Ada sejumlah kisah yang menceritakan tentang keadaan orang-orang saleh saat mendekati ajalnya. Salah satunya seperti dialami mufti besar, Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-Qurasyi atau dikenal dengan Imam Syafi'i.
Hal ini diceritakan oleh Syaikh Majdi Muhammad asy-Syahawi dalam Sakarat al-Maut, Wa'izhah al-Maut Wa Syada'iduhu yang diterjemahkan oleh Fedrian Hasmand.
Dikisahkan, kala itu Imam Al-Muzani menjenguk Imam Syafi'i yang tengah sakit menjelang ia wafat. Murid terdekat sekaligus sahabat Imam Syafi'i itu kemudian bertanya kepada gurunya, "Bagaimana keadaanmu, wahai Abu Abdillah?"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imam Syafi'i menjawab, "Keadaanku seperti orang yang sedang berangkat meninggalkan dunia, berpisah dengan kawan-kawan, menjumpai keburukan amalku, meminum gelas kematian dan kembali kepada Allah SWT, sementara aku tidak mengetahui apakah ruhku pergi menuju surga sehingga aku bisa mengucapkan selamat kepadanya, ataukah menuju neraka sehingga aku bisa mengucapkan belasungkawa kepadanya."
Setelah mengatakan kondisi menjelang ajal menjemputnya, Imam Syafi'i lantas bersenandung,
Ketika hatiku menderita dan jalanku menyempit
Kujadikan harapanku pada-Mu sebagai anak tangga
Dosaku amatlah besar dibandingkan ampunan-Mu
Oh Tuhanku, ternyata jauh lebih besar ampunan-Mu
Engkau memiliki ampunan atas dosa-dosa
Senantiasa Engkau Pemurah dan maafkan banyak hingga tak bersisa
Andai bukan karena-Mu, ahli ibadah tak ditipu iblis
Bukanlah makhluk-Mu itu perdayai Adam dengan sadis?
Ucapan Orang Saleh Menjelang Ajal Sesuai Kondisinya
Syaikh Majdi Muhammad asy-Syahawi menjelaskan, ucapan orang-orang saleh menjelang kematiannya berbeda-beda, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing.
"Ada yang dicekam oleh rasa cemas, ada pula yang dirundung oleh rasa harap. Juga ada yang dikuasai oleh rasa rindu dan cinta. Setiap orang membicarakan kondisinya masing-masing," kata Syaikh Majdi Muhammad asy-Syahawi.
Ia menceritakan kisah orang saleh lainnya, Amir bin Abdul Qais, yang menangis menjelang wafatnya. Ketika ditanya apa yang membuatnya menangis, Amir bin Abdul Qais menjawab:
"Aku tidak menangis karena sedih terhadap kematian, tidak pula karena sayang terhadap dunia, melainkan karena aku tidak bisa lagi merasakan kehausan di siang terik dan salat malam di musim dingin." (HR Ahmad dalam Musnad-nya)
Seperti itulah kondisi Imam Syafi'i dan orang saleh lainnya saat menjelang ajalnya. Wallahu a'lam.
(kri/nwy)