Apa Itu Klitih dan Penyebabnya? Awalnya Punya Makna Netral

ADVERTISEMENT

Apa Itu Klitih dan Penyebabnya? Awalnya Punya Makna Netral

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 29 Des 2021 18:05 WIB
Pameran tentang klitih bertajuk The Museum of Lost Space digelar untuk menunjukkan bukti-bukti klitih sejak 1990-an hingga sekarang.
Apa itu klitih? Foto: PIUS ERLANGGA Bukti-bukti kejahatan klitih sejak 1990-an hingga sekarang di pameran The Museum of Lost Space.
Jakarta -

Tagar #YogyaTidakAman , #SriSultanYogyaDaruratKlithih, dan klitih beserta kejahatan jalanan ramai di media sosial setelah aksi kriminalitas klitih kembali muncul di Yogyakarta di pengujung 2021. Apa itu klitih?

Kasus klitih di Yogyakarta baru-baru ini menimpa korban perempuan di sore hari. Pelaku menggores lengannya menggunakan senjata tajam setelah memepet dengan motor.

"Ini kejadiannya di UNDERPASS JAKAL yaaa, btw aku galiat plat atau ciri org karna gelap dan monmaap hujan2 dan mataku minus 3,5 jadi u know wht i mean muehehe but is okey kok. Dimanapun klen stay safe yaaaw," ungkap korban dalam sebuah utas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Klitih dan Penyebabnya?

ADVERTISEMENT

A. Apa Itu Klitih?

Klitih adalah perilaku agresivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk melukai seseorang. Dalam konteks kenakalan remaja, nglitih atau klitih adalah kegiatan sekelompok pelajar berkeliling menggunakan kendaraan dengan maksud mencari pelajar sekolah lain yang dianggap sebagai musuh, seperti diterangkan dalam penelitian Faktor-Faktor Determinasi Perilaku Klitih oleh Ahmad Fuadi, Titik Muti'ah, dan Hartosujono.

B. Perubahan Makna Klitih

Kendati punya kesan negatif, klitih awalnya hanya diartikan sebagai kegiatan jalan-jalan atau keliling kota biasa tanpa tujuan yang jelas. Pemerhati kriminologi Dr. Aroma Elmina Martha, S.H., M.H., menuturkan, klitih dulu sebenarnya punya makna yang netral.

"Kalau di Jogja itu ada istilah klitah-klitih yang artinya keluyuran, punya waktu luang yang banyak, rileks. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan paradigma terhadap pengertian klitih. Yang tadinya bermakna positif, bergeser menjadi negatif," kata dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dalam laman kampus UII.

Aroma mengatakan, klitih dalam konteks 'punya waktu luang banyak' lantas disalahgunakan sebagian orang. Misalnya untuk merusak atau melukai orang lain yang jelas berdampak buruk.

C. Tersangka Siswa Sekolah

Ia menjelaskan, data mendapati tersangka klitih mayoritas usia remaja yang mengenyam pendidikan formal, sementara korbannya acak.

"Dari statistik menunjukkan, kebanyakan pelakunya adalah para pelajar yang bersekolah formal. Jadi mereka itu memiliki keterikatan grup di sekolah, semacam kelompok atau katakanlah geng," kata Aroma.

"Salah satu yang disyaratkan untuk masuk geng itu sebenarnya bukan bertujuan untuk membuat orang lain kehilangan nyawa, tapi hanya untuk sekedar menyerang atau merusak," imbuhnya.

D. Penyebab Klitih

Aroma mengatakan ada empat penyebab klitih terjadi, yaitu keterikatan (attachment), komitmen (commitment), keterlibatan (involvement), dan nilai kepercayaan atau keagamaan (belief).

Ia menjelaskan, faktor keterikatan dengan sekolah dan keluarga yang rendah membuat kegiatan di waktu luang tersangka seperti tidak terpantau. Keadaan ini mendorong komitmen untuk menyadari bahwa menjalani waktu-waktu yang sebenarnya digunakan secara positif malah mendapat stigma.

"Ketiga, keterlibatan pada sistem di sekolah, rumah, Keaktifan di masjid atau kegiatan keagamaan, olahraga, dan kesenian. Keempat, Keterikatan dengan agama yang kurang, menjadikan nilai moral di masyarakat juga menjadi berkurang," kata Aroma.

Aroma mengatakan, di samping kehadiran dan tindakan kepolisian baik malam maupun siang hari, peningkatan razia senjata tajam dan pelibatan pelajar dengan ikatan erat di kegiatan warga perlu untuk meniadakan klitih.

"Bentuknya keterlibatan, misal dalam kegiatan kampung seperti dalam hari besar agama itu semua dilibatkan. Setiap minggu bisa mengadakan kegiatan sesuai dengan hobinya, seperti main bola. Jadi kampung (masyarakat) itu bisa (bergerak) dalam upaya pencegahan, bukan menindak secara represif," jelasnya.

Nah, itu dia asal-usul klitih dan penyebabnya. Tetap berhati-hati dan saling mengajak teman untuk mengisi waktu dengan kegiatan positif ya, detikers.




(twu/row)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads