Cerita di Balik Pemindahan Pusat Kerajaan Demak ke Pajang

ADVERTISEMENT

Cerita di Balik Pemindahan Pusat Kerajaan Demak ke Pajang

Kristina - detikEdu
Selasa, 26 Okt 2021 20:00 WIB
Menara Kudus
Foto: (Dian Utoro Aji/detikcom)
Jakarta -

Kerajaan Demak adalah kerajaan tertua di Pulau Jawa dan termasyur dalam sejarah kerajaan Islam Nusantara. Dalam perjalanan politik kerajaan, ibu kota kesultanan pernah dipindahkan dari Demak ke Pajang.

Kerajaan Islam berbasis maritim ini mewariskan sebuah kerajaan yang terletak di perbatasan Desa Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kerajaan tersebut dikenal dengan Kerajaan Pajang.

Sejarah Kerajaan Demak

Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478 di bawah kekuasaan Raden Patah. Raden Patah yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah berusaha mengislamkan masyarakat Jawa yang mayoritas saat itu beragama Hindu-Buddha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari buku Sejarah Indonesia Periode Islam oleh Ricu Sidiq dkk, Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra Brawijaya V yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit. Pada akhir abad ke-15 Majapahit mengalami kemunduran. Hal tersebut membuka peluang bagi Kerajaan Demak untuk berkembang menjadi pusat perdagangan.

Proses Islamisasi di wilayah Demak menuai keberhasilan berkat bantuan para ulama Wali Songo. Hingga akhirnya, Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.

ADVERTISEMENT

Daerah kekuasaan Raden Patah pada saat itu meliputi wilayah Demak, Semarang, Tegal, Jepara, dan sekitarnya. Ia cukup berpengaruh di wilayah Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Raden Patah memperkuat armada lautnya dan menjadikan Demak sebagai negara maritim yang kuat.

Kekuatan tersebut mendorong Kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang saat itu menduduki Malaka. Namun strategi yang dirancang Raden Patah mengalami kegagalan. Perjuangan kemudian dilanjutkan oleh putranya, Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor.

Adipati Unus hanya berkuasa selama tiga tahun. Dia mati muda dan dikenal sebagai panglima perang pemberani. Tahta kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono. Di bawah kekuasaan Sultan Trenggono inilah Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan.

Sultan Trenggono gugur dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546. Sepeninggalannya, Kerajaan Demak mengalami kemunduran. Konflik perebutan kekuasaan pun dimulai. Putra Sulung Sultan Trenggono, Sunan Prawoto, berusaha merebut hak Pangeran Sekar Seda Lepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja.

Sunan Prawoto dikalahkan oleh Arya Penangsang, yang tak lain adalah putra Pangeran Sekar Seda Lepen. Namun, Arya Penangsang terlibat perkelahian dengan Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Akhirnya, Arya Penangsang terbunuh dalam peperangan perebutan tahta tersebut.

Pemindahan Pusat Kerajaan Demak ke Pajang

Kerajaan kemudian jatuh ke tangan Jaka Tingkir yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya. Dikutip dari buku Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa oleh Alik Al Adhim, keberhasilan Sultan Hadiwijaya dalam mengalahkan Arya Penangsang didukung oleh Ratu Kalinyamat dan para pengikutnya.

Di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya, pusat kerajaan pun turut dipindahkan. Pemindahan ibu kota kesultanan dari Demak ke Pajang dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya pada tahun 1568. Kerajaan Pajang awalnya hanya memiliki sebagian wilayah di Jawa Tengah. Sultan Hadiwijaya kemudian melakukan perluasan hingga Madiun, Blora, dan Kediri.




(kri/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads