Tembang gambuh merupakan salah satu bentuk karya sastra, khususnya dalam budaya masyarakat suku Jawa. Isi dari tembang gambuh memiliki tujuan untuk menyampaikan nasihat kehidupan kepada manusia.
Mengutip dari buku Serat Kandha Suluk Tembang Wayang oleh Bram Palgunadi, tembang gambuh biasanya dinyanyikan ketika ada seseorang tengah berada dalam kondisi ragu-ragu.
Bukan itu saja, tembang gambuh juga berisi tentang berbagai ajaran terhadap generasi muda, mengenai bagaimana menjalin hubungan antar manusia. Oleh karena itu, makna tembang gambuh harus bisa dipahami, supaya bisa menjalani kehidupan yang seimbang.
Untuk membantu detikers memahami maksud sebenarnya dari Tembang Gambuh. Berikut pembahasan seputar pengertian tembang gambuh serta contoh dan artinya di bawah ini.
Pengertian Tembang Gambuh
Tembang gambuh merupakan sebuah syair berbahasa jawa yang isinya berupa cerita ataupun nasihat mengenai kehidupan manusia. Di samping menceritakan hubungan manusia dengan manusia lainnya, tembang ini juga memberikan pelajaran untuk kita bagaimana membangun hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, demikian dikutip di buku Kesenian Dongkrek Internasilisasi Nilai dan Ketahanan Budaya oleh Muhammad Hanif, dkk.
Istilah "gambuh" berasal dari kosa kata bahasa Jawa yang mempunyai arti menyatu. Makna yang terkandung dalam tembang gambuh memperlihatkan perjalanan kehidupan manusia, di mana terdapat dua sisi, yakni baik dan buruk atau putih dan hitam. Meski kedua sisi itu merupakan dua hal yang kontras, nyatanya keduanya sangat dibutuhkan dalam proses perjalanan hidup alias saling melengkapi.
Kata "gambuh" juga dimaknai sebagai sebuah sikap bijaksana, suatu kecocokan atau sepahaman. Dari hal tersebut dapat diartikan dengan sikap bijaksana untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai dengan porsinya, dan mampu bersikap adil.
Di sisi lain, istilah "gambuh" juga kerap digunakan dalam konteks kehidupan manusia di saat akan memasuki hidup rumah, dalam gambuh dipahami hidup manusia agar bisa seimbang, maka harus penuh perhitungan salah satunya kesesuaian secara umum dan derajat.
Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari wisdom atau kebijakan orang tua zaman dahulu bahwa masyarakat Jawa masih mempertimbangkan konsep bibit, bebet, dan bobot, bahwa mencari jodoh harus sesuai derajat dan hal lain sebagainya.
Sebab, jika hal tersebut tidak sesuai maka perjalanan dalam rumah tangga pun tidak bahagia. Oleh karena itu, berdasarkan konteks kehidupan rumah tangga, kata gambuh itu sendiri dapat juga diartikan dengan kata jumbuh, yang artinya cocok.
Demikian, dikutip di jurnal ilmiah Repository ISI Surakarta dan jurnal ilmiah berjudul Nilai Luhur Serat Wulangreh Pupuh Gambuh Membangun Karakter Generasi Milenial oleh Dwi Retnowati.
Aturan Tembang Gambuh
Mengutip dari buku Setangkai Bunga oleh Prof Santosa, tembang gambuh mempunyai guru gatra yang terdiri atas 5 baris kalimat setiap bait.
Guru wilangan atau jumlah suku kata, yaitu 7,10,12,8,8. Dalam artian ini, baris pertama terdiri dari 7 suku kata, baris kedua berisi 10 suku kata, baris ketiga berisi 12 suku kata, baris keempat berisi 8 kata, dan baris kelima terdiri dari 8 suku kata.
Dan, guru lagu dalam tembang gambuh adalah u, u, i, u, o. Artinya, baris pertama berakhir dengan huruf vokal u, baris kedua berakhir dengan huruf vokal u, baris ketiga berakhir dengan vokal i, baris keempat berakhir dengan huruf vokal u, dan baris kelima berakhir dengan huruf vokal o
Watak Tembang Gambuh
Tembang Gambuh mempunyai watak berupa:
- Sumanak (ramah kepada siapapun)
- Sumadalur (persaudaraan yang erat)
- Mulang (mengajarkan)
- Pitutur (nasehit)
Contoh Tembang Gambuh
Berikut ini adalah tembang gambuh yang terdapat Serat Wulangreh Pupuh III karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja Surakarta beserta arti dan maknanya, sebagaimana dikutip di buku Filsafat Ku oleh Wafa Aldamawy:
Aja nganti kabanjur
Barang polang ingkang nora jujur
Yen kebanjur sayekti kojur tan becik
Becik nyupaya iku
Pitutur ingkang sayektos
Tutur bener puniku
Sayektine apantes tiniru
Nadyan metu saking wong sudra papeki
Lamun becik nggone muruk
Iku pantes sira anggo
Ana pocapanipun
Adiguna adigang adigung
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adiguna ula iku
Telu pisan mati sampyuh
Artinya:
Jangan sampai terlanjur
Bertingkah polah yang tidak jujur
Jika terlanjur tentu celaka dan tidak baik
Lebih baik berusahalah
Ikuti ajaran yang sejati
Ucapan yang benar itu
Sejatinya pantas untuk diikuti
Meskipun keluar dari orang yang rendah derajatnya
Jika baik dalam mengajarkan
Itu pantas engkau gunakan
Ada sebuah ungkapan
Adiguna, adigang, adigung
Adigang itu seperti kijang, adigung itu seperti gajah
Adiguna itu ular
Ketiganya mati bersama secara sia-sia
Makna Tiap Bait
1. Bait Pertama
Nilai moral yang tekandung dalam baik pertama adalah hendaknya kita berusaha dan menjaga agar jangan sampai berperilaku tidak jujur. Berperilaku tidak jujur jika sudah terlanjur melakukannya apalagi sudah menjadi kebiasaan akan mencelakakan diri sendiri.
2. Bait Kedua
Pesan moral dalam bait kedua, yaitu hendaknya kita senantiasa mencontoh nasihat yang benar tanpa memandang siapa yang memberi nasihat. Jadi, nasihat itu dilihat dari isi nasihatnya bukan dari siapa yang memberi nasihat.
3. Bait Ketiga
Pesan moral yang terkandung dalam bait ketiga adalah jangan menyombangkan diri karena kesombongan itu akan membawa celaka. Dalam bait ketiga ini, sikap atau watak adigang, adigung, dan adiguna diibaratkan dengan hewan hewan kijang (kekayaan), gajah (kekuasaan), dan ular (kepandaian).
Nah, itulah detikers pembahasan seputar pengertian tembang gambuh dan juga contohnya serta sekaligus arti dan maknanya. Semoga bisa menjadi reminder untuk detikers untuk menjalani kehidupan yang baik dengan sesama di kehidupan sehari-hari.
Simak Video "Detik-detik Perampokan Sadis di Cilacap, 2 Orang Kena Tembak"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/nwk)