5 Cara Para Kaisar Romawi Kuno Memperoleh Takhta, Beli Jabatan sampai Kolaborasi

ADVERTISEMENT

5 Cara Para Kaisar Romawi Kuno Memperoleh Takhta, Beli Jabatan sampai Kolaborasi

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 19 Agu 2022 14:30 WIB
Colloseum, peninggalan Kekaisaran Romawi dari tahun 72 M.
Ilustrasi Kekaisaran Romawi. Foto: Wikimedia Commons/Massimo Finizio
Jakarta -

Menjadi penguasa Romawi kuno adalah prospek yang sangat menarik. Seseorang bisa memperoleh kekayaan luar biasa dan otoritas nyaris tanpa batas. Namun, posisi tersebut amat berisiko.

Menurut sebuah penelitian di jurnal Nature pada 2019 lalu, 62 persen atau nyaris dua per tiga kaisar Romawi meninggal dengan cara yang kejam. Selain itu tidak ada prosedur yang ditetapkan untuk menyerahkan kekuasaan kepada kaisar berikutnya.

Totalnya ada sekitar 7 kaisar yang pernah memimpin Kekaisaran Romawi Barat, mulai dari Augustus pada abad pertama SM sampai Romulus Augustus pada abad ke-5 M. Sementara, Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium mempunyai 94 kaisar, antara Konstantinus Agung pada abad 4 dan Konstantinus XI Palaeologus yang kehilangan Konstantinopel ke Kekaisaran Ottoman pada 1453.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiap kali seorang kaisar meninggal, seluruh kekaisaran akan mengalami kekacauan tentang siapakah yang akan menggantikan pemimpin sebelumnya. Berikut ini beberapa cara Kaisar Romawi memperoleh takhtanya, dikutip dari Live Science.

Cara Kaisar Romawi Memperoleh Takhta

1. Warisan

Kaisar Nero barangkali adalah yang paling populer dalam hal mewarisi takhta. Kaisar Romawi ini memiliki ibu Julia Agrippina yang merupakan cicit dari Augustus dan istri keempat Claudius.

ADVERTISEMENT

Nero memperoleh kekuasaan pada usia 17 setelah Claudius meninggal pada 54 M. Namun, Nero tidak menunjukkan kesetiaan kepada keluarga.

Setelah pura-pura berbagi kekuasaan dengan ibunya selama beberapa tahun, dia memerintah upaya untuk mengenyahkan ibunya pada 59 M. Menurut sejarawan Romawi abad pertama Tacitus, Nero pada awalnya menggunakan racun, lalu menenggelamkan perahunya, dan akhirnya memerintahkan pembunuhan langsung.

2. Dipilih oleh pengawal

Claudius, kaisar keempat Romawi naik takhta ketika kekerasan tengah pecah. Caligula, cicit Augustus yang memerintah sejak 37 M dibunuh oleh anggota Praetorian pada 41 M. Praetorian awalnya adalah korps pengawal jenderal tentara, tetapi diangkat oleh Augustus menjadi pengawal pribadi kaisar pada 27 SM dan menjadi semakin kuat saat Kaisar ketiga, Caligula.

Menurut sejarawan Yahudi dan Romawi abad pertama, Josephus, sebelum diangkat menjadi kaisar Claudius ditemukan di balik tirai oleh Praetorian. Mereka pun akhirnya memproklamirkan Claudius sebagai kaisar dan mendukungnya sampai kematiannya pada 54 M.

3. Beli jabatan

Setelah pembunuhan Kaisar Commodus pada 192 M, Kekaisaran Romawi berada di periode Lima Kaisar. Pertinax adalah senator senior yang dilantik lebih dulu.

Kendati begitu, Praetorian kecewa padanya karena Pertinax tak mau membayar mereka demi dukungan yang berkelanjutan. Pada akhirnya Praetorian mengenyahkan Pertinax.

Menurut sejarawan Romawi abad kedua, Cassius Dio, Praetorian kemudian mengumumkan bahwa mereka menjual takhta kepada orang yang menawar dengan harga tinggi. Kemudian, mantan gubernur yang amat kaya bernama Didius Julianus menawarkan 25 ribu sesterce untuk setiap prajurit Praetorian. Jumlah itu setara gaji beberapa tahun.

Setelah menerima tawaran itu, Praetorian sempat mengancam senat Romawi sampai mereka akhirnya memproklamirkan Julianus sebagai kaisar yang baru.

4. Bekerja sama dengan yang nasibnya sama

Sejumlah Kaisar Romawi terlahir dari keluarga yang amat sederhana. Misalnya contoh yang amat terkenal adalah Diocletian dan Maximianus. Keduanya saling mengenal dan sama-sama mendaki jabatan mulai dari tentara Romawi.

Menurut sejarawan Inggris Timothy Barnes dalam bukunya The New Empire of Diocletian and Constantine, Diocletian punya otak politik dan Maximianus punya kekuatan militer.

Maximianus awalnya mendukung Diocletian menjadi kaisar. Dia pun selanjutnya diangkat menjadi pemimpin bersama beberapa tahun kemudian.

5. Berkat dukungan ibunya

Meski Kaisar harus laki-laki, tetapi beberapa wanita dalam sejarah Romawi Kuno ikut memerintah meski tidak secara langsung. Berdasarkan sejarawan Tacitus, Livia istri Augustus sekaligus ibu Tiberius menentukan transisi pertama kekuasaan kekaisaran. Dia menyingkirkan semua ahli waris yang dekat dengan Augustus demi membuka jalan untuk putranya.

Ada juga Julia Agrippina yang tampaknya memanipulasi kaisar Claudius agar mau mengadopsi putranya, Nero. Pada akhirnya Nero pun menjadi kaisar setelah Claudius wafat pada 54 M.

Itulah beberapa cara Kaisar Romawi memperoleh takhtanya. Bagaimana menurut detikers?




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads