Sosok Habib Abu Bakar Al-Adni, Cendekiawan Muslim yang Tutup Usia

ADVERTISEMENT

Sosok Habib Abu Bakar Al-Adni, Cendekiawan Muslim yang Tutup Usia

Kristina - detikEdu
Jumat, 29 Jul 2022 14:30 WIB
masjid.
Ilustrasi. Habib Abu Bakar dikenal dengan mufakkir atau pemikir muslim berkat kecerdasan intelektualnya mengenai peradaban zaman. Foto: dikhy sasra
Jakarta -

Ulama kenamaan asal Yaman, Habib Abu Bakar Al-Adni bin Ali Al-Masyhur, menghembuskan napas terakhirnya ketika sedang menjalani pengobatan, Rabu (27/7/2022). Ia meninggal di usianya yang ke-75 tahun.

Habib Abu Bakar dikenal dengan mufakkir atau pemikir muslim berkat kecerdasan intelektualnya mengenai peradaban zaman. Ia telah menuangkan gagasannya ke dalam lebih dari 200 buku.

Al-Hamid Jakfar Al-Qadri mengatakan dalam buku Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat, Habib Abu Bakar memiliki berbagai gagasan cemerlang terutama yang berkaitan dengan persatuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam bukunya yang berjudul al-Muwajahah as-Safirah, Habib Abu Bakar berpendapat bahwa penyelesaian masalah pertikaian yang terjadi di kalangan umat Islam belakangan ini tidak bisa diupayakan hanya dengan mencari mana yang benar dan yang batil.

Ia mengajak untuk merenungi sejarah dan pribadi Nabi Muhammad SAW baik sebelum maupun setelah hijrah. Di situlah beliau menjelaskan arti teladan yang seharusnya dilakukan.

ADVERTISEMENT

Terkenal Ulet dalam Menuntut Ilmu

Melansir NU Online, Jumat (29/7/2022), Habib Abu Bakar terkenal memiliki keuletan dalam menuntut ilmu. Hal ini tercermin dari pemikirannya yang ia namakan Fiqih Tahawwulat.

Dalam kitab An-Nubdzah As-Shugra, ia menjelaskan Fiqih Tahawwulat sebagai pemahaman syariat terhadap hal-hal yang telah, sedang, atau akan terjadi dari perubahan dalam kehidupan manusia dan alam semesta.

Selain itu, ia juga menjelaskan hal-hal baru dalam ilmu teoritis maupun aplikatif, kebudayaan, kejadian dan fitnah yang terjadi di kehidupan manusia secara umum dan kehidupan umat Islam secara khusus hingga hari kiamat melalui dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits.

Belajar Ilmu Syariat Sejak Dini dari Orang Tua

Habib Abu Bakar mendapatkan didikan ilmu syariat agama dari kedua orang tuanya sejak ia masih kecil. Ia juga ber-talaqqi ke berbagai guru ternama di Aden hingga Hadramaut. Tak heran jika ia sudah menghafal seluruh isi Al-Qur'an di usianya yang masih muda.

Pada usianya yang ke-14, sang ayah memberikan mandat padanya untuk menyampaikan khutbah Jumat di masjid-masjid sekitar.

Habib Abu Bakar melanjutkan kuliah di Aden University dengan mengambil program studi Bahasa Arab. Pasca kelulusannya terjadi kekacauan di negeri Yaman. Hal tersebut membuatnya memutuskan untuk hijrah ke Hijaz.

Terkait kelihaiannya dalam menuntut ilmu, ia mengatakan, "Keseluruhan hidupku tak terlepas dari peran orang tuaku, ayah dan ibuku. Ayahku sosok yang sangat disiplin mengatur waktu. Baginya, pendidikan dan akhlak adalah prioritas utama. Dia selalu memertamakan perihal ukhrawi dan mengesampingkan perihal duniawi. Acap kali aku menangis setiap mendengarkan lantunan Al-Qur'an yang ia baca pada sepertiga malam."

Berguru kepada Habib Abdul Qadir Assegaf

Habib Abu Bakar sempat memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar setelah tiba di Hijaz. Namun, orang tuanya menyarankan untuk berguru kepada Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf.

Selama berguru kepada Sang Murabbi, ia mendapatkan curahan ilmu baik lahir maupun batin. Baginya, Habib Abdul Qadir Assegaf adalah sosok ulama yang patut dijadikan contoh di akhir zaman.

Terkenal sebagai pendakwah yang berpemikiran luas, Habib Abu Bakar memiliki banyak murid. Salah satunya Sayyid Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri. Ia adalah ulama kharismatik asal Uni Emirat Arab.

Syauqi Abdillah Zein mengatakan dalam biografi Habib Ali Al-Jufri, selama berguru dengan Habib Abu Bakar, Habib Ali al-Jufri mempelajari sejumlah kitab, mulai dari Sunan Ibnu Majah, Ar-Risalah al-Jami'ah, Bidayah al-Hidayah, Al-Muqaddimah al-Hadhramiyyah, Tafsir al-Jalalain, Tanwir al-Aghlas, Lathaif al-Insyarat, Tafsir Ayat al-Ahkam, hingga Tafsir al-Baghawi.

Kiprahnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan tak berhenti sampai di situ, Habib Abu Bakar juga mendirikan rubat Al-Muhajir dan berkembang pesat. Pada 2010 lalu, institusi pendidikan tersebut diubah menjadi Universitas Al-Wasathiyyah.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads