Taliban berencana mendirikan negara Emirat Islam Afghanistan usai menduduki Kabul. Kelompok ini juga mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab atas keselamatan rakyat usai Presiden Ashraf Ghani melarikan diri ke Tajikistan.
Pakar Kajian Islam Politik dan Resolusi Konflik Internasional FISIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Leni Winarni mengatakan, keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan dapat menjadi kekhawatiran dunia internasional jika pernyataan-pernyataan tentang keinginan Taliban membentuk pemerintahan yang moderat tidak terbukti.
"Jika tidak terbukti di kemudian hari, tentu di bawah kekuasaan Taliban, Afghanistan akan kembali lagi pada keadaan yang sama seperti 20 tahun yang lalu," kata Leni, dilansir dari laman UNS, Rabu (18/08/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada konferensi pers pertama yang digelar Taliban setelah pendudukan Kabul Selasa (17/8/2021), kelompok ini mengatakan akan memberikan kebebasan bagi perempuan untuk bekerja dan masuk ke dalam pemerintahan, tidak ultra konservatif, dan menghormati hak-hak sipil. Jika janji-janji tersebut dilaksanakan, menurut Leni, maka kepercayaan terhadap Taliban akan tumbuh.
"Jika memang pernyataan-pernyataan itu konsisten dan Taliban mampu membuktikannya pada dunia internasional, tentu kepercayaan akan mulai tumbuh pada negara itu di bawah kepemimpinan Taliban," kata Leni.
Dosen prodi Hubungan Internasional FISIP UNS ini mengatakan, kekhawatiran tentang Taliban menguasai Afghanistan harus dilihat dari dua analisis, yaitu di level internasional dan domestik.
Leni mengatakan, di tingkat internasional, Taliban dapat menjadi ancaman regional bagi kawasan dan akan meningkatkan gelombang pengungsi ke negara-negara tetangga.
Ia menambahkan, kesuksesan Taliban menguasai Afghanistan dikhawatirkan dapat menjadi trigger dan idola bagi kelompok-kelompok ekstrem lainnya di dunia.
"Kemudian, di level domestik, tentu terkait masa depan HAM di negara itu, khususnya peningkatan pelanggaran terhadap hak perempuan dan anak, humanisme, dan tindak kekerasan lainnya," kata Leni.
Leni mengatakan, jika Taliban benar-benar berkuasa di Afghanistan dalam waktu yang lama, kelompok ini berisiko melancarkan balas dendam kepada pihak-pihak yang sempat bekerja atau terlibat dalam pemerintahan sebelumnya.
"NATO, jurnalis, aktivisis HAM, dan siapa pun yang vokal dapat menjadi target ancaman," kata Leni.
Ia menambahkan, di sisi lain, Taliban juga dapat mengalami perpecahan internal karena perebutan pengaruh dan kekuasaan.
"Mungkin iya (Taliban dapat berkuasa), tetapi mungkin juga tidak. Karena biasanya, jika tidak bisa me-manage dengan baik kelanjutan dari kemenangan itu, bisa saja menimbulkan perpecahan di tubuh Taliban sendiri karena perebutan pengaruh dan kekuasaan,"
Leni mengatakan, semua pihak hendaknya awas dan menunggu manuver petinggi Taliban dalam mewujudkan kekuasaan yang berbeda dengan pemerintahan 20 tahun silam.
(twu/pal)