Super Langka! Aurora Warna Merah Muda Imbas Badai Matahari

ADVERTISEMENT

Super Langka! Aurora Warna Merah Muda Imbas Badai Matahari

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Rabu, 09 Nov 2022 11:30 WIB
Aurora berwarna merah muda (Repro: FB Greenlander Tromso)
Foto: Aurora berwarna merah muda (Repro: FB Greenlander Tromso)
Jakarta -

Fenomena super langka terjadi di belahan Bumi bagian utara. Aurora yang biasanya berwarna hijau, kali ini berwarna merah muda!

Fenomena ini terjadi pada Selasa, 3 November 2022 lalu, seperti dilansir Live Science, Selasa (8/11/2022). Badai Matahari di hari itu menyebabkan medan magnet Bumi berlubang untuk sementara.

Lubang yang dihasilkan memungkinkan partikel dari badai Matahari menembus jauh ke atmosfer Bumi dan memicu aurora merah muda yang sangat langka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena ini diamati oleh sekelompok turis, dipimpin pemandu tur spesialis aurora Markus Varik dari Greenlander Tour yang berbasis di Tromso, Norwegia pada 3 November lalu. Fenomena super langka nan spektakuler itu berlangsung selama sekitar 2 menit.

"Ini adalah aurora merah muda terkuat yang pernah saya lihat dalam satu dekade selama menjadi pemandu tur ini," imbuh Varik.

ADVERTISEMENT

Para ilmuwan mendeteksi retakan kecil di magnetosfer, medan magnet tak terlihat di sekitar Bumi. Medan magnet ini dihasilkan oleh inti Bumi yang berisi logam cair. Retakan kecil tersebut dipicu badai Matahari kelas G1 yang menghantam Bumi pada 3 November lalu.

Aurora terbentuk ketika aliran partikel angin Matahari melewati magnetosfer. Nah, Bumi memiliki medan magnet yang melindungi makhluk hidup di atasnya dari radiasi kosmik.

Namun, medan magnet yang berfungsi sebagai tameng ini secara alami lebih lemah di Kutub Utara & Kutub Selatan. Tamengnya yang tipis memungkinkan angin Matahari menembus atmosfer, antara 100 hingga 300 kilometer di atas permukaan Bumi. Saat partikel Matahari melewati atmosfer inilah, partikel Matahari bisa memanaskan gas yang kemudian bersinar terang. Fenomena ini dikenal dengan aurora, demikian menurut NASA.

Aurora paling sering tampak berwarna hijau karena atom oksigen berlimpah di bagian atmosfer yang biasanya dijangkau oleh angin Matahari. Namun, selama badai Matahari baru-baru ini, retakan di magnetosfer Bumi memungkinkan angin Matahari menembus di bawah 100 kilometer di atas permukaan Bumi, di mana nitrogen adalah gas yang paling berlimpah di ketinggian itu, demikian menurut spaceweather.com. Akibatnya, aurora mengeluarkan cahaya merah muda neon saat partikel angin Matahari sebagian besar menabrak atom nitrogen.

Lubang magnetosfer ini menutup 6 jam kemudian setelah pertama kali terbuka.

"Retakan di magnetosfer Bumi juga membantu menghasilkan aurora hijau yang kuat sepanjang malam," imbuh Varik.




(nwk/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads