpisah.
4. Teori Planetesimal
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli astronomi asal Amerika yakni Forest Ray Moulton dan ahli geologi Thomas C. Chamberlain. Teori ini mengatakan bahwa proses pembentukan tata surya bermula dari adanya gas yang bermassa besar.
Pada satu titik, bintang lain yang berukuran hampir sama melintas dekat dengan matahari kemudian bertabrakan satu sama lain. Akibatnya, gas dan materi ringan di bagian tepi matahari dan bintang menjadi tertarik. Materi-materi yang terlempar membentuk gumpalan yang dinamakan planetesimal.
Planetesimal tersebut mendingin dan memadat hingga akhirnya menjadi planet-planet yang mengelilingi matahari.
5. Teori Bintang Kembar
Teori pembentukan alam semesta lainnya adalah teori bintang kembar. Menurut Raymond Arthur Lyttelton, seorang ahli astronomi sekaligus penemu teori ini menyatakan bahwa galaksi adalah kombinasi dari bintang kembar.
Salah satu dari bintang tersebut meledak dan menyebabkan banyak material yang terlempar. Dikarenakan bintang yang tidak meledak punya gaya gravitasi kuat membuat sebaran pecahan ledakan bintang lainnya mengelilingi bintang tersebut.
(nwk/nwk)