Sunan Gunung Jati merupakan wali yang menyebarkan agama Islam di Tanah Sunda. Keberhasilan dakwahnya tak lepas dari strategi politik dan pendekatan tradisi yang dilakukan.
Sunan Gunung Jati adalah keturunan Sultan Syarif Abdullah atau Syekh Maulana Akbar yang menikah dengan putri Prabu Siliwangi, Nyai Rara Santang. Lahir dari kalangan bangsawan membuat Sunan Gunung Jati mudah mengemban misi penyebaran agama Islam atas restu ibunya.
Seperti dituliskan dalam Naskah Mertasinga, wali yang dikenal dengan nama Syarif Hidayatullah ini mendalami ilmu agama melalui guru-gurunya. Ia sempat belajar di Mekah dan berguru kepada Syekh Najmudin Kubra.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu dia juga berguru kepada Syekh Muhamad Athaillah, Syekh Sidiq, Syekh Benthong, Datuk Bahrul, dan Sunan Ampel.
Dikutip dari Digilib UIN Sunan Gunung Djati, kesuksesan dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati ditandai dengan tumbuh suburnya penganut Islam di wilayah Tanah Sunda. Hingga saat ini sekitar 90% penduduk pulau Jawa bagian barat telah memeluk Islam.
Proses islamisasi yang dilakukan Sunan Gunung Jati menggunakan pendekatan tradisi. Melalui berbagai adat istiadat dan budaya yang berkembang di masyarakat, Sunan Gunung Jati berhasil memasukkan unsur-unsur Islam di dalamnya.
Klik halaman selanjutnya
Salah satu tradisi yang berkembang pada saat itu adalah peringatan hari kematian atau yang biasa disebut kendurian selama tujuh hari, empat puluh hari, sampai seratus harian. Tradisi itu berawal dari ajaran Hindu dan Budha.
Sunan Gunung Jati kemudian mengislamkan dengan bacaan zikir, tahlil, tahmid, tasbih, membaca Al Quran, dan shalawat Nabi Muhammad SAW. Warisan budaya lain seperti wayang kulit, tarian, dan seni pertunjukkan lain juga turut diberikan nilai-nilai Islam oleh Sunan Gunung Jati.
Sementara itu, ada beberapa tradisi Islam yang disebarkan kepada masyarakat Tanah Sunda seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Nuzulul Quran, dan Isra' Mi'raj.
Disebutkan dalam sumber yang sama, Sunan Gunung Jati turut memberikan kontribusi terhadap penataan sistem perekonomian di wilayah Cirebon. Ia menerapkan asas Islam dalam transaksi jual beli, sewa menyewa, bagi hasil (mudharabah dan musharakah), dan kegiatan semacamnya.
Sunan Gunung Jati tidak hanya menyebarluaskan ilmu agama saja, ia turut menyebebarkan ilmu di berbagai bidang seperti kenegaraan, ekonomi, kemasyarakatan, kesehatan, keluarga, hingga pendidikan.
Masuknya dakwah Sunan Gunung Jati ke wilayah Cirebon tak lepas dari sejarah runtuhnya Kerajaan Sunda akibat serangan Kerajaan Banten. Pada waktu itu terjadi pergeseran kehidupan agama masyarakat di Tanah Sunda.
Sekitar abad ke 16, agama Islam telah menyebar hingga Priangan. Sunan Gunung Jati juga mendirikan masjid-masjid dan pesantren sebagai basis dakwahnya di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Hal itulah yang kemudian menjadi pusat perkembangan agama Islam seiring hadirnya Sunan Gunung Jati.
Simak Video "Petilasan Tempat Berwudhu Sunan Gunung Jati Cirebon"
[Gambas:Video 20detik]
(nwy/nwy)