Studi: Anak yang Berteman dengan Orang Kaya Berpeluang Keluar dari Kemiskinan

ADVERTISEMENT

Studi: Anak yang Berteman dengan Orang Kaya Berpeluang Keluar dari Kemiskinan

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 05 Nov 2022 12:00 WIB
Children playing cards in a caravan
Studi: Anak yang berteman dengan orang kaya berpeluang keluar dari kemiskinan. Foto: Getty Images/iStockphoto/Antonio Suarez Vega
Jakarta -

Hubungan dengan orang lain bisa berpengaruh secara signifikan, tetapi memperkirakan bagaimana relasi tersebut mempengaruhi status ekonomi seseorang tentunya adalah urusan yang cukup rumit.

Namun, sebuah studi yang dipublikasikan melalui jurnal Nature pada 1 Agustus 2022 lalu menjelaskan, persahabatan antara individu yang lebih kaya dan lebih miskin pada masa kanak-kanak berkaitan dengan peningkatan pendapatan anak-anak miskin di masa depan.

Studi tersebut bertajuk Social capital I: measurement and associations with economic mobility. Ekonom Raj Chetty dari Harvard University bersama timnya menggunakan sekitar 72 juta pengguna Facebook berusia 25-44 tahun di Amerika Serikat untuk penelitian ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertemanan Antarkelas Ekonomi

Tim peneliti menemukan, jika seorang anak yang cenderung miskin tinggal di area yang membuat mereka bisa berteman dengan anak kaya, maka anak miskin tersebut berpeluang memperoleh pendapatan 20 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata. Persahabatan lintas kelas ekonomi ini disebut para peneliti sebagai keterkaitan ekonomi.

"Pertemanan antarkelas ini adalah salah satu prediktor terkuat mobilitas ekonomi, yang sudah diidentifikasi sampai saat ini," ungkap Chetty dalam konferensi pers pada 28 Juli lalu, dikutip dari ScienceNews.

ADVERTISEMENT

Para peneliti turut merilis kumpulan data publik yang memungkinkan pengguna mengukur tingkat relasi antara orang kaya di tiap wilayah, kode pos, sekolah menengah, dan perguruan tinggi di Amerika Serikat. Mereka berharap, pembuat kebijakan dan administrator sekolah bisa menggunakan data ini untuk mengambil kebijakan integrasi kelas yang paling sesuai dengan kondisi lokal.

Membangun relasi-relasi antarkelas ekonomi ini adalah kunci mengurangi bias pertemanan sekaligus meningkatkan ekonomi orang-orang miskin, bahkan jika pertemanan itu berakhir di masa kanak-kanak. Demikian para periset menegaskan.

Sebagai contoh, ada sebuah organisasi nirlaba bernama Inner City Weightlifting yang memiliki misi menghubungkan orang dari latar belakang sosial berbeda. Mereka melatih orang-orang kurang mampu sebagai pelatih gym pribadi dan mengkoneksikan mereka dengan klien yang lebih kaya.

Menurut CEO organisasi nirlaba tersebut, Jon Feinman, pada umumnya para pelatih dan klien menjadi teman. Sebagai contoh, ada salah seorang pelatih bernama Bobby Fullard yang masih berusia 30 tahun.

Beberapa tahun lalu, seorang klien kulit putih di gym-nya mengajak untuk berolahraga lari pada hari Sabtu. Meski setuju, sebetulnya dia enggan.

Pada waktu momen olahraga lari itu, kliennya ini mengajak teman kulit putih lainnya. Fullard merasa cemas, tetapi kliennya itu membantunya merasa lebih nyaman.

Belakangan, saat Fullard membuka bisnis pertukangannya sendiri, kedua partner larinya itu yang jadi klien pertamanya.

Bisa Menunjukkan Pilihan Masa Depan yang Lain

Kembali ke para peneliti, mereka juga menganalisis pendorong keterkaitan ekonomi, yang disebut sebagai paparan dan bias pertemanan.Studi soal ini diterbitkan melalui publikasi ilmiah kedua, yang juga diterbitkan di jurnal Nature.

Apa yang dimaksud dengan paparan adalah jumlah rata-rata orang kaya yang berelasi dengan orang miskin dalam kehidupan sehari-hari mereka, misalnya di sekolah, tempat kerja, atau organisasi keagamaan. Sementara, bias pertemanan adalah tingkat pertemanan orang miskin dengan orang kata di suatu lingkungan sosial.

Bias pertemanan yang tinggi bisa muncul karena keinginan untuk bergaul dengan orang-orang yang serupa dan adanya batas struktural. Sehingga dari riset ini, ditemukan kira-kira setengah dari diskoneksi sosial di Amerika Serikat muncul karena kurangnya keterpaparan atau segregasi. Sementara itu, penyebab dari setengah lainnya adalah bias pertemanan.

Karena itu, tim penelitian ini menyimpulkan, kebijakan untuk meningkatkan keterpaparan, misalnya memasukkan anak ke sekolah tertentu, tidak cukup untuk mendorong keterkaitan antarkelas ekonomi.

Sosiolog dari University of Pennsylvania, Xi Song (tidak terlibat dalam penelitian ini), mengatakan bahwa studi tersebut menggunakan big data untuk menjelaskan sebuah penelitian lama tentang bagaimana hubungan sosial anak miskin dengan orang yang lebih kaya bisa mengangkatnya dari kemiskinan.

"Untuk orang-orang yang Anda kenal baik, dengan siapa anda memiliki relasi yang kuat, maka Anda akan memiliki sumber daya atau status sosial yang sangat mirip," kata dia.

"Meski begitu, siapa yang akan benar-benar membantumu menemukan pekerjaan, adalah mereka yang punya koneksi lemah dengan Anda," lanjutnya.

Song menerangkan mengapa hal itu bisa terjadi. Menurutnya, orang-orang di luar lingkaran terdekat mereka bisa menunjukkan pilihan masa depan yang mungkin tidak pernah dipertimbangkan, contohnya kuliah atau jalur karier tertentu.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads