Pada tahun 2005 tepatnya di tanggal 7 November lalu, junta militer Myanmar memindahkan pusat pemerintahan ke Naypyidaw dari Yangon.
Naypyidaw adalah sebuah daerah terpencil di dekat kota Pyinmana. Naypyidaw yang berarti Rumah Para Raja ini berbeda dengan kota lain di Myanmar. Kota ini jauh dari kesan padat dan memiliki populasi yang lebih sedikit meskipun wilayahnya luas.
Cerita Naypyidaw
Dilansir dari laman Britannica, Naypyidaw berada di lokasi terpencil dengan jarak 320 kilometer di sebelah utara Yangon. Memiliki luas sekitar 4.800 kilometer persegi, Naypyidaw memiliki 20 jalur jalan raya, 4 lapangan golf, taman safari, kebun binatang hingga pagoda mewah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dibangunnya 20 jalur jalanan di Naypyidaw ini konon dirancang agar pesawat dapat menggunakannya sebagai landasan pacu darurat.
Sedangkan menurut The Star, luas wilayahnya tak sebanding dengan jumlah penduduk. Yakni tidak lebih dari seperlima penduduk Singapura. Hal ini dikarenakan penduduk lebih memilih tinggal di Yangon daripada Naypyidaw.
Rencana dibangunnya kota baru Naypyidaw ini ambisinya akan menjadi setara dengan Canberra di Australia atau Brasilia di Brazil menjadi ibu kota dan pusat ekonomi masyarakat yang bersih dari polusi. Akan tetapi karena pembangunan yang kurang matang, Naypyidaw yang terbangun megah justru malah menjadi 'kota hantu' karena sepinya kegiatan masyarakat di sana.
Alasan pemindahan ibu kota
Alasan pemindahan ibu kota cukup beragam. Mulai dari paranoid soal kedekatan Yangon dengan laut dan risiko invasi hingga nasihat sejumlah tukang ramal kepada mantan kepala negara Than Shwe.
Dikutip dari The Guardian, beberapa orang juga menyebut, pembangunan Naypyidaw sebagai proyek kesombongan Than Shwe, mantan pemimpin militer negara itu.
(lus/pay)