Tentang Hukum Bacaan Ra: Tafkhim, Tarqiq, dan Jawazul Wajhain

ADVERTISEMENT

Tentang Hukum Bacaan Ra: Tafkhim, Tarqiq, dan Jawazul Wajhain

Rahma Indina Harbani - detikEdu
Jumat, 10 Des 2021 08:00 WIB
Moeslem Woman Reading Al-Quran
Ilustrasi Al Quran. Tentang hukum bacaan ra yang meliputi tafkhim, tarqiq, dan jawazul wajhain. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Poetra Dimatra)
Jakarta -

Huruf ra ( ﺭ ) adalah salah satu huruf hijaiyah yang hukum pelafalannya berbeda-beda dalam ilmu tajwid. Pengucapannya ada yang dapat dibaca tebal atau pun dibaca tipis. Hukum inilah yang disebut dengan hukum tafkhim dan tarqiq.

Mengutip dari buku Dasar-dasar Ilmu Tajwid karya Dr. Marzuki, M.Ag., Sun Choirol Ummah, S Ag, M S I, kata tafkhim berasal dari kata al tasmin yang mengandung arti menggemukkan atau menebalkan. Sementara itu, kata tarqiq diambil dari kata al tanhif yang artinya menguruskan atau menipiskan.

Sebab itu, menurut ilmu tajwidnya, tafkhim dapat didefinisikan sebagai ungkapan tentang ketebalan yang masuk pada suara huruf ketika diucapkan sehingga memenuhi mulut dengan gemanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebaliknya, tarqiq disebut sebagai ungkapan tentang kekurusan yang masuk pada suara huruf ketika diucapkan sehingga mulut tidak bisa penuh dengan gemanya. Huruf-huruf hijaiyah dapat dikelompokkan berdasarkan hukum bacaan tersebut.

Namun, hanya tiga huruf hijaiyah yang dapat dibaca tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis), yakni alif ( ا ), lam ( ل ), dan ra ( ﺭ ).

ADVERTISEMENT

Setelah memahami dasar hukum pengucapan tafkhim dan tarqiq dalam huruf hijaiyah, berikut ini penjelasan lengkap mengenai tiga macam hukum bacaan ra ( ﺭ ).

3 Hukum bacaan ra ( ﺭ ) dan contohnya dalam Al Quran

1. Tarqiq, ada tiga sebab yakni di antaranya,

- Apabila huruf ra ( ﺭ ) berharakat kasrah ( ِ- ) atau kasratain ( ٍٍ- ). Contohnya: رِجَالًا كَثِيرًا

- Apabila huruf ra ( ﺭ ) sukun karena dibaca waqaf didahului ya sukun ( يْ ). Contohnya: فِي كَثِيرٍ

- Apabila huruf ra ( ﺭ ) berharakat sukun, huruf sebelumnya berharakat kasrah yang asli, dan tidak terdapat huruf isti'la sesudah huruf ra ( ﺭ ). Adapun yang dimaksud huruf isti'la adalah kha (خ), ṣad (ص), ḍad (ض), ghain (غ), ṭha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).

Contohnya: وَفِرْعَوْنَ ذِي

2. Tafkhim, ada empat faktor di antaranya,

- Apabila huruf ra ( ﺭ ) berharakat dammah ( ُ- ), fathah ( ﹷ ), fathatain ( ً- ), atau dammatain ( ٌ- ). Contohnya: سَيَصْلَىٰ نَارًا

- Apabila huruf ra ( ﺭ ) berharakat sukun dan huruf sebelumnya fathah atau dammah. Contohnya: وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ

- Apabila huruf ra ( ﺭ ) berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah tetapi kasrahnya tidak asli dari kalimat itu. Contohnya: رَبِّ ارْحَمْهُمَا

- Apabila huruf ra ( ﺭ ) berharakat sukun, huruf sebelumnya berharakat kasrah asli, dan terdapat salah satu huruf isti'la sesudah huruf ra ( ﺭ ). Contohnya: كُلِّ فِرْقَةٍ

3. Jawazul Wajhain

Huruf ra ( ﺭ ) boleh dibaca tafkhim dan boleh dibaca tarqiq. Hukum ini berlaku jika terdapat huruf ra sukun huruf sebelumnya berharakat kasrah dan huruf sesudahnya berupa huruf isti'la.

Contohnya: مِنْ عِرْضِهِ - بِحِرْصٍ

Demikianlah penjelasan singkat mengenai jenis-jenis hukum bacaan ra ( ﺭ ), semoga udah dipahami ya, detikers.




(rah/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads