Agen sosialisasi adalah orang, kelompok, atau lembaga yang mengajari atau memengaruhi orang lain untuk dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan dengan satu sama lain. Apa yang diajarkan oleh satu keluarga kemungkinan berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lainnya.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, di masyarakat sosialisasi yang dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena kekacauan oleh agen sosialisasi yang berlainan, sebagaimana telah dikutip dari buku Hidup Bermasyarakat oleh Dwi Ananta Devy, ST, MT.
Seperti dikutip dari Pengantar Sosiologi Pendidikan karangan Damsar, peran agen sosialisasi adalah membentuk pengetahuan, sikap, nilai, norma, perilaku esensial, dan harapan-harapan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat.
Menurut Fuller dan Jacobs, dikutip dari buku Sosiologi Jilid 1 oleh Kun Maryati, mengidentifikasikan ada empat agen sosialisasi utama, yaitu keluarga, sekolah, kelompok permainan, dan media massa.
5 Agen Sosialisasi
1. Keluarga
Pada umumnya, keluarga terdiri dari orang tua dan saudara kandung (nuclear family). Namun dalam masyarakat yang mengenal sistem kekerabatan yang luas (extended family), agen sosial tidak hanya terdiri dari kedua orang tua dan saudara kandung, tetapi juga paman, bibi, kakek, dan nenek
Keluarga merupakan lingkungan pertama sejak individu dilahirkan. Pembentukan sikap dan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana corak orang tua dalam memberikan pendidikan anak-anaknya baik melalui kebiasaan, teguran, nasihat, perintah, atau larangan.
Melalui interaksi dalam keluarga, anak mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai dalam keluarga dan masyarakat.
2. Kelompok Permainan
Pada tahap ini, anak memasuki game stage, fase dimana ia mulai mempelajari aturan tentang peranan orang-orang yang berkedudukan sederajat. Dengan bermain, ia mulai mengenali nilai-nilai keadilan, kebenaran, toleransi, atau solidaritas.
Sedangkan bagi seorang remaja, teman sepermainan memberikan dukungan sosial yang bernilai ketika ia sedang melepas diri dari ketergantungannya pada orang tua.
Dalam kelompok sepermainan di lingkup remaja, anggota-anggota baru dengan cepat disosialisasikan dengan simbol keanggotaan kelompok, seperti gaya berpakaian, penggunaan barang-barang dan pola tingkah laku tertentu.
3. Sekolah
Sekolah tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan intelektual, tetapi juga menanamkan kemandirian, tanggung jawab dan tata tertib.
Sedangkan menurut Dreeben, aspek lainnya yang turut juga dipelajari di sekolah selain belajar cara membaca, menghitung, dan menulis diantaranya kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme dan kekhasan (specificity).
4. Media Massa
Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa mempunyai dampak yang positif dan negatif bagi seseorang.
Oleh karena itu, perlu adanya bimbingan dan pengawasan bagi seorang individu yang belum cukup umur ketika menggunakan media massa agar terhindar dari pengaruh buruk media massa seperti dikutip dari buku CMS Cara Menguasai Soal Sosiologi SMA dan MA Latihan Soal dan Pembahasan HOTS oleh Hendyono; buku IPS Terpadu Jilid 1A oleh Sri Pujiastuti; dan buku Sosialisasi Anak Pada Keluarga Single Parents oleh Dr. Rustina, S.Ag.
5. Agama
Terdapat 6 agama yang diakui dan berkembang di Indonesia yaitu, Katolik, Kristen, Islam, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Setiap agama memiliki aturan dan tata-cara sendiri dalam beribadah karena setiap agama memiliki kepercayaan pada masing-masing.
Namun, pada dasarnya setiap agama mengajarkan kebaikan dan menanamkan perilaku yang sesuai dengan norma yang seharusnya. Ini merupakan alasan agama merupakan bagian dari agen sosialisasi.
James M Henslin dalam bukunya Essentials of Sociology (Sosiologi dengan Pendekatan Membumi) menyebut pengaruh agama menyebar ke banyak bidang kehidupan kita. Partisipasi dalam acara keagamaan, misalnya, tidak hanya mengajarkan kita kepercayaan mengenai akhirat tetapi juga ide mengenai jenis busana, cara berbicara, dan tata krama yang tepat untuk acara resmi.
Adapun menurut menurut Damsar, agama tidak hanya berpengaruh pada aspek hubungan vertikal antara manusia dan Tuhannya atau aspek religius dari kehidupan, tetapi juga berpengaruh pada aspek-aspek kehidupan lainnya lainya seperti ekonomi, sosial, dan budaya.
Nah, itu dia penjelasan mengenai agen sosialisasi dan jenis-jenis agen sosialisasi. Semoga bisa menambah wawasan, ya detikers!
(pal/pal)