Ada dua Douwes Dekker yang dikenal dalam sejarah Indonesia, yaitu Douwes Dekker penulis Max Havelaar dan Douwes Dekker Tiga Serangkai. Ternyata, kedua Douwes Dekker ini masih memiliki hubungan darah.
Penulis Max Havelaar adalah Eduard Douwes Dekker. Eduard memiliki saudara bernama Jan Douwes Dekker. Jan kemudian mempunyai cucu bernama Ernest Douwes Dekker.
Nah, Ernest Douwes Dekker inilah yang menjadi salah satu tokoh Tiga Serangkai bersama dengan Ki Hadjar Dewantara dan Cipto Mangunkusumo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eduard Douwes Dekker dikenal dengan nama pena Multatuli. Sementara, Ernest Douwes Dekker juga dikenal dengan nama lain yaitu Danudirja Setiabudi.
Douwes Dekker 'Multatuli'
Eduard Douwes Dekker (1820-1887) dikenal dengan nama pena Multatuli. Multatuli diambil dari bahasa latin multa tuli yang berarti 'banyak yang sudah menderita'.
Usut punya usut, nama Multatuli berkaitan dengan pesan yang ingin ia sampaikan dari buku Max Havelaar. Sebelumnya, Eduard Douwes Dekker sempat bekerja di kantor pemerintahan Belanda di Indonesia.
Penulis Max Havelaar ini menemukan banyak penyelewengan tanam paksa dan aturan hukum yang merugikan. Di sinilah ia mulai menulis untuk rakyat.
Max Havelaar merupakan novel satir yang berisi kritik atas perlakuan buruk penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda. Pada tahun 1860, buku ini diterbitkan dan membuat gempar orang-orang.
Menurut laman Museum Multatuli, pejabat Belanda sampai menawarinya jabatan agar ia menarik publikasi Max Havelaar. Namun buku itu tetap eksis dan diterbitkan ulang pada 1875 dengan perbaikan.
Selain Max Havelaar, ia juga menyebarkan gagasan mengenai politik, etika, dan filsafat lewat buku-bukunya. Bukunya yang lain adalah Woutertje Pieterse dan Minnebrieven.
Douwes Dekker 'Danudirja Setiabudi'
Ernest Douwes Dekker (1879-1950) dikenal karena termasuk dalam tokoh Tiga Serangkai, bersama dengan Ki Hadjar Dewantara dan Cipto Mangunkusumo.
Menurut Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak, nama Danudirja Setiabudi merupakan nama pemberian Presiden Sukarno setelah Indonesia merdeka.
Danudirja aktif pada bidang jurnalistik dan menjadi reporter di beberapa media. Ia juga sering mengkritik pemerintah lewat tulisan-tulisannya hingga diawasi oleh Badan Intelijen Belanda.
Rutin ikut berdiskusi dan aktif menyuarakan rakyat membuat Danudirja akhirnya mendirikan Indische Partij. Indische Partij adalah partai berhaluan nasionalisme pertama di Indonesia yang langsung menarik 5000 anggota.
Dalam partai itu, ia bekerja sama dengan dua pendiri lainnya yang kemudian dijuluki 'Tiga Serangkai'.
Itulah dua Douwes Dekker yang terkenal dalam sejarah Indonesia. Satu sebagai penulis Max Havelaar, satu lagi tokoh Tiga Serangkai. Meski berbeda orang, namun mereka saling berkontribusi pada kemerdekaan Indonesia.
(pal/pal)