Memperkuat pendalaman materi seputar modus ponens dan modus tollens perlu kamu lakukan sedari dini. Pasalnya setiap ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang dikenal dengan UTBK SBMPTN, soal-soal materi tersebut hampir pasti ditemukan di Tes Potensi Skolastik (TPS).
Memang soal-soal tersebut seringkali membuat kepala kamu pusing. Bukan tanpa alasan, sebab variasi soal yang ditawarkan mendorong logika kamu ikut bermain guna memikirkan rasionalitas jawabannya.
Konsep modus ponens dan modus tollens ini adalah kristalisasi dari terminologi silogisme. Apa itu? Sederhananya, silogisme adalah tindakan berpikir menggunakan logika untuk mengkalkulasi dan menarik sebuah kesimpulan dari suatu proposisi tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Silogisme pada akhirnya menelurkan dua konsep yang disebut sebagai modus ponens dan modus tollens. Dua konsep ini memiliki definisi yang berbeda lo, yuk cari tahu pengertiannya terlebih dahulu.
Pengertian Modus Ponens
Modus ponens merupakan salah satu klasifikasi dari jenis silogisme yang menekankan pada satu mekanisme untuk mengkalkulasi suatu kemungkinan dan mengambil satu kesimpulan.
Modus ponens memiliki rumus teoritisnya, yaitu:
Β· Premis ke-1 adalah P β Q (Dibaca, jika P maka Q)
Β· Premis ke-2 adalah P (Terjadi P)
Β· Maka, rumusnya adalah [(P β Q) ^ P] β Q
Substansi terpenting dalam modus ponens adalah kesimpulan yang lahir berdasarkan atas premis 1 yang berhubungan dengan premis 2 nilainya benar, dan premis 2 nilai benar maka premis 2 hipotesisnya sebagai sebuah kesimpulan.
Mungkin kamu sedikit bingung kalau membaca definisi dan rumusnya, yuk lihat contohnya di bawah ini.
Contoh Modus Ponens
Β· Premis ke-1: Jika saya cuci mobil, maka Ayah akan senang
Β· Premis ke-2: Saya cuci mobil
Β· Kesimpulannya adalah "Ayah senang"
Pengertian Modus Tollens
Sama halnya dengan modus ponens, yakni modus tollens termasuk dalam jenis silogisme. Modus tollens adalah mekanisme menjaring sebuah konklusi/kesimpulan yang berdasarkan dua premis utama.
Lalu apa bedanya dengan modus ponens? Perbedaannya terletak pada konsep premis yang digunakan. Di mana modus tollens menggunakan satu premis yang sifatnya masih dinamis dan kondisional untuk mengkoneksikan antara hubungan sebab-akibat.
Satu premis yang lain adalah distorsi/negasi daripada premis pertama tadi.
Agar tidak tambah bingung, yuk lihat bagaimana rumusnya:
Β· Premis ke-1: P β Q *Dibaca, jika P maka Q
Β· Premis ke-2: ~Q *Bukan Q
Β· Maka rumusnya adalah [(P β Q) ^ ~Q] β ~P
Contoh Modus Tollens
Β· Premis ke-1: Jika jam 12 siang, maka Siti akan sholat dhuhur
Β· Premis ke-2: Siti sedang tidak sholat dhuhur
Β· Kesimpulannya adalah "Bukan jam 12 siang"
Itu adalah perbedaan mendasar dari modus ponens dan modus tollens.
(pal/pal)