Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta memberikan kuliah umum di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) pada Selasa (19/7/2022). Dalam kesempatan ini, Jose Ramos-Horta salah satunya ditanyai mahasiswa tentang pihak oposisi yang skeptis akan masuknya Timor Leste sebagai bagian dari ASEAN.
Peraih Nobel Peace Prize tahun 1996 itu mengaku memahami berbagai pihak yang merasa skeptis dengan bergabungnya Timor Leste ke ASEAN.
"Mereka yang memiliki keraguan tentang bergabungnya Timor Leste ke ASEAN, yang salah satunya adalah tentang kemampuan Timor Leste dalam hal sumber daya finansial ekonomi dan manusia dalam memenuhi kewajiban sebagai anggota, itu adalah sesuatu yang sah-sah saja dan dapat dimengerti," ucapnya dalam kesempatan yang digelar secara online dan offline tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jose Ramos-Horta mengakui bahwa 10 tahun lalu, negaranya memang lemah dan banyak permasalahan akut, seperti kualitas sumber daya manusia, administrasi sipil, sistem parlemen, pemerintahan, tenaga militer.
Kendati demikian, dia juga menyebutkan bahwa sebagian negara yang telah merdeka sejak lama, memiliki situasi yang lebih buruk ketimbang Timor Leste. Jose Ramos-Horta mencontohkan Myanmar yang harapan hidup rakyatnya 66 koma, sementara negaranya lebih tinggi.
"Mungkin sekitar 50, 60, 70 negara yang sudah merdeka 50 tahun lalu, masih ada yang lebih buruk dari Timor Leste," sanggahnya di Ruang Auditorium Juwono Sudarsono (AJS), FISIP UI.
"Di Timor Leste (usia harapan hidup) untuk perempuan adalah 71,6 atau 71,2," lanjutnya.
Namun, Jose Ramos-Horta tidak setuju dengan pihak yang tidak sepakat dengan masuknya Timor Leste ke ASEAN karena faktor geografi.
"Soal kelayakan dalam aspek geografi, tentu saja tidak dapat diterima," sanggahnya dalam bahasa Inggris.
Menurutnya ada dua kriteria fundamental agar negaranya masuk ASEAN. Pertama, memiliki footprint atau jejak sebagai negara Asia Tenggara.
"Sri Lanka dan Bangladesh tidak bisa menjadi member ASEAN karena mereka adalah bagian dari Asia Selatan," kata dia.
"Dan tidak boleh menjadi bagian dari organisasi regional lainnya," sambungnya.
Jose Ramos-Horta mengatakan Papua Nugini, Bangladesh, dan Sri Lanka tak dapat bergabung dengan ASEAN karena dua hal, yaitu tidak masuk ke wilayah Asia Tenggara atau menjadi anggota dari organisasi regional lainnya.
"Jadi, Timor Leste adalah satu-satunya yang memenuhi dua kriteria ini," terangnya.
Dalam hal sumber daya manusia, Presiden Timor Leste itu menuturkan, dirinya memahami jika ada pihak yang skeptis negaranya ikut bergabung dengan ASEAN. Akan tetapi 10 tahun belakangan, warga Timor Leste telah dikirim untuk belajar di luar negeri, di samping belajar juga di kampus-kampus terbaik di sana.
Selain itu, terdapat program beasiswa Pemerintah Timor Leste yang dimulai pada 2007-2008. Sebagai hasil, banyak warganya yang dikirim belajar ke kampus terbaik Thailand, Filipina, sampai Australia. Jadi, dalam 20 tahun terakhir, ada banyak lulusan S2 Timor Leste dari universitas-universitas Amerika Serikat, China, dan lainnya.
Tak lupa juga, Jose Ramos-Horta mengatakan cara mempersuasi para pihak oposisi adalah melalui misi ASEAN yang dilakukan di negaranya.
"Cara kami membujuk adalah melalui misi-misi negara Asean ke Timor Leste, yakni melalui observasi (ke Timor Leste)," pungkasnya.
(nah/twu)