Nuzululqur'an merupakan salah satu momen istimewa yang biasanya diperingati setiap 17 Ramadan. Momen ini sejatinya untuk memperingati peristiwa turunnya Al-Qur'an pertama kalinya kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
Untuk memahami keistimewaan dari Nuzululqur'an dapat disimak melalui ceramah Nuzululqur'an. Salah satunya ceramah dari Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga Sriharini yang diterbitkan dalam buku Kumpulan Kultum Ramadan: Mutiara Nasihat Seribu Bulan berikut ini.
Contoh Teks Ceramah Nuzululqur'an 2022
Dari dua belas bulan yang ada dalam kalender agama Islam, Ramadan merupakan bulan yang paling istimewa. Karena keistimewaannya, Ramadan mendapat julukan sebagai sayyidus syuhur-raja atau pemimpin seluruh bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas julukan ini, ada beberapa keistimewaan bulan Ramadan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain. Pertama, karena Ramadan dipilih sebagai bulan diturunkannya ayat pertama Al-Qur'an (QS Al-Baqarah: 185).
Oleh karena itu, salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadan adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an. Kedua, dalam bulan Ramadhan, ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan yang disebut malam lailatul qadar.
Nilai ibadah yang dilaksanakan di malam ini, lebih baik daripada nilai ibadah seribu bulan. Ketiga, Ramadan merupakan bulan istimewa karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan bulan Ramadan nilainya berlipat ganda.
Pada kesempatan ini penting bagi kita mengingat kembali peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat Islam, yaitu malam pertama diturunkannya Al-Qur'an oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada saat itu, tepat pada malam Jumat bertepatan dengan hari ke-17 Ramadan dan akhirnya kita kenal dengan malam Nuzululqur'an.
Bila kita mengkaji kembali tentang peristiwa ini, pelajaran yang dapat dipetik adalah agar ketakwaan kita semakin kuat dan keyakinan kita semakin mantap terhadap kitab suci Al-Qur'an yang isinya memberi petunjuk bagi umat manusia serta pembela di antara perkara yang haq dan bathil. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur,"
Adapun ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surah Al-'Alaq ayat 1 sampai 5. Al-Qur'an diturunkan ke bumi tidak sekaligus tetapi berangsur angsur, sedikit demi sedikit, bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Rasulullah SAW.
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Isra' ayat 106:
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
Artinya: "Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap,"
Dengan bertahap ini, maka Al-Qur'an lebih mudah diterima dan mudah dihafal. Dan waktu itu, faktanya, banyak dari para sahabat Nabi yang hafal Al-Qur'an.
Namun di fase berikutnya, terjadi pertempuran antara orang Islam dengan kaum kafir dan musyrik yang menentang serta menghalangi dakwah nabi hingga akhirnya banyak para sahabat nabi yang gugur di medan perang sebagai syuhada', tak terkecuali para sahabat penghafal Al-Qur'an.
Oleh karena itu, muncul sebuah gagasan untuk membukukan Al-Qur'an sebagai suatu kitab, hingga pada gilirannya dapat dinikmati sampai sekarang ini, dan Allah senantiasa menjaga keasliannya.
Setelah mengetahui secara sekilas tentang proses turunnya Al-Qur'an atau Nuzululqur'an, maka hendaknya kita mensyukuri kenikmatan luar biasa yang dilimpahkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Rasulullah SAW yang berupa Al Qur'an yang berisi petunjuk-petunjuk yang benar.
Dari itulah, kita sebagai umat Nabi Muhammad, patut kiranya hunjuk syukur yang senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT. Sebab hingga kini masih menikmati keimanan dan keislaman kita.
Wujud terima kasih dan rasa syukur atas turunnya Al-Qur'an ini harus direalisasikan dalam kehidupan umat Islam sehari hari. Seperti dengan perlakuan yang sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh, baik dalam membaca, memahami makna, mengamalkan isinya, mengajarkan dan mendakwahkan isi kandungan Al-Qur'an, dengan harapan kelak di hari kiamat mendapat syafa'atnya.
Sebagaimana hadist nabi yang artinya: "Bacalah Al-Qur'an, karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada para pembacanya," (HR Muslim).
Begitu besarnya keutamaan membaca Al-Qur'an bagi para pembacanya. Terlebih lagi pada bulan Ramadan, bulan yang dipilih oleh Allah menjadi bulan diturunkanya ayat pertama Al-Qur'an, ibadah yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an, di samping memperbanyak melakukan kebaikan yang lainnya.
Dalam hadist yang lain, Rasulullah menjelaskan: "Seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isinya ibarat buah jeruk manis, rasanya enak dan baunya harum. Sedangkan, orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya.
Adapun perumpamaan yang membaca Al-Qur'an maka ibarat minyak wangi, baunya orang munafik harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan, orang munafik yang tidak membaca al-Qur'an ibarat buah kamarongan, rasanya pahit dan baunya busuk," (HR Bukhari, Muslim, Al Tirmidzi, Abu Dawud, Al Nasai, Ibnu Majah, Al Darimi dan Ahmad).
Allah sangat memuliakan orang-orang yang membaca Al-Qur'an dan Allah mengakuinya sebagai Ahlullah (keluarga Allah) di dunia, dan Allah memberi kedudukan yang sangat mulia kepada para penghafal Al-Qur'an. Sebagaimana hadist riwayat Abu Hurairah RA:
"'Barang siapa berharap bisa bertemu dengan Allah maka hendaknya menghormati keluarga Allah,' Seseorang bertanya Ya Rasul Allah, apakah Allah Azza wa Jalla mempunyai keluarga? Beliau menjawab:
'Keluarga Allah di dunia adalah mereka yang membaca Al Qur'an. Ketahuilah, barangsiapa menghormati mereka, maka dia dihormati Allah dan diberi surga. Dan barangsiapa menghina mereka, maka dia dihinakan Allah dan dimasukkan ke dalam neraka.
Hai Abi Hurairah, tidak ada seorangpun di sisi Allah yang lebih mulia daripada penghafal Al-Qur'an. Dan ketahuilah, sesungguhnya penghafal Al-Qur'an di sisi Allah adalah lebih mulia daripada siapapun, selain para nabi,'" (HR Bukhari).
Dengan begitu, semangat Ramadan dengan sekian kemuliaan di dalamnya, rasa-rasanya kita harus senantiasa berkhitmad atas diturunkannya Al-Qur'an ini. Momentum Ramadan, sebagai bulan turunnya Al-Qur'an (Nuzulul Qur'an) pertama kali ke bumi, patut bersyukur, membaca, dan mengamalkan isi kandungannya.
Demikianlah teks ceramah Nuzululqur'an 2022 yang bertepatan dengan Senin, 18 April 2022 malam mendatang. Semoga bermanfaat.
(rah/erd)