1 Muharram 1444 H akan tiba pada akhir pekan ini. Dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam tersebut, menjadi waktu yang tepat bagi khatib untuk menyampaikan khutbah Jumat seputar bulan Muharram.
Muharram termasuk satu dari empat bulan suci yang telah ditetapkan Allah SWT. Sebagaimana Dia berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS At Taubah: 36)
Empat bulan suci sebagaimana dimaksud pada ayat di atas juga dijelaskan dalam sebuah riwayat. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga diantaranya adalah Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram. Sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang terdapat di antara Jumadats Tsaniy dan Syaban." (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam rangka menyambut bulan suci tersebut, khutbah Jumat pekan ini dapat diisi dengan materi seputar Muharram. Berikut contoh naskah khutbah Jumat yang bertajuk 1 Muharram Adalah Momentum Introspeksi Diri.
Khutbah ini disusun oleh Penyuluh Agama Islam H.M Shafwan S.Ali. M.HI sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Agama Gorontalo, Kamis (28/7/2022). Tahun yang terdapat dalam khutbah ini sudah disesuaikan menjadi 1 Muharram 1444 H.
Khutbah Jumat Menyambut Bulan Muharram
Sidang Jumat Rahimakumullah
Segala Puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridha-Nya kita semua berada dalam keadaan sehat wal-afiat. Semoga limpahan berkah dan karunia yang tiada pernah putus dari-Nya, senantiasa meliputi suasana kita semua dalam melaksanakan segala aktivitas di alam dunia ini.
Shalawat dan salam atas junjungan Rasulullah SAW senantiasa kita teguhkan dalam hati dan akal kita. Semoga kita semua akan mendapatkan syafaat darinya di alam akhirat kelak nanti.
Momen 1 Muharram adalah memperingati awal hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Yatsrib (Madinah). Rasulullah dan sahabat-sahabatnya berhijrah bukan karena ingin beristirahat dan hidup tenang, atau mencari dunia, atau mencari tempat yang aman karena takut serangan kaum kafir Quraisy. Akan tetapi, hijrahnya Rasulullah semata-mata karena perintah Allah SWT Kandungan ayat 89 surat al-Nisa, memberi makna bahwa : "orang-orang kafir hendak menjadikan kamu menjadi kafir sebagaimana mereka. Maka berhijrahlah dengan ketentuan Allah dan berjihadlah melawan mereka".
Dengan ayat ini Umar Ibn Khattab mengancam kaum kafir jika mereka menghalangi perjalanan hijrah Rasulullah bersama para sahabat. Ketaatan Rasulullah SAW bersama para sahabatnya di dalam menjalankan perintah inilah yang menyebabkan turunnya pertolongan Allah SWT, sehingga lahirlah kejayaan Islam.
Dengan peristiwa ini, khalifah Umar Ibn Khattab pada masa 4 tahun beliau berkuasa atau 17 tahun setelah peristiwa hijrah tersebut, beliau menetapkan Tahun Hijrah bagi umat Islam sebagai tahun yang resmi digunakan untuk semua urusan dalam pemerintahannya.
Jama'ah yang berbahagia
Kita yang masih hidup di zaman ini, di alam yang serba aman, dengan lingkup kemoderenan yang hampir tiada batas, perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat terbuka, kemajuan teknologi dan informasi yang menjadikan dunia ini kecil dan sempit, masihkah hijrah itu perlu untuk kita lakukan? Ini sebuah pertanyaan yang harus mendapat jawaban.
Kenyataan kehidupan yang sering tersaji untuk pendengaran dan pandangan kita saat ini, menggambarkan suasana yang telah menafikan kondisi zaman yang sedang kita jalani.
Kesejahteraan umat manusia seolah lenyap di tangan penguasa yang sejahtera. Peraturan dan pengatur tidak lagi memiliki keteraturan. Hukum dan agama tidak berada dalam ranah keteladanan. Sistem perekonomian lebih condong melatih orang untuk hidup materialistis. Karakter budaya dan sosial hilang dari semangat kepedulian. Ilmu pengetahuan seolah telah membelenggu kearifan, dan masih banyak lagi ketimpangan yang membuat hidup ini tidak nyaman di alam yang serba aman.
Sungguh, dalam peristiwa hijrah Rasulullah terdapat suri teladan yang sangat tinggi nilainya, diantaranya adalah mengajarkan kesabaran dari segala kesulitan hidup, mengajarkan semangat perjuangan melawan hawa nafsu, dan mengajarkan umat manusia untuk senantiasa bersyukur atas nikmat kehidupan.
Dengan sabar kita akan beroleh keteguhan jiwa, dengan jihad melawan hawa nafsu kita akan beroleh keteguhan iman, dan dengan bersyukur kita akan beroleh keduanya sekaligus menegakkan rasa hidup bersama di bumi Allah ini.
Barangkali ketiga pelajaran ini, yakni sabar, jihad, dan syukur yang terkandung di dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW dapat dijadikan modal utama di dalam menghadapi tantangan yang sedang kita hadapi sekarang ini.
Jama'ah yang berbahagia
Dengan memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 30 Juli 2022 Masehi, marilah kita semarakkan semangat persatuan demi tegaknya ukhuwah insaniyah dan ukhuwah wathoniyah di NKRI.
Kita lahirkan kembali sikap keteladanan yang seolah musnah ditelan gelombang egoisme sektoral yang telah melanda kondisi kita. Dengan semangat saling mengingatkan, kita suburkan nilai-nilai kebenaran, dalam bingkai syukur yang mendalam atas karunia Allah, Tuhan Rabbul 'Alamin
Barangkali patut untuk kita renungkan kembali makna yang dikandung oleh ayat 7 surat Ibrahim:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."
Ayat ini menggambarkan secara jelas bahwa syukur itu berlawanan dengan kufur. Orang yang bersyukur pastilah tidak kufur, sebaliknya orang kufur pastilah tidak bersyukur. Di sisi lain syukur itu sangat dekat dengan kenikmatan, sedangkan kufur sangat dekat azab. Oleh karena itu, dengan memperingati Tahun Baru Hijriah marilah kita gemarkan bersyukur sekaligus untuk menghindarkan kekufuran.
Bersyukurlah dengan cara menjalankan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan dalam risalah para Nabi dan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW seraya menjauhkan kekufuran dengan cara meninggalkan perbuatan yang merusak tatanan ajaran Islam, yang pada gilirannya hanya akan mendatangkan murka dan azab Allah SWT
Yaa Allah Tuhan yang Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosa kami, tuntunlah kami dengan hidayah-Mu setelah datangnya ampunan-Mu, agar kami senantiasa gemar bermohon kepada-Mu. "Selamat Tahun Baru Islam - 1 Muharram 1444 Hijriah". Semoga Allah SWT senantiasa menerima amal bhakti dan perjuangan kita selama ini, dan melindungi dengan rahmat dan karunia-Nya terhadap niat dan langkah kita kedepan. Amin, ya mujibassailin.
Itulah contoh khutbah Jumat menyambut bulan Muharram 1444 H. Selamat memasuki Tahun Baru Islam 2022!
(kri/lus)