Fosil burung purba berusia 120 juta tahun ditemukan di China. Fosil burung purba itu memiliki ciri tak biasa yang didapati pada burung-burung standarnya: tengkoraknya mirip dinosaurus T-Rex.
Fosil burung purba ini digali di sebuah situs fosil di China. Para peneliti mengidentifikasikan fosil burung ini sebagai spesies baru Cratonavis zhui (C. zhui), demikian dilansir Live Science yang dikutip detikEdu, Minggu (15/1/2023).
Burung ini diperkirakan terbang di langit di masa awal Cretaceous, berburu daging untuk dimakan. Dari usia fosil C. zhui, dia kemungkinan hidup di antara masa burung paling awal diketahui, Archaeopteryx, yang hidup sekitar 150 juta tahun yang lalu selama periode Jurassic, dan Ornithothoraces, kelompok era dinosaurus yang telah mengembangkan banyak ciri burung modern.
Spesimen spesies baru ini memberikan petunjuk tentang bagaimana burung mulai menyelesaikan perbedaan evolusi mereka dari sisa dinosaurus. Selama ini, ilmuwan sudah menyepakati bahwa burung modern adalah keturunan dari dinosaurus. Burung dianggap satu-satunya garis keturunan dinosaurus yang selamat dari benturan asteroid yang mengguncang Bumi dan memusnahkan dinosaurus pada 66 juta tahun lalu.
Namun, masih ada rantai yang hilang selama ini, yakni bagaimana evolusi burung dari theropoda lainnya- kelompok bipedal dengan tulang berongga dan tiga jari kaki atau cakar di setiap kaki, yang mencakup dinosaurus unggas dan non-unggas seperti raptor (Velociraptor), masih belum jelas.
Fosil C. zhui ini dipindai dengan computed tomography (CT) scan beresolusi tinggi, yang memungkinkan peneliti untuk menyusun kembali tulang secara virtual dalam 3D. Para peneliti menemukan bahwa meskipun sebagian besar kerangka sangat mirip dengan Ornithothoraces, tulang-tulang tertentu memiliki kekuatan yang mengejutkan, ada kemiripan dengan dinosaurus non-unggas. Kemiripan yang paling mencolok ada pada tengkoraknya yang memiliki bentuk "hampir identik dengan dinosaurus seperti T. rex," tulis peneliti dalam laporannya.
Tengkorak yang mirip T-rex dicirikan karena rahang atas tak bisa digerakkan karena bentuk relasinya dengan rahang bawah. Sementara itu, burung modern mampu menggerakan kedua bagian rahangnya. Peneliti menuliskan bentuk rahang C. zhui ini mengejutkan, mengetahui bahwa sifat ini berkembang sangat terlambat dalam sejarah evolusi burung.
Selain bentuk rahang, C. zhui juga memiliki bentuk scapula dan tulang metatarsal yang berbeda dari burung modern. Scapula, tulang bahu yang digunakan selama penerbangan, bentuknya memanjang tak biasa. Scapula memainkan peran penting dalam kemampuan terbang karena membantu memutar bahu burung dan mengepakkan sayapnya. Tulang belikat yang memanjang di C. zhui kemungkinan besar mengkompensasi keseluruhan komponen terbang yang kurang berkembang pada burung purba ini.
Untuk tulang metatarsal pertama pada C. zhui, tulang yang ditemukan di kaki, kemungkinan besar merupakan sisa dari raptor yang tinggal di darat. Raptor membutuhkan tulang metatarsal yang lebih panjang untuk membantu mereka berlari. Seiring waktu, tulang-tulang ini berevolusi menjadi jauh lebih pendek pada burung untuk memungkinkan mereka menggunakan hallux, atau jari kaki bercakar besar, untuk mendarat di dahan dan menangkap mangsa dari udara alih-alih berlari.
Karena panjang tak terduga dari scapula dan metatarsal pertama ini, peneliti menyoroti luasnya plastisitas kerangka pada burung purba. Plastisitas ini menunjukkan bahwa ciri-ciri kerangka tertentu dapat berevolusi secara independen satu sama lain di pohon evolusi burung, sebuah fenomena yang dikenal sebagai evolusi konvergen. Namun, butuh lebih banyak fosil untuk memastikannya.
Riset soal fosil C.zhui ini dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology (IVPP), Chinese Academy of Sciences, Beijing, China. Hasilnya sudah diterbitkan di jurnal Nature berjudul "Decoupling the skull and skeleton in a Cretaceous bird with unique appendicular morphologies" pada 2 Januari 2023.
Simak Video "Tengkorak T-Rex Ini Dilelang US$ 15 Juta"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/twu)