Tarian tradisional adalah suatu tarian yang berasal dari suatu daerah dan diturunkan secara turun-menurun hingga menjadi budaya daerah tersebut.
Seiring perkembangan zaman, eksistensi tari tradisional kini makin memudar. Untuk itu, sebagai bentuk cinta tanah air, kita perlu mengenal nama tarian tradisional yang ada.
Pada artikel ini, akan membahas tentang contoh-contoh tarian tradisional dari masing-masing provinsi yang ada di Indonesia. Yuk, simak artikel di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tarian Tradisional dari 38 Provinsi di Indonesia
Berikut, deretan tarian tradisional dari masing-masing provinsi, seperti dikutip di buku Siswa Seni Budaya SMA/MA Kelas 10 oleh Jelly Eko Purnomo, SPd; Ensiklopedia Seni Tari Nusantara: Sulawesi Barat hingga Sumatera Utara oleh R Toto Sugiarto; Fakta Menakjubkan Tentang Indonesia oleh Navita Kristi; dan Ensiklopedia Seni Tari Nusantara: Kalimantan Barat hingga Maluku oleh R Toto Sugiarto, di antaranya:
1. Tari Saman (Nanggroe Aceh Darussalam)
![]() |
Tari saman berasal dari daratan tinggi tanah Gayo, Aceh Tenggara dengan jumlah penari lebih dari 10 orang. Nilai estetis dari tarian ini adalah dominasi dari pada gerakan tangan menepuk dada, pundak, paha, dan bertepuk tangan.
Tidak ada gerakan kaki karena tari saman dilakukan sambil duduk. Selain gerakan tangan, ada gerakan liukan badan yang dilakukan sambil duduk. Keunikan gerakan terletak pada kecepatan, kerampakan, dan kekompakan para penarinya. Tarian ini hanya diiringi dengan gendang rampak dan suara tepukan tangan.
2. Tari Tor-Tor (Sumatera Utara)
Tari tor-tor merupakan salah satu tari tradisional yang terkenal dari Sumatera Utara. Menurut sejarah, tari tradisional suku Batak ini berkaitan erat dengan ritual yang berhubungan dengan roh.
Tari tersebut biasanya dipentaskan ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Akan tetapi, saat ini, tarian tersebut sudah dijadikan sebagai daya tarik wisata dan dipentaskan dalam berbagai acara.
3. Tari Piring (Sumatera Barat)
Dahulu, tari piring dipersembahkan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Minangkabau atas panen yang melimpah. Saat itu, agama Islam belum masuk ke Sumatera sehingga masyarakat Minangkabau masih memeluk agama Hindu dan Buddha.
Ketika agama Islam mulai dianut oleh masyarakat setempat, tujuan tari piring pun berubah. Tari piring tidak lagi ditujukan kepada dewa, tetapi hanya sebagai hiburan bagi masyarakat, demikian dikutip buku Kreatif Tematik Tema 1 Indahnya Kebersamaan Kelas IV untuk SD/MI oleh Tim Tunas Karya Guru.
4. Tari Tanggai (Sumatera Selatan)
Tari tanggai adalah tarian persembahan yang ditunjukkan untuk menghormati tamu undangan sebagai bentuk ucapan selamat datang. Tarian ini diiringi lagu Gending Sriwijaya dan dengan gerakan tangan yang lentur menunjukkan ketulusan tuan rumah memberikan penghormatan.
5. Tari Andun (Bengkulu)
Tarian andun merupakan salah satu tarian rakyat yang dilakukan pada saat pesta pernikahan. Tari ini biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada malam hari dengan kelintang. Dahulu, tari ini sering digunakan sebagai sarana untuk mencari jodoh. Demikian, dikutip dari buku Mengenal Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Adat, Dan Senjata Tradisional oleh Penerbit Cif
6. Tari Zapin (Riau)
Tari zapin adalah tari khas Riau. Tarian ini merupakan sebuah akulturasi dua kebudayaan, yakni budaya Arab dan budaya Melayu. Tarian ini dimainkan secara berpasangan dan dipertunjukkan dalam berbagai acara dan hiburan masyarakat, seperti dikutip di buku Mandiri Belajar Tematik SD/MI Kelas 6 Semester 2 oleh Desi Damayanti.
