Zaman Paleolitikum, Manusia Hidup Nomaden dan Menggunakan Batu

ADVERTISEMENT

Zaman Paleolitikum, Manusia Hidup Nomaden dan Menggunakan Batu

Olivia Sabat - detikEdu
Selasa, 05 Okt 2021 11:00 WIB
Peneliti temukan kerusakan pada lukisan prasejarah yang ada di gua purba di Sulsel
Lukisan pada gua di Maros Sulawesi Selatan diperkirakan berasal dari zaman Paleolitikum (Foto: Dok. Istimewa)
Jakarta -

Detikers, tahukah kamu kalau sebelum memasukin zaman modern seperti sekarang, manusia pernah berada di zaman Paleolitikum atau zaman Batu Tua, lho. Apa itu zaman Paleolitikum? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Zaman Paleolitikum atau dikenal juga dengan zaman Batu Tua adalah masa peradaban yang terjadi sebelum zaman Logam dan masih menggunakan perkakas yang terbuat dari batu kasar yang belum diasah dan sederhana. Diperkirakan zaman ini berlangsung 600 ribu tahun yang lalu.

Selain alat perkakas yang masih sederhana, zaman Paleolitikum juga memiliki ciri-ciri, yaitu memiliki mata pencarian mengumpulkan makanan (food gathering), hidup berpindah-pindah (nomaden), dan belum mengenal cocok tanam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dikutip dari buku Sejarah Nasional Indonesia oleh M. Junaedi Al Anshori nenek moyang kita di zaman Paleolitikum hidup secara nomaden karena untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti berburu binatang di hutan, menangkap ikan di sungai, atau mencari dan mengumpulkan makanan hasil alam.

Keberadaan zaman Paleolitikum di Indonesia dibuktikan dengan penemuan benda peninggalan berupa alat perkakas di Pacitan dan Ngandong, Jawa Timur. Dengan begitu, peninggalan zaman ini diberi nama kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

ADVERTISEMENT

Hasil Kebudayaan Zaman Paleolitikum

Dikutip dari Modul Pembelajaran Sejarah Indonesia: Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia, kita akan membahas tuntas hasil kebudayaan atau peninggalan zaman Paleolitikum, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

1. Kebudayaan Pacitan

Alat peninggalan yang ditemukan di daerah Pacitan adalah kapak genggam (Chopper) atau dikenal juga dengan kapak perimbas. Disebut kapak genggam karena bentuknya menyerupai kapak, tetapi tidak bertangkai sehingga penggunaannya dengan cara digenggam.

Kapak genggam ini ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald pada 1935. Selain kapak genggam, para arkeolog juga menemukan alat-alat berbentuk kecil yang disebut dengan serpih.

Berbagai alat-alat ini diperkirakan digunakan oleh manusia purba jenis Meganthropus.

2. Kebudayaan Ngandong

Tidak berbeda jauh dengan kebudayaan Pacitan, di daerah Ngandong dan Sidorejo ini ditemukan peninggalan berupa alat yang berasal dari tulang binatang dan tanduk rusa, serta kapak genggam dari batu.

Tidak hanya itu, para arkeolog juga menemukan alat seperti ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Berdasarkan penelitian alat-alat ini diperkirakan berfungsi untuk mengorek ubi dan umbi keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan.

Selain alat dari tulang hewan, di daerah Sangiran yang berdekatan dengan Surakarta, juga ditemukan alat-alat berbentuk kecil yang disebut flakes. Berdasarkan hasil penemuan, ada beberapa flake yang terbuat dari batu indah, seperti Chalcedon.

Setelah diteliti lebih dalam, berbagai alat perkakas ini digunakan oleh Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Robustus, dan Meganthropus Palaeojavanicus.

Selanjutnya, digunakan juga oleh berbagai jenis homo (manusia), di antaranya Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Nah, itu dia detikers perkenalan kita dengan ciri-ciri dan budaya peninggalan zaman Paleolitikum.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads