Future Studies dan Langkah Strategis Nahdlatul Ulama

ADVERTISEMENT

Kolom Hikmah

Future Studies dan Langkah Strategis Nahdlatul Ulama

Munawir Aziz - detikEdu
Selasa, 05 Jul 2022 05:35 WIB
Dokumen Pribadi Munawir Aziz
Foto: Dokumen Pribadi Munawir Aziz
Jakarta -

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH. Yahya C Staquf mempercepat langkah-langkah diplomasi internasional. Dalam beberapa bulan kepemimpinannya, tim PBNU telah bertemu dengan beberapa tokoh-tokoh agama dan pemerintahan lintas negara. Gus Yahya dan tim PBNU telah bertemu Syaikh al-Azhar dan perwakilan Universitas al-Azhar serta pemimpin agama Mesir, bersilaturahmi secara langsung dengan Paus Fransiskus Jorge Mario Bergoglio di Vatikan, serta belakangan secara intensif berkomunikasi dengan tokoh penting Timur Tengah: Mohammed bin Salman al-Saud (MBS) dan Mohammed bin Zayed al-Nahyan (MBZ).

Pada Jumat (01/07/2022) lalu, berlangsung penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara PBNU dan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA), dalam rangka pendirian 'School of Future Studies'. Penandatanganan perjanjian ini, disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Mohammed bin Zayed al-Nahyan (MBZ).

Kerjasama ini tentu menjadi langkah strategis dalam penguatan sumber daya kelompok santri dan jaringan Nahdlatul Ulama di level internasional. Sekaligus menguatkan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan UEA, serta hubungan personal antar pemimpin negara: Presiden Jokowi dan MBZ.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendirian School of Future Studies ini merupakan gagasan brilian, yang tepat untuk menjawab kebutuhan zaman di tengah situasi kompleks di dunia saat ini. Rencananya, School of Future Studies ini akan dicangkokkan di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. UNU Yogyakarta, di bawah kepemimpinan rektor Widya Priyahita Pudjibudojo, sedang melakukan lompatan program dengan transformasi kelembagaan, penguatan SDM dari diaspora santri, hingga kerjasama intensif dengan lembaga domestik dan internasional. Oleh PBNU, UNU Yogyakarta didorong sebagai kampus modern untuk menyiapkan leader, teknokrat dan pakar di pelbagai bidang pada masa depan.

Strategi Nahdlatul Ulama

ADVERTISEMENT

Dalam perbincangan langsung dengan Gus Yahya C Staquf akhir Juni 2022 lalu, penulis mendapatkan gambaran komprehensif tentang strategi-strategi yang akan sedang dirancang dan dieksekusi oleh PBNU. Di ruangan beliau di kantor PBNU, penulis bersama Gus Ghofur Maimoen, Mas Anton Abdul Fattah (Belgia) dan dua rekan alumni Timur Tengah, mendapatkan wejangan khusus tentang program-program PBNU membangun strategi komunikasi tingkat tinggi di Timur Tengah dan Eropa.

Gus Yahya juga memberikan argumentasi, menjelaskan latar belakang sekaligus langkah-langkah yang perlu disiapkan oleh kami, generasi muda Nahdlatul Ulama dan diaspora santri yang tersebar di berbagai negara, untuk bersama-sama menguatkan program dengan satu komando. Dengan demikian, kreatifitas, gagasan, dan energi dari masing-masing kader pesantren bisa terfokus dalam satu tujuan untuk bersama-sama mensukseskan mandat peradaban yang diemban Nahdlatul Ulama.

Komunikasi tingkat tinggi dan diplomasi internasional yang dilakukan oleh Gus Yahya C Staquf tentu tidak lepas dari visi 'Menghidupkan Gus Dur'. Gus Yahya mengeksplorasi strategi diplomasi dan sekaligus melanjutkan mimpi-mimpi Gus Dur yang belum selesai. Pada level internasional, Gus Yahya sudah melakukan komunikasi intensif dan membangun hubungan-hubungan hangat dengan pemimpin-pemimpin muda pelbagai negara.

Dalam konteks ini, pendirian School of Future Studies juga menjadi bagian penting untuk mengeksekusi gagasan-gagasan Gus Yahya dan program utama PBNU saat ini. Yakni, menyiapkan sebanyak mungkin generasi muda yang sanggup memikul mandat peradaban Nahdlatul Ulama dan berani berkhidmah dengan skill-set dan kapasitas yang cukup di level internasional.

Future Studies

Apa makna penting dari pendirian 'School of Future Studies'? Selain menguatkan relasi PBNU dan Pemerintah Indonesia dengan UEA, kerjasama ini juga menjadi bagian penting untuk transformasi UNU dan kampus-kampus di bawah kelembagaan Nahdlatul Ulama.

Future Studies sudah menjadi kajian penting dari beberapa kampus penting di Inggris-Eropa dan USA. Kampus-kampus semisal Oxford University di Inggris dan Harvard University di Amerika Serikat serius untuk menggarap tema ini dalam kurikulum dan mata kuliah yang disajikan. Kajian-kajian spesifik semisal risk management, financial forecasting, wargame, game theory hingga kemmapuan terkait coding untuk digital skills sudah menjadi bagian utama pembelajaran.

Namun, future studies akan lebih menarik karena menjadi keilmuan yang dinamis, yang membutuhkan penguatan skill-set sekaligus juga mental, kemampuan leadership sekaligus juga analitik. Pendirian School of Future studies akan mempercepat mimpi Gus Yahya terkait lompatan sumber daya generasi muda Nahdlatul Ulama, dan sekaligus memberikan sumbangsih untuk bangsa Indonesia.

Pada konteks saat ini, skill set di bidang future studies membantu kita memahami jawaban atas pertanyaan ini: Bagaimana kita menyiapkan strategi di tengah era ketidakpastian?

Peter Scoblic dari Harvard Kennedy School membantu kita memahami lebih detail. future studies tidak hanya dalam rangka meneroka masa depan, lebih dari itu untuk memudahkan membayangkan masa depan dan mencipta skema-skema kreatif yang memungkinkan kita untuk merasakan, membentuk dan beradaptasi atas apa yang akan terjadi di masa depan. Scoblic menganggit gagasannya tentang future studies dengan mengajak kita semua untuk 'belajar dari masa depan'.

Lebih jauh, Scoblic menuliskan: Strategic foresight doesn't help us figure out what to think about the future. It helps us figure out how to think about it (Harvard Bussines Review, Agustus 2020). Dengan demikian, kemampuan analitik atas tinjauan strategis akan masa depan menjadi skill utama yang dapat dipelajari dari future studies.

Kita mengenal istilah dalam ketidakpastian, yang biasanya didengungkan dengan terma VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity), sekaligus juga TUNA (turbulent. Uncertaint, novel and ambiguous). Tentu saja, dalam konteks ketidakpastian-dan sekaligus krisis-pada sat ini, analisa yang presisi atas VUCA+TUNA dan penyiapan skenario (scenario planning) atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada tahun-tahun mendatang menjadi hal yang sangat penting.

Langkah-langkah PBNU dengan kerjasama-kerjasama internasional dan pendirian School of Future Studies merupakan hal strategis untuk memberikan sumbangsih kepada Indonesia dan dunia, di tengah ketidakpastian dan situasi kompleks antar negara saat ini. Sekaligus, menjadi bagian dari cara PBNU mengejawantahkan mandat peradaban dalam program yang terukur. (*).


Munawir Aziz


Penulis adalah Jurnalis dan social data scientist

Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama United Kingdom (PCINU UK) & Research Fellow the Equator Initiative-London UK

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads