17 Nama Pahlawan Nasional Indonesia, Siswa Wajib Tahu

ADVERTISEMENT

17 Nama Pahlawan Nasional Indonesia, Siswa Wajib Tahu

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 13 Okt 2021 09:20 WIB
Pandemi tak halangi semangat anak-anak di Solo merayakan Hari Kartini. Menyusun gambar RA Kartini dilakukan untuk mengenal sosok pahlawan nasional tersebut.
Karya seni bergambar pahlawan nasional R.A Kartini karya anak-anak Solo. Foto: Agung Mardika
Jakarta -

Pahlawan nasional adalah gelar pemberian negara yang mencakup semua jenis gelar yang pernah diberikan, yaitu Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemendekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera.

Pahlawan nasional tidak termasuk gelar kehormatan Veteran Republik Indonesia. Ketentuan mengenai pahlawan nasional ini diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009.

Pahlawan Nasional merupakan gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelar berupa Pahlawan Nasional dan di dalam pemberian Gelar dapat disertai dengan pemberian Tanda Jasa dan atau Tanda Kehormatan, seperti dikutip dari laman Kementerian Sekretariat Negara RI.

Pahlawan Nasional Indonesia

  • Prof. Dr. M. Sardjito

Prof. Dr. M. Sardjito lahir di Magetan, Madiun, Jawa Timur pada 13 Agustus 1889. Sardjito mendirikan rumah sakit sederhana di rumahnya di Desa Sendang Jimbung dan menyediakan vaksin dan obat untuk mendukung kekuatan Angkatan Perang dan Rakyat. Namanya diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum pusat Dr. Sardjito di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

ADVERTISEMENT

Sardjito terlibat langsung dalam pendirian dan pengembangan beberapa perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Brawijaya (Unibraw), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Andalas (Unand), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dan Universitas Islam Indonesia (UII).

  • Roehana Koeddoes

Ruhana Kuddus (Roehana Koeddoes) lahir pada 20 Desember 1884 di Koto Gadang Agam, Sumatra Barat. Ruhana Kuddus merupakan pahlawan nasional yang berjuang memajukan kehidupan perempuan. Pada 1911, Ruhana Kuddus mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS). Pada 1912, ia memimpin Surat Kabar Ruhana Kuddus yang semua karyawannya perempuan.

Ruhana Kuddus juga mendirikan sekolah kerajinan menjahit pada 1916. Ia lalu menjadi redaktur surat kabar Perempoean Bergerak pada 1921. Ruhana Kuddus juga mengajar di Sekolah Vereeniging Sudiefonds Minangkabau (VSM) Fort de Kock (Bukittinggi), sambil menulis untuk surat kabar Tjahaja Soematra dan menjadi koresponden tetap surat kabar Dagblad Radio.

  • Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi / Oputa Yi Koo

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi lahir di Buton, awal abad ke-18 Masehi. Sultan Buton ke-20 dan Sultan Buton ke-23 ini memimpin perlawanan gerilya terhadap Belanda di Gunung Siontapina, tempat ia kelak wafat. Ia menentang kebijakan-kebijakan penjajahan Belanda yang merugikan rakyat Buton.

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yi Koo pindah ke kawasan belantara Lakasuba untuk merumuskan pola pertahanan baru yang dikenal dengan Perang Rakyat Semesta. Pola pertahanannya terbagi atas tiga unit pasukan reaksi cepat Sambo-samboekea, yaitu di wilayah Kamaru, Pasar Wajo, dan Sampolawa.

  • Dr (HC) Mr. Alexander Andries Maramis (A.A. Maramis)

A.A. Maramis lahir di Paniki Bawah, Minahasa, 20 Juni 1897. Sekembalinya dari belajar, pahlawan nasional ini pulang ke Indonesia pada 1924 dan membuka praktik pengacara di Semarang hingga 1926. Ia merupakan satu-satunya orang Minahasa dalam daftar anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan dan dikenal sebagai Pendiri Negara RI.

A.A. Maramis merupakan Menteri Keuangan RI yang memerintahkan mencetak Oeang Kertas RI (ORI) pertama setelah ekonomi Indonesia terpuruk setelah perang pasca kemerdekaan. Pada 1950, ia menerima gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari University for Easterin, University of Manila dalam ilmu hukum karena dianggap berjasa dalam pengembangan ilmu hukum Indonesia.

Selanjutnya pahlawan nasional K.H. Masjkur >>>

  • K.H. Masjkur

K.H. Masjkur lahir di Singosari, Malang dan wafat di Jakarta, 18 Desember 1992. Pahlawan nasional ini merupakan anggota BPUPKI yang termasuk salah seorang penggagas lahirnya dasar negara Pancasila.

Pada 1923, K.H. Masjkur mendirikan Madrasah Misbahul Wathon. Ia juga ikut mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926 dan menjadi ketua cabang NU Malang pertama. Pada 1954, ia mendirikan Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi).

  • Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkar

Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkar lahir di Kampung Gading Selatan, Yogyakarta, 16 April 1907. Abdul Kahar Muzakkar aktif dalam BPUPKI dan ikut mencanangkan Piagam Jakarta. Ia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia lewat Gerakan Pelajar Indonesia dan Perhimpunan Indonesia Raya cabang Mesir, di mana ia menjadi ketuanya. Lewat diplomasinya, Indonesia berhasil mendapat pengakuan kemerdekaan dari Mesir pada 18 November 1946.

Abdul Kahar Muzakkar merupakan pelopor dan rektor Sekolah Tinggi Islam Jakarta bersama Moh. Hatta, Moh. Natsir Moh. Roem, dan K.H. Wahid Hasyim. Pada 1940, ia pernah ditangkap Belanda karena ikut serta dalam Konferensi Islam dan Pameran Kebudayaan Islam di Tokyo, Jepang.

  • Albertus Soegijapranata

Mgr. Albertus Soegijapranata merupakan vikaris apostolik Semarang yang kemudian menjadi uskup agung pribumi pertama. Selama revolusi nasional, pahlawan nasional ini berusaha untuk meningkatkan pengakuan kedaulatan Indonesia di dunia luas dan meyakinkan orang Katolik untuk berjuang demi Indonesia.

Nama Soegijapranata diabadikan sebagai nama perguruan tinggi di Semarang, Universitas Katolik Soegijapranata.

  • John Lie Tjeng Tjoan

Laksamana Muda John Lie (Jahja Daniel Dharma) adalah perwira tinggi TNI yang menembus blokade Belanda untuk barter hasil bumi dengan senjata. Pahlawan nasional ini kemudian menyerahkan senjata itu kepada pejabat seperti Bupati Riau sebagai sarana perjuangan melawan penjajah. John Lie setidaknya 15 kali melakukan operasi penyelundupan senjata perjuangan dengan kapal kecil cepat yang harus melawan ombak besar dan patroli Belanda di Indonesia dan Inggris di Singapura.

  • Tan Malaka

Tan Malaka (Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka) lahir pada 2 Juni 1897. Pahlawan nasional ini merupakan pejuang kemerdekaan RI da pendiri pasukan Gerilya Pembela Prokalamasi.

Tan Malaka juga seoran pendiri sekolah sekaligus guru. Ia mengajar anak-anak berbahasa Melayu di Morawa, Deli, Sumatra Utara sejak 1920, dan membuka Sekolah Rakyat di Semarang. Tan Malaka kerap menulis tentang kesenjangan kaum kapitalis dan pekerja, penderitaan kuli kebut teh, dan kehidupan pribumi di Sumatra dalam berbagai surat kabar.

  • Jenderal TNI Urip Sumoharjo

Urip Sumoharjo (Oerip Sumoharjo) lahir di Purworejo, 22 Februari 1893. Urip Sumoharjo adalah jenderal dan kepala staf umum TNI pertama di masa revolusi nasional Indonesia. Pahlawan nasional yang menyenangi taktik perang gerilya ini merupakan salah satu penentang Perjanjian Renville.

Selanjutnya pahlawan nasional Cut Nyak Dhien>>>

  • Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien (Tjoet Nja' Dhien) lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848. Pahlawan nasional ini melawan Belanda termasuk dalam Perang Aceh. Setelah suami pertamanya, pejuang Ibrahim Lamnga gugur, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar setelah dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran.

Setelah Teuku Umar wafat pada 1899, Cut Nyak Dhien terus berjuang di pedalaman Meulaboh. Ia ditangkap dan akhirnya diasingkan ke Sumedang untuk mengurangi pengaruhnya atas perlawanan rakyat Aceh hingga wafat pada 1908.

  • Bung Tomo

Bung Tomo lahir dengan nama Sutomo pada 3 Oktober 1920. Bung Tomo merupakan tokoh orator yang mendorong pertahanan rakyat Indonesia dalam Pertempuran 10 November 1945. Pertempuran ini yang memukul mundur sementara pasukan Inggris di Surabaya.

  • R.A. Kartini

Kartini merupakan pahlawan nasional yang mendorong kesetaraan bagi perempuan, salah satunya dengan mengupayakan pembukaan sekolah-sekolah bagi anak-anak di daerahnya. Lewat korespondensi dengan berbagai orang, R.A. Kartini berhasil membuka sekolah yang menekankan pada budi pekerti dan karakter anak.

  • Fatmawati

Fatmawati merupakan orang yang menjahit bendera pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Merah Putih jahitan Fatmawati dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.


  • Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H.

Mohammad Yamin adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hkum yang mempelopori Sumpah Pemuda dan dasar negara Indonesia Pancasila. Anggota BPUPKI ini mendorong hak asasi manusia masuk dalam konstitusi negara.

Saat menjadi Menteri Kehakiman, Mohammad Yamin membebaskan 950 tahanan politik yang dipenjara tanpa proses pengadilan karena cap komunis atau sosialis. Sementara itu, Saat menajdi Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Mohammad Yamin merintis pendirian perguruan tinggi, salah satunya Universitas Andalas di Padang dan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang kelak jadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung.

  • Sisingamangaraja XII


Sisingamangaraja XII (Patuan Bosar Sinambela) adalah Maharaja Toba, atau raja di negeri Toba, Sumatra Utara yang berperang melawan Belanda. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja bersamaan dengan politik pintu terbuka Belanda yang memaksakan perjanjian pendek di Kesultanan Aceh dan Toba. Kedua kerajaan ini jadi penting untuk dikuasai Belanda sebab membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainnya.

Pada tahun 1873 Belanda melakukan invasi militer ke Aceh lewat Perang Aceh yang diteruskan dengan perang di Tanah Batak pada 1878. Sisingamangaraja yang berhubungan dekat dengan Kerajaan Aceh menolak dan menyatakan perang.

  • Jenderal Soedirman

Jenderal Besar TNI (Anumerta) Soedirman merupakan pahlawan nasional panglima besar TNI pertama yang lahir pada 24 Januari 1916. Guru dan Kepala Sekolah di sekolah dasar Muhammadiyah ini semula tetap mengajar setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942. Ia lalu bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang dan melakukan pemberontakan hingga diasingkan ke Bogor.

Jenderal Soedirman memimpin petempuran melawan pasukan Inggris dan Belanda di Ambarawa yang menyebabkan penarikan diri tentara Inggris. Ia juga memimpin perang gerilya saat Agresi Militer II di Yogyakarta. Dari Sobo, dekat Gunung Lawo, Jenderal Soedirman memimpin kegiatan militer di Pulau Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta yang dipimpin Letnan Kolonel Soeharto yang kelak jadi Presiden ke-2 RI.

Halaman 2 dari 3
(twu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads