Hari Buruh Sedunia atau May Day diperingati setiap tanggal 1 Mei. Peringatan ini ditetap pemerintah sebagai hari libur nasional.
Biasanya, Hari Buruh Sedunia dijadikan momentum para buruh untuk mengaspirasikan tuntutan demi kesejahteraan buruh. Oleh karena itu, banyak ditemukan demo pada hari buruh.
Lantas sejak kapan sebenarnya Hari Buruh dimulai? Berikut sejarahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Hari Buruh 1 Mei
Mengutip laman Britannica, pada zaman pertengahan dan modern Eropa, tanggal 1 Mei awalnya diperingati sebagai dimulainya musim semi. Tradisi ini mengikuti kebiasaan bangsa Yunani dan Romawi yang mengadakan festival di waktu tersebut.
Pasca zaman Yunani dan Romawi, peringatan yang diadakan pada tanggal 1 Mei memang sangat bervariasi. Namun, tetap mengacu pada simbol kesuburan, peternakan, dan manusia.
Festival yang dilakukan pada saat itu meliputi kegiatan seperti mengumpulkan bunga liar dan batang tumbuhan, mendekorasi pohon May, dan sebagainya.
Akan tetapi, karena kaum Puritan di New England menganggap peringatan May Day sebagai tindakan yang amoral dan pagan.
Kemudian akhirnya mereka melarang peringatan tersebut dan pada akhirnya tidak menjadi bagian penting budaya Amerika.
Hingga pada abad ke-20, perayaan tradisional May Day di banyak negara menjadi semakin jarang karena tanggal 1 Mei dikaitkan dengan hari libur internasional untuk menghormati pekerja dan gerakan buruh.
Sejarah Hari Buruh di Indonesia
Sejarah hari buruh di Indonesia dimulai pada era kolonial Hindia Belanda. Peringatan ini dimulai dari 1 Mei 1918 oleh Serikat Buruh Kung Tang Hwee, dikutip dari laman Disnakertrans Provinsi Sumatra Selatan.
Aksi ini berawal dari tulisan Adolf Baars, seorang tokoh sosialis Belanda yang mengungkapkan bahwa kaum buruh bekerja keras tanpa upah yang layak. Ia juga memprotes sistem kepemilikan pabrik gula di Jawa.
Kemudian pada 1921, HOS Tjokroaminoto, ditemani oleh muridnya, Soekarno, berpidato mewakili serikat buruh di bawah pengaruh Sarekat Islam. Dua tahun setelahnya, pada 1923, terjadi peringatan hari buruh terpanjang di era kolonial.
Setelah perayaan 1 Mei, buruh kereta api mengalami pemotongan gaji buruh. Mereka juga diberi ancaman pemecatan apabila tidak segera kembali bekerja.
Tiga tahun setelah itu, pada 1926, peringatan hari buruh ditiadakan dan itulah akhir dari sejarah hari buruh di era kolonial.
Setelah melalui panjang sejak era kolonial hingga masa kemerdekaan, baru pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari buruh ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Dari tahun ke tahun, 1 Mei selalu menjadi ajang buruh untuk menuntut hak-haknya, mulai dari upah yang pembayarannya tertunda, jam kerja dan upah yang layak, hak cuti hamil, hak cuti haid, hingga Tunjangan Hari Raya (THR) yang bisa dinikmati hingga saat ini.
(faz/erd)