.webp)
Dalam hadits riwayat Muslim, Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya sebaik-baik tabi'in itu adalah orang yang bernama Uwais, ia memiliki orang tua, dan padanya terdapat kusta. Suruhlah dia untuk memohonkan ampun untuk kalian."
Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits serupa, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia (Uwais), mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi."
Kisah Uwais Al-Qarni ini banyak ditulis sebagai kisah teladan Islam. Ia merupakan seorang pemuda dari Yaman yang hidup yatim sejak lama. Ia tinggal bersama ibunya yang sudah tua renta.
Sosok Uwais Al-Qarni yang memiliki nama asli Uwais bin Amir begitu dikagumi di kalangan sahabat nabi. Mengutip buku Tuntunan Akhlak dalam Al-Quran dan Sunnah karya Hardisman, kisah Uwais ini disebutkan dalam hadits dari Usair Ibnu Jabir yang menerangkan bahwa Umar bin Khattab RA pernah meminta doa kepada Uwais bin Amir.
Diceritakan, Rasulullah SAW menyampaikan kepada Umar RA bahwa akan datang seorang pemuda bernama Uwais dari Yaman suku Qaran Kabilah Murad, dan beliau menjelaskan tanda-tanda fisiknya.
Rasulullah bersabda bahwa apabila pemuda tersebut meminta kepada Allah SWT, maka doanya tidak pernah tertolak. Untuk mendapatkan doa dari Uwais, Umar RA mencarinya dan menanyakan kepada kabilah-kabilah Yaman ketika mereka datang atau lewat Madinah.
Setelah berhasil menemukannya, Umar RA lalu minta Uwais untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT. Uwais pun langsung mendoakannya.
Keseharian Uwais Al-Qarni
Aminudin dan Harjan Syuhada dalam buku Al-Qur'an Hadis menjelaskan, keseharian Uwais adalah merawat ibunya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Uwais bekerja sebagai pengembala kambing.
Upah yang ia dapatkan hanya sekadar cukup untuk hidup sehari-hari dengan ibunya. Apabila masih ada sisa, ia gunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dirinya.
Bekerja sebagai penggembala kambing tak membuat Uwais Al-Qarni surut dalam ibadah. Ia tetap puasa pada siang hari dan bermunajat kepada Allah SWT pada malam harinya.
Mengutip buku Kisah Kehidupan Uwais al Qarni sang Penghuni Langit Kekasih Tuhan Semesta Alam karya Muhammad Vandestra, Uwais dan ibunya masuk Islam setelah mendengar seruan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah.
Ia adalah pemuda yang sholeh dan sangat memuliakan ibunya. Uwais selalu merawat dan memunuhi permintaan ibunya.
Pada suatu ketika, Uwais meminta izin kepada sang ibu untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW yang kala itu sedang berada di Madinah. Ibunya pun mengizinkan dengan berpesan agar Uwais cepat pulang karena ia sudah sakit-sakitan.
Setelah mendapatkan izin dari ibunda, Uwais langsung bergegas ke Madinah. Namun, sesampainya di rumah Rasulullah SAW dia tidak bisa menemui beliau. Sebab, Rasulullah SAW kala itu tengah berada di medan perang.
Mengingat pesan ibunya agar segera pulang, Uwais kemudian pamit kepada istri Rasulullah SAW, Aisyah RA, dan menitip salam untuk Rasulullah SAW. Ia langsung menuju Yaman untuk merawat ibunya.
Ketaatan pada sang ibu juga tergambar tatkala ibunya ingin sekali pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Dalam kondisi yang serba kekurangan, Uwais terus memikirkan cara untuk bisa memenuhi keinginan ibunya. Akhirnya, digendonglah sang ibu dari Yaman ke Mekkah.
Uwais Al-Qarni adalah teladan bagi umat Islam mengenai kemuliaan sifat dan perbuatannya. Sosok seperti dialah yang amat dicintai Rasulullah SAW.
(kri/lus)