7. Tari Malemang (Kepulauan Riau)
Dikutip di buku Pendidikan Seni Rupa Estetik Sekolah Dasar oleh Arian Restian, tarian melemang diperkirakan sudah ada sejak abad 12 M. Awalnya, tari ini hanya dipentaskan di Istana Kerajaan Bentan sebagai persembahan bagi raja yang sedang beristirahat. Namun, sejak Kerajaan Bentan mengalami keruntuhan, tari malemang berubah menjadi pertunjukan hiburan rakyat.
8. Tari Sekapur Sirih (Jambi)
Tarian tradisional ini merupakan sebuah tari persembahan. Sesuai dengan jenisnya, tarian ini dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu yang dianggap penting. Biasanya jumlah penarinya adalah sembilan penari perempuan dan tiga penari laki-laki, dengan satu orang yang bertugas membawa payung dan dua orang sebagai pengawal.
9. Tari Sembah (Lampung)
Tari sembah atau dikenal juga dengan tari sigeh pengunten, merupakan tarian tradisional yang dipentaskan untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada tamu.
10. Tari Campak (Bangka Belitung)
Dikutip dari buku Belitong oleh Novianti, tari Campak merupakan tarian dari daerah Bangka Belitung yang menggambarkan kegembiraan muda-mudi. Tarian ini biasanya diselingi berbalas pantun dan dibawakan sepulang dari ume (kebun) untuk merayakan waktu musim panen dan juga dipertunjukkan dalam pesta-pesta seperti penyambutan tamu dan pernikahan.
11. Tari Cokek (Banten)
Tarian ini dibawakan oleh lima hingga tujuh perempuan, didampingi oleh beberapa pria yang memainkan pencak silat. Konon, sebutan cokek berasal dari nama Tan Sio Kek, orang yang memperkenalkan tarian ini pertama kali.
Tarian cokek memiliki daya tarik dari gerakan tubuh para penarinya yang akan bergerak secara perlahan-lahan. Pertama, penari akan membuat formasi memanjang, dengan saling bersebelahan. Lalu, kaki mereka akan digerakan melangkah maju mundur, dengan tangan yang direntangkan setinggi bahu.
12. Tari Blantek (DKI Jakarta)
Dikutip dari buku Seni dan Budaya oleh Harry Sulastino, tarian ini berasal dari daerah Betawi yang keberadaan sosialnya berkembang dengan pesat. Pada awalnya, tarian ini merupakan bagian pertunjukan teater rakyat lenong yang ditampilkan pada pembukaan cerita.
13. Tari Jaipong (Jawa Barat)
Dikutip dari buku Top One Ulangan Harian SMA/MA IPA Kelas X oleh Tim Super Tentor, tari jaipong adalah tarian tradisional yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Jaipongan merupakan tarian dengan mengkolaborasikan berbagai macam gerakan, seperti gerakan tari ketuk tilu, tari ronggeng, dan juga beberapa gerakan pencak silat.
14. Tari Gambyong (Jawa Tengah)
Tari gambyong adalah tari kreasi baru dari perkembangan tari tayub. Awalnya, tarian ini digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen melimpah. Keberadaan penari merupakan gambaran Dewi Padi (Dewi Sri).
15. Tari Serimpi (DI Yogyakarta)
Tari serimpi adalah suatu jenis tarian yang diperagakan oleh 4 putri. Masing-masing mendapatkan sebutan, yaitu air, api, angin, dan bumi/tanah, yang melambangkan terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru mata angin. Tarian ini termasuk tarian sakral yang hanya dipentaskan di lingkungan keraton, seperti dikutip di buku Keanekaragaman Seni Tari Nusantara.
16. Tari Reog Ponorogo (Jawa Timur)
Tari reog Ponorogo merupakan salah satu tarian khas dari Jawa Timur, tepatnya di Kota Ponorogo. Tarian ini menceritakan strategi Ki Ajeng Mutu untuk membangun perlawanan kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya, seperti dikutip di buku Pembelajaran Seni Tari di Indonesia dan Mancanegara oleh Ariana Restian.
17. Tari Kecak (Bali)
Sebenarnya, tari kecak merupakan tarian adat tradisional Bali yang dulunya sebagai tarian sebuah prosesi keagamaan Hindu Bali. Seorang penari akan kerasukan roh sehingga menjadi media komunikasi dengan para dewa dan pengusir segala roh jahat.
Pada perkembangan selanjutnya agar menjadi salah satu daya tarik wisata, tarian kecak dikolaborasikan dengan seni pertunjukkan teater yang menggambarkan kisah Ramayana melalui gerakan dalam tari.
Keunikan tari kecak dari Bali ini merupakan jenis tari-tarian yang tidak mengandalkan instrumen alat musik sama sekali. Musik pengiring tari yang dihasilkan berasal dari suara para penarinya sendiri.
18. Tari Caci (Nusa Tenggara Timur)
![]() |
Tari caci merupakan tari perang antar sepasang penari laki-laki yang memperagakan pertarungan menggunakan cambuk dan perisai, seperti dikutip dari 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia oleh Fitri Haryani.
19. Tari Mpaa Lenggo (Nusa Tenggara Barat)
Tarian ini digelar untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Tarian ini juga sering dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja.
20. Tari Monong (Kalimantan Barat)
Tari monong merupakan tarian sakral yang berfungsi untuk penolak penyakit atau menyembuhkan seseorang agar dapat sehat kembali. Tarian ini biasanya dilakukan oleh seorang dukun sambil membawa perisai dan senjata sebagai simbol untuk mengusir dan melenyapkan roh-roh jahat.
21. Tari Burung Enggang (Kalimantan Timur)
Tari burung enggang atau disebut juga tari kancet lasan merupakan sebuah tarian khas dari Suku Dayak Kenyah, di Kalimantan Timur. Warga suku Dayak percaya bahwa nenek moyang mereka menyerupai burung enggang yang turun dari langit. Oleh karena itu, burung enggang sangat dimuliakan suku Dayak.
Biasanya, tarian enggang dibawakan oleh perempuan-perempuan muda suku Dayak. Setiap penarinya memegang bulu burung enggang, seperti dikutip di buku Kreatif Tematik Tema 8 Lingkungan Sahabat Kita Kelas V untuk SD/MI oleh Tim Tunas Karya Guru.
22. Tari Magunatip/Lalatip (Kalimantan Utara)
Tarian magunatip merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Tarakan dan Malinau, Kalimantan Utara. Pada zaman dahulu tarian ini digunakan untuk melatih ketangkasan kaki dalam melompat dan menghindari rintangan.
23. Tari Baksa Kembang (Kalimantan Selatan)
Tari baksa kembang adalah tarian yang berasal dari Keraton Banjar, Kalimantan Selatan. Tarian ini merupakan tari selamat datang pada tamu agung dan dibawakan oleh putri-putri Keraton Banjar, dengan menyampaikan untaian bunga, seperti dikutip dari buku Ayo Mengenal Indonesia: Kalimantan 2 oleh N. Arie Any.
24. Tari Mandau Talawang (Kalimantan Tengah)
Tarian ini menggunakan mandau atau talawang (perisai). Ditampilkan pada saat upacara adat ataupun penerimaan tamu, seperti dikutip di buku Buku Pintar 34 Provinsi di Indonesia oleh Kurniawan Dinihari.
25. Tari Bamba Manurung (Sulawesi Barat)
Tari bamba manurung adalah tari tradisional yang biasanya ditampilkan di pesta-pesta adat Mamuju. Tarian ini dibawakan oleh gadis-gadis dengan menggunakan kipas
26. Tari Dana-Dana (Gorontalo)
Tari dana-dana adalah tari pergaulan remaja yang sampai saat ini masih berkembang di daerah Gorontalo, demikian dikutip di buku Mengenal Tarian dan Seni Sulawesi oleh Wisnu Fajar.
27. Tari Dero (Sulawesi Tengah)
Tarian ini berasal daerah Poso. Dilakukan oleh para penari wanita dan penari pria yang berpegangan tangan dan membentuk lingkaran, diiringi dengan nyanyian pantun dan tabuhan gendang dan gong.
28. Tari Pakarena (Sulawesi Selatan)
Tari pakarena adalah tari yang berasal dari daerah Makassar, Sulawesi Selatan. Tari pakarena berkisah tentang perpisahan dunia kayangan dan bumi. Tarian ini dipopulerkan semasa pemerintahan Sultan Hasanuddin dan Raja Gowa ke-16.
29. Tari Dinggu (Sulawesi Tenggara)
Tarian ini mengandung arti sifat gotong royong saat masyarakat sedang menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung (alat tradisional untuk pengolahan padi), menjadi irama tersendiri yang bisa menyentuh hati
30. Tari Kabasaran (Sulawesi Utara)
Tari kabasaran merupakan tari prajurit Minahasa. Penari adalah prajurit berpakaian merah dan diiringi suara tambur. Tari ini menggambarkan gerakan dua ekor ayam jantan yang sedang bertarung dengan mata melotot, demikian dikutip di buku Fakta Menakjubkan Tentang Indonesia: Wisata Sejarah, Budaya, dan Alam di 33 Provinsi oleh Navita Kristi.
31. Tari Cakalele (Maluku)
Tari cakalele merupakan tari perang yang secara umum mempunyai jumlah penari sebanyak lima sampai tiga puluh orang. Tarian ini menggambarkan perjuangan rakyat Maluku dalam membela kebenaran. Bahkan tari ini pada awalnya dipertunjukkan untuk memberikan semangat kepada para pasukannya dalam melawan penjajah.
32. Tari Kapita/Hasa (Maluku Utara)
Tarian ini berlatar belakang tentang cerita perang pada zaman penjajahan untuk merebutkan wilayah-wilayah kekuasaan Sultan Tidore. Tari kapita ditarikan oleh laki-laki sekitar 5-9 orang atau lebih sesuai dengan bagaimana keadaan tarian ini ditampilkan.
Tari ini dipakai untuk menyambut para pembawa air suci dan paji-paji masuk kedalam keraton tersebut, dan dipercayakan bisa menjaga para pembawa air suci dan paji-paji dari serangan musuh, demikian dikutip di buku Arsitektur Post Modern Maluku Utara oleh Endah Harisun.
33. Tari Suanggi (Papua Barat)
Tarian suanggi merupakan bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat yang masih mempercayai nuansa magis. Asal muasal tarian ini berawal dari kisah seorang suami yang ditinggal mati istrinya karena menjadi korban makhluk jadi-jadian (anggi-anggi).
34. Papua Timur, Papua Pegunungan, Papua Barat Daya, dan Papua Selatan
Berikut beberapa tarian daerah yang berasal dari Papua, seperti dikutip dari buku Buku Siswa Seni Budaya SMP/MTs Kelas 8 oleh Sri Sudaryati, SPd, MM, dan buku Mengenal Tarian dan Seni Papua oleh Dewi Nurhayati, di antaranya:
a. Tari Yospan
Tarian ini merupakan tarian pergaulan masyarakat yang biasa ditarikan oleh penari pria dan penari perempuan. Tarian ini biasanya sering ditampilkan di berbagai acara yang bersifat adat, penyambutan, dan acara budaya.
b. Tari Afaitaneng
Tari afaitaneng dipertunjukkan selama semalam suntuk pada sore atau malam hari sesudah perang. Tari ini menggambarkan kehebatan, kekuatan, dan kemenangan rombongan perang melawan musuh dengan bersenjatakan panah.
c. Tari Aniri
Tari aniri berhubungan dengan magis, menggambarkan pembebasan seorang dari gangguan setan, karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan pergi ke dusun. Aniri mempunyai arti pembebasan seorang anak.
d. Tari Antoroni
Tari ini ditarikan oleh sekelompok pria dan wanita dengan membawa perlengkapan antoroni (obor), umbee (parang), afai atau ato (busur dan panah), rawangguai (piring), dan neina nunggamiai nuntarai (rangka tengkorak manusia).
Alat musik yang mengiringi tari ini adalah tikainotu atau tifa dan tabura atau triton, disertai beberapa lagu, antara lain Syowo Mendamato, Sere-Sere Muto, dll.
Itulah tarian tradisional yang indah dari 38 provinsi di Indonesia, detikers pernah menarikan atau pernah menonton yang mana?