5 Hal yang Dapat Diteladani dari Bung Hatta, Proklamator RI

ADVERTISEMENT

5 Hal yang Dapat Diteladani dari Bung Hatta, Proklamator RI

Anastasia Anjani - detikEdu
Jumat, 02 Apr 2021 16:00 WIB
Pada tanggal 14 Maret 1980 terjadi hal yang menyedihkan seluruh bangsa: Proklamator Republik Indonesia Bung Hatta meninggal dunia setelah beberapa hari mengindap sakit tua.
Foto: Hasan Alhabsy/detikcom
Jakarta -

Bung Hatta sudah tidak asing dari telinga kita. Bung Hatta adalah wakil presiden Indonesia pertama dan tokoh proklamator Indonesia bersama dengan Ir. Soekarno.

Bung Hatta memiliki nama lengkap Mohammad Hatta, lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Bung Hatta adalah anak dari Mohammad Djamil dan Siti Saleha.

Berikut adalah yang dapat diteladani dari Bung Hatta dari masa ke masa yang dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Dekat dengan Para Pedagang Sejak Masih Pelajar

Pendidikan Bung Hatta dimulai dari pendidikan formal di sekolah swasta. Bung Hatta kemudian pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan kakaknya yaitu Rafiah.

Bung Hatta berpindah sekolah lagi ke ELS Padang (saat ini menjadi SMAN 1 Padang) sampai tahun 1913, dan melanjutkan ke MULO pada tahun 1917.

ADVERTISEMENT

Bung Hatta juga dibekali ilmu agama sejak kecil oleh keluarganya. Keluarga Bung Hatta adalah keluarga pedagang.

Hal tersebut yang membuat dirinya tertarik pada perekonomian. Di Padang, Bung Hatta akrab dengan para pedagang yang tergabung dalam Serikat Usaha dan Bung Hatta juga aktif dalam Jong Sumatranen Bond sebagai bendahara. Kemudian Bung Hatta bersekolah di Prins Hendrik School. Bung Hatta juga melanjutkan kariernya sebagai bendahara di Jakarta.

2. Aktif Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan Luar Negeri

Ketertarikannya dalam bidang politik terlihat saat dirinya bersekolah di Belanda tahun 1921-1932. Bung Hatta bersekolah di Handels Hogenschool (sekarang menjadi Universitas Erasmus Rotterdam). Selama bersekolah di sana Bung Hatta tergabung dalam perkumpulan pelajar Tanah Air di Belanda, yaitu Indische Vereeniging.

Bung Hatta kemudian memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk acara perdamaian di Prancis. Dari delegasi tersebut Bung Hatta berkenalan dengan tokoh-tokoh penting umumnya pemimpin pergerakan buruh.

3. Seorang Tokoh Pergerakan

Bung Hatta dikenal sebagai tokoh yang progresif dan revolusioner, karena itu dirinya tertangkap oleh tentara Belanda saat masih berstatus sebagai pelajar. Kemudian dirinya ditahan selama lima setengah bulan dan diajukan sidang ke pengadilan.

Bung Hatta menolak didampingi seorang pengacara sehingga dia melakukan pembelaan sendiri. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan dia dari segala tuduhan.

Dalam sidang yang bersejarah itu, Bung Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama Indonesia Vrij. Pidatonya kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul "Indonesia Merdeka".

4. Seorang Penulis yang Cerdas

Setelah pulang dari Belanda pada Juli 1932, Bung Hatta aktif menjadi penulis artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra'jat dan tergabung dalam organisasi Club Pendidikan nasional Indonesia. Organisasi ini bertujuan untuk meningkat kesadaran berpolitik.

Reaksi Hatta yang keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan penahanannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende Flores terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra'jat yang berjudul "Soekarno Ditahan" (10 Agustus 1933), "Tragedi Soekarno" (30 November 1933), dan "Sikap Pemimpin" (10 Desember 1933).

Belanda kemudian geram dengan sikap Bung Hatta dan kemudian membuang Hatta dan beberapa orang dari Partai Pendidikan Nasional Indonesia ke Boven Digoel.

Sebelum itu Bung Hatta dan lainnya sempat dipenjara di Glodok dan Cipinang. Bung Hatta lalu menulis buku Krisis Ekonomi dan Kapitalisme selama di penjara Glodok. Pada masa pengasingan di Digoel, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar.

5. Sosok yang Gemar Berbagi

Selama diasingkan di Digoel, Bung Hatta juga rajin membaca buku yang ia bawa dari Jakarta untuk kemudian diajarkan kepada teman-temannya mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan filsafat.

Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain "Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan" dan "Ala Pikiran Yunani" (empat jilid).

Selanjutnya, pada tahun 1935 saat pemerintahan kolonial Belanda berganti, Hatta dan Sjahrir dipindah lokasikan ke Banda Neira, Maluku. Di sanalah, Hatta mulai memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, politik, dan lainnya.

Setelah delapan tahun diasingkan, Hatta dibawa kembali ke Sukabumi pada tahun 1942. Selang satu bulan, pemerintah kolonial Belanda menyerah kepada Jepang. Pada saat itulah Hatta dibawa ke Jakarta.

Itu tadi adalah hal yang dapat diteladani dari Bung Hatta. Apakah detikers terinspirasi?



Simak Video "Video: Wacana Rutan Bung Hatta-Sjahrir di Sukabumi Jadi Museum"
[Gambas:Video 20detik]

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads