Dalam sejarah peradaban Islam, puncak intelektual berada pada masa Dinasti Abbasiyah, tepatnya sejak Khalifah Al Makmun berkuasa. Pada masa kekhalifahan Bani Abbas ini, didirikan pusat ilmu pengetahuan yang dikenal dengan nama Baitul Hikmah.
Kejayaan Dinasti Abbasiyah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri bermula tatkala Khalifah Harun Ar-Rasyid memimpin. Mengutip buku Pendidikan Agama Islam karya Rosidin, khalifah kelima ini memerintahkan para penerjemah untuk menerjemahkan buku-buku ilmiah dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.
Khalifah Harun Ar-Rasyid kemudian merintis institusi yang menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Institusi ini bernama Khizanah al-Hikmah atau jika diterjemahkan artinya Khazanah Kebijaksanaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip buku Sejarah dan Perbandingan Perkembangan Perpustakaan di Dunia karya Rhoni Rodin, institusi ini berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat riset. Di lembaga inilah baik umat muslim maupun non muslim bekerja mengalihbahasakan berbagai naskah kuno dan menyusun penjelasannya.
Pada saat Khalifah Al Makmun memimpin, Khizanah al-Hikmah ini mulai dikembangkan dan diubah namanya menjadi Baitul Hikmah. Ini menjadi awal kemajuan Islam dalam hal ilmu pengetahuan dan peradabannya.
Pusat ilmu pengetahuan masa kekhalifahan Bani Abbas itu sendiri didirikan berkat usaha dan bantuan dari orang-orang yang memegang kepemimpinan pemerintahan. Sejak 815, Baitul Hikmah digunakan secara lebih maju sebagai tempat arsip buku-buku kuno dari Persia, Bizantium, bahkan Ethiopia, dan India.
Sejumlah faktor yang mendorong umat Islam pada waktu itu menerjemahkan sejumlah naskah dan transfer ilmu kuno disebabkan adanya suasana persaingan antara orang Arab dengan lainnya dan keinginan untuk menguasai ilmu yang belum dimiliki.
Selain itu, dorongan dari ajaran Islam yang termaktub dalam ayat-ayat Al-Qur'an tentang pentingnya menuntut ilmu pengetahuan dan kemakmuran dan kemajuan ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan turut menjadi faktor pendorong lainnya.
Baitul Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan, tetapi juga sebagai pusat kegiatan studi dan riset astronomi dan matematika. Pada 832 M, Khalfiah Al Makmun menjadikannya sebagai akademi pertama yang dikepalai oleh Yahya ibn Musawaih (7770857), murid Gibril ibn Bakhtisyu.
Dia juga mengangkat Hunain ibn Ishaq, murid Yahya ibn Musawaih sebagai ketua kedua akademi yang berlokasi di Baghdad tersebut. Hingga akhirnya, Baitul Hikmah berkembang sebagai perguruan tinggi, perpustakaan terbesar, dan pusat penerjemahan. Ribuan buku dari berbagai disiplin ilmu bisa ditemukan di sini.
Tidak mengherankan bila Baitul Hikmah menjadi pusat ilmu pengetahuan masa kekhalifahan Bani Abbas. Sejarah mencatat Khalifah Al Makmun yang mengembangkan dan mengaktifkan kegiatan di Baitul Hikmah ini merupakan pembawa The Golden Age of Islam.
(kri/rah)