Pohon Beringin: Manfaat, Habitat, dan Filosofinya dalam Kebudayaan Jawa

ADVERTISEMENT

Pohon Beringin: Manfaat, Habitat, dan Filosofinya dalam Kebudayaan Jawa

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 03 Sep 2021 06:05 WIB
Jalan dan Pohon Beringin Angker di Cirebon
Manfaat pohon beringin dan filosofinya (Foto: Sudirman Wamad)
Jakarta -

Pohon beringin memiliki nama spesies Ficus benjamina L. Menurut Heyne (1987) dalam buku Tanaman Kultural dalam Perspektif Adat Jawa karya Purnomo, pohon ini memiliki nama lokal ringin dan waringin di Jawa dan Caringin di Sunda.

Detikers mungkin lebih sering melihat pohon ini berada di alun-alun, pekarangan, atau tepi jalan. Sebenarnya, apa manfaat pohon beringin?

Sebelum tahu lebih lanjut, simak terlebih dulu profil umum pohon ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pohon beringin hidup di mana?

Penelitian Grin (2012) dan Gargiullo dkk. (2008) yang disebutkan dalam buku ini mengatakan bahwa persebaran tanaman ini meliputi kawasan Asia Pasifik, Bhutan, India, Nepal, bahkan di hutan-hutan Costa Rica.

Sementara, menurut Siregar (2002) pohon beringin di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, banyak ditemukan di kultivasi, pekarangan rumah, atau tumbuh liar di hutan primer maupun sekunder di ketinggian di bawah 1.400 m dpl.

ADVERTISEMENT

Seperti apa pohon beringin?

Pohon beringin memiliki bentuk yang besar dan berbatang tegak dengan tinggi hingga 35 meter atau lebih. Ia mempunyai kanopi berbentuk bulat.

Kulit batang pohon beringin berwarna putih keabu-abuan dan punya banyak akar napas yang lebat dan panjang.

Daun pohon ini memiliki susunan yang tunggal dan tulang daunnya sejajar. Sementara, buahnya berbentuk corong dan buahnya berbentuk bulat yang tumbuh di ranting.

Menurut tulisan Sutomo (2009) yang dimuat pada buku ini, buah pohon beringin tumbuh tunggal atau berpasangan, berbentuk bulat dan warnanya ketika masak adalah kekuningan hingga merah tua.

Apa manfaat pohon beringin?

Kanopi pohon beringin yang rindang membuat tanaman ini sering ditanam sebagai peneduh di halaman rumah atau taman kota. Saat ini, pemanfaatannya sudah berkembang menjadi obat dan akar gantungnya digunakan sebagai obat pilek, demam, radang amandel, nyeri sendi, memar, impotensi.

Sementara daunnya dimanfaatkan sebagai obat flu, bronkitis, batuk rejan, malaria, radang usus akut, disentri, dan kejang panas pada anak, demikian berdasarkan tulisan Dalimartha (1999) dan Sutomo (2009).

Di samping itu, menurut Attia (2004), pohon beringin ditanam, sebagai tanaman hias di ruangan. Pohon ini juga ditanam dalam bentuk bonsai.

Apa filosofi pohon beringin dalam kebudayaan Jawa?

Pohon beringin adalah simbol dari sila ke-3 Pancasila, Persatuan Indonesia.

Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, tanaman ini dihormati layaknya candi yang dianggap sebagai tempat untuk dewa. Penelitian Viekkle (2008) mengungkapkan bahwa di era tersebut, beringin dianggap sebagai tempat tinggal arwah manusia dan yang menebangnya akan mendapat musibah.

Di zaman kerajaan Majapahit, tanaman ini menjadi bagian penting taman kerajaan, demikian menurut Riana (2009).

Kekuatan pohon beringin sendiri telah lama dikenal dalam kebudayaan Jawa. Kekuatan pohon ini memiliki sebutan 'waringin sungsang' atau beringin sungsang'.

Beringin sungsang adalah nama kekuatan yang dianggap sangat kuat. Dalam pewayangan, kekuatan ini dimiliki raja kera Hanoman untuk menghadapi raksasa jahat yang bernama Sarpakenaka.

Sementara, menurut Heyne (1987) dan Duyono (2007), dalam pandangan budaya Jawa, pohon beringin paling dihormati dibanding tanaman lain karena dianggap suci dan sakral. Sehingga, tanaman ini mendapat sesaji tiap malam Jumat.

Secara umum, pohon beringin dianggap sebagai lambang watak pemimpin yang baik, dimana harus dapat mengayomi. Sehingga tanaman ini banyak ditanam di tempat penguasa sebagai pengingat pada mereka.

Itulah serba-serbi pohon beringin yang menarik untuk diketahui. Detikers tertarik menanamnya?




(nah/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads