Sejarah Masjid Agung Demak yang Dibangun pada Masa Raden Patah

ADVERTISEMENT

Sejarah Masjid Agung Demak yang Dibangun pada Masa Raden Patah

Kristina - detikEdu
Senin, 20 Jun 2022 21:00 WIB
Suasana Masjid Agung menjelang buka puasa.
Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Raden Patah. Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng
Jakarta -

Raden Patah atau Sultan Patah adalah pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Demak. Pada masa Raden Patah dibangun Masjid Agung Demak sebagai sarana dakwah para ulama.

Pembangunan Masjid Agung Demak tak lepas dari campur tangan para Wali Songo. Masjid ini dibangun pada abad ke-15 dan tetap berdiri kokoh hingga kini meskipun kerajaan Islam Demak tersebut sudah runtuh.

Melansir situs Cagar Budaya Kemendikbud, berita mengenai tahun pembangunan Masjid Agung Demak dapat dikaitkan dengan pengangkatan Raden Patah sebagai Adipati Demak tahun 1462 dan pengangkatannya sebagai Sultan Demak Bintara tahun 1478 M.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini terjadi pada waktu Majapahit jatuh di tangan Prabu Girindrawardhana dari Kediri atau tahun 1512 M. Diceritakan pada waktu itu para wali menyarankan Raden Patah untuk melanjutkan pembangunan masjid yang sempat terhenti akibat penyerangannya terhadap pasukan Girindrawardhana.

Raden Patah pun menerima saran tersebut dan melanjutkan pembangunan masjid Kadipaten Demak dan menunda merebut tahta Majapahit.

ADVERTISEMENT

Melansir situs Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, dalam pembangunan masjid tersebut, Raden Patah dan Wali Songo memberi gambar serupa bulus yang merupakan candra sengkala memet yang bermakna sirna ilang kertaning bumi (lenyapnya kemakmuran di dunia).

Secara filosofis, bulus tersebut menggambarkan tahun pembangunan Masjid Agung Demak, yaitu 1401 Saka. Tahun Saka merupakan tahun yang berasal dari India dan baru dimulai pada 78 M.

Angka 1401 diperoleh dari bagian tas kepala yang bermakna 1, empat kaki bulus yang bermakna 4, badan bulus yang bulat bermakna 0, dan ekor bulus yang bermakna 1. Hewan ini tergambar dalam berbagai ornamen di dinding Masjid Agung Demak.

Dalam buku Sunan Kalijaga dan Mitos Masjid Agung Demak yang ditulis oleh Fairuz Sabiq disebutkan, Masjid Agung Demak menjadi ciri khas masjid Nusantara. Masjid ini menjadi model percontohan bagi masjid-masjid pada abad 16 dan 17 di Jawa.

Karakteristik utama dari masjid ini adalah berada di antara alun-alun, bangunannya berbentuk bujur sangkar dengan ditopang empat buah tiang utama dengan atap masjid bertingkat. Selain itu, masjid ini memiliki serambi sebagai tempat berdiskusi.

Empat tiang utama Masjid Agung Demak ini sering kali disebut dengan sokoguru. Keempatnya dibangun oleh empat wali, yakni Sunan Bonang, Sunan Gunung Djati, Sunan Ampel, dan Sunan Kalijaga.

"Tiang penyangga sebelah barat laut dibuat oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya dibuat oleh Sunan Gunung Djati, tenggara dibuat oleh Sunan Ampel, dan sebelah timur laut dibuat oleh Sunan Kalijaga," jelas Fairuz Sabiq.

Hal ini turut dijelaskan dalam Babad Walisongo karangan Yudhi AW. Satu tiang penyangga merupakan serpihan kayu dari ketiga tiang lainnya. Sunan Kalijaga mengumpulkan serpihan kayu tersebut dan mengikatnya menjadi sebuah tiang utama yang juga dikenal dengan soko total.

Karakteristik Masjid Agung Demak yang dibangun Raden Patah ini merupakan wujud akulturasi budaya dan media dakwah yang digunakan pada wali saat pembangunan masjid, terutama Sunan Kalijaga.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads